Arti kebebasan berekspresi bagi anak muda Indonesia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Arti kebebasan berekspresi bagi anak muda Indonesia
Setiap 3 Mei diperingati sebagai Hari Kebebasan Pers Sedunia. Rappler dan UNESCO memberikan lokakarya kepada 20 mahasiswa dan jurnalis muda

JAKARTA, Indonesia — “Kebebasan berekspresi membingungkan bagi saya,” kata Iqbal Hariadