Bagaimana ‘Girlboss’ Sophia Amoruso belajar bangkit dari kegagalan

Rika Kurniawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bagaimana ‘Girlboss’ Sophia Amoruso belajar bangkit dari kegagalan
Sophia Amoruso akan menjadi pembicara di konferensi wanita Resonation di The Kasablanka, Jakarta, pada 29 April 2017

JAKARTA, Indonesia — Sophia Amoruso berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah. Kedua orangtuanya kehilangan pekerjaan ketika Amoruso masih anak-anak. Sejak itu ia sudah belajar untuk menafkahi dirinya sendiri. 

Pada usianya yang ke-sembilan tahun, Amoruso sudah mencoba menjual air limun. Ia telah bergonta-ganti pekerjaan sebanyak 10 kali sebelum menginjak usia 22 tahun. 

Perempuan kelahiran 20 April 1984 ini sempat bekerja di dry cleaner, restoran cepat saji Subway, dan bahkan menjadi tukang kebun. 

Karena keterbatasan biaya, perempuan asal Amerika Serikat keturunan Yunani itu tidak menyelesaikan pendidikan tingginya.

“Saya tidak tahu apa yang mau saya lakukaan di usia 20-an awal. Yang saya tahu saya suka fotografi dan pakaian vintage,” katanya kepada media.  

Pada usia 22 tahun ia bekerja di sebuah universitas sebagai campus safety host. Tugasnya memeriksa kartu tanda mahasiswa sebelum mereka masuk lobi kampus. 

“Saat itu saya hanya ingin sebuah pekerjaan yang memberikan asuransi kesehatan kepada karyawannya. Saya perlu itu untuk menyembuhkan penyakit hernia yang saya derita,” akunya. 

Ketika masih bekerja di kampus itu, Amoruso kemudian mendapatkan friend request di media sosial MySpace. Permintaan pertemanan itu datang dari seorang perempuan tidak dikenal yang mencoba mempromosikan akun eBay-nya yang menjual pakaian vintage

Tak dinyana, kejadian itu adalah awal dari Amoruso masuk ke dalam daftar America’s Richest Self-made Women versi majalah Forbes belasan tahun kemudian. Kekayaan bersih Sophia ditaksir sekitar 280 juta dolar Amerika Serikat pada 2016. 

Dari 60 nama, ia merupakan perempuan kedua termuda dalam daftar itu setelah penyanyi Taylor Swift. 

Nasty Gal 

Nasty Galmerupakan nama yang membawanya ke panggung pusat perhatian Amerika Serikat dan sejumlah negara lain. Nama itu awalnya disematkan untuk akun eBay yang ia buat setelah keluar dari pekerjaannya sebagai campus safety host

“Ketika saya melihat akun penjualan eBay perempuan itu, saya sadar bahwa saya bisa melakukan hal yang sama. Saya tahu tempat untuk membeli pakaian vintage seharga 8 dolar AS. Calon pembeli di eBay bisa menghargainya mulai dari 80 hingga 200 dolar AS,” ujarnya

“Girl boss adalah mereka yang bertanggung jawab atas diri sendiri, yang tahu kekuatan dan kelemahan mereka. Mereka tahu bagaimana menggunakan kekuatan mereka.”

Akun itu dibuatnya pada November 2006. Selama kurang lebih satu setengah tahun, penjualannya sangat memuaskan. 

Ia kemudian memutuskan untuk membuat situs penjualan pakaian antik sendiri yang dinamakan www.nastygal.com.

Situs itu resmi diluncurkan pada Juni 2008. Pada 2015, Nasty Gal disebut mempunyai pendapatan sebanyak 300 juta dollar Amerika Serikat oleh Forbes. 

Nasty Gal juga dinilai unik karena sangat sedikit dalam menggunakan iklan untuk promosi. Belakangan nama brand-nya dikenal luas karena media sosial. 

Amoruso belajar dari kesuksesan akun eBay-nya karena relasi yang dekat dengan pelanggan. Ia selalu membalas surat elektronik mereka dan hal lain yang membuat pelanggan merasa dekat. 

Pada 2016, Forbes bahkan menyematkan Amoruso dengan sebutan ‘Fashion’s New Phenom’ atas kinerja dan prestasinya. 

Nasty Gal tidak hanya berhenti sebagai situs penjualan pakaian lawas tetapi juga mengeluarkan clothing line sendiri. Di bawah nama yang terinspirasi dari judul album Betty Davis itu, sejumlah toko juga dibuka. 

Girl Boss 

NASTY GAL. Kisah hidup Sophia Amoruso dijadikan serial TV 'Girlboss' yang diadaptasi dari judul buku yang sama. Foto dari Instagram/

Amoruso kemudian menyadari bahwa bukan hanya dia yang mengalami tantangan dalam menggapai cita-cita. Ia pun kemudian menulis sebuah buku dari kisah nyata perjalanan hidupnya yang diberi judul Girlboss.

“Saya cukup berani dan saya selalu berusaha bangkit, mencoba lagi. Saya mencoba menginspirasi sebuah generasi perempuan untuk melakukan hal yang sama,” ucapnya.

Menurutnya Girlboss bukan hanya tentang memimpin banyak orang tetapi tentang kepribadian dalam diri. 

Girl boss atau guy boss adalah mereka yang bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Mereka yang tahu kekuatan dan kelemahan mereka. Mereka tahu bagaimana menggunakan kekuatan mereka,” katanya saat menjadi pembicara di Experian Marketing Services 2014 Client Summit. 

Ketika ditanya apa tujuan dari pembuatan buku Girlboss, Sophia ingin orang-orang yang membacanya sadar bahwa mereka punya kebebasan untuk menentukan nasib mereka sendiri. 

“Tujuan dari Girlboss adalah menginspirasi orang-orang untuk membuat keputusan bagi diri mereka sendiri. Saya mau mereka menjadi role model mereka sendiri, berkompetisi dengan diri mereka sendiri,” katanya. 

Buku perdananya pun masuk dalam daftar New York Times’s best sellers dan mendapatkan pujian dari sejumlah pihak. Kini sebuah serial televisi dengan judul yang sama telah tayang di situs Netflix. 

Selain buku dan serial televisi, Girlboss juga adalah nama dari Yayasan yang didirikan Amoruso pada 2014. 

Yayasan itu fokus pada dukungan, termasuk pendanaan bagi perempuan yang berkarya di bidang desain, fashion, musik, dan seni lainnya. 

“Yayasan Girlboss adalah tentang mendorong perempuan-perempuan kreatif untuk lebih dalam mempelajari bisnis. Saya pikir kami membangun sebuah skema bagi perempuan-perempuan muda untuk menjadi wirausaha muda,” tulisnya di glamour.com

Resonation

Foto dari Resonation.id

Di dalam ketenarannya, Sophia tidak luput dari tantangan. Nasty Gal sempat dilaporkan ke ranah hukum oleh sejumlah mantan pegawainya. 

Selain itu, penjualan menurun, juga pengeluaran untuk promosi merek dan ekspansi meningkat. Toko-toko mereka juga dikabarkan tutup. 

Pada akhir 2016, Nasty Gal mengajukan permintaan kepada pengadilan agar mendapatkan supervisi terkait restrukturisasi organisasi bisnis untuk mencegah kebangkrutan. Kemudian juga ditemukan bahwa perusahaan itu telah berhutang selama 2015 untuk “mencegah hal yang tak terelakan”. 

Nasty Gal berharap untuk mendapatkan rekan bisnis atau sponsor yang bisa bersama-sama memajukan perusahaan dengan neraca keuangan yang sehat,” ujar Sheree Waterson, CEO Nasty Gal yang menggantikan Amoruso sejak 2015 lalu. 

Sekarang Amoruso adalah executive chairman dan memiliki sebagian besar perusahaan yang berkantor pusat di Los Angeles tersebut. 

“Saya tidak suka ditemui oleh delapan orang melaporkan dan menanyakan apakah mereka berhasil meraih target. Saya kreatif, saya pengembang merek. Saya cukup bagus di pemasaran tetapi itu bukan hal yang saya ingin lakukan setiap hari,” kata Amoruso kepada Forbes.com ketika ditanya terkait pengunduran dirinya sebagai CEO. 

Amoruso yang besar di Sacramento, Amerika Serikat, akan datang ke Resonation, konferensi pemberdayaan perempuan yang akan diselenggarakan Sabtu, 29 April 2017, di Jakarta. 

Nina Moran selaku co-founder Resonance, penyelenggara Resonation, menganggap Amoruso layak untuk menjadi pembicara utama. Alasannya karena Amoruso sampai sekarang terus berusaha melampaui tantangan dalam menggapai cita-citanya. 

Nina telah melakukan survei sebelum menyelenggarakan Resonation dan hasilnya perempuan banyak yang takut akan membuat kesalahan dan mengalami kegagalan. 

“Kalau kami hanya mendatangkan orang-orang yang selalu berada di peringkat atas, itu akan membuat persepsi bahwa kita tidak boleh membuat kesalahan atau kegagalan. Kita akan menilai bahwa tidak ada yang baik dari kesalahan atau kegagalan. Padahal hal itu adalah bagian dari perjalanan,” kata Nina lewat akun Instagram pribadinya @nina_moran.

Diharapkan kedatangan Amoruso akan membuat perempuan-perempuan Indonesia untuk berani bangkit dari kegagalan. Selain itu agar mereka sadar bahwa membuat kesalahan adalah sesuatu yang wajar. Hal yang terpenting adalah bagaimana mereka belajar dari kesalahan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. 

“Kalian tidak pernah gagal, tidak pernah melakukan kesalahan, yang ada hanyalah sebuah pelajaran,” kata Amoruso. —Rappler.com 

 

Dapatkan tiket masuk Resonation di laman iniKeterangan lebih lanjut, kunjungi www.resonation.id dan ikuti update terbaru di Instagram @Resonationid.

 

BACA JUGA:

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!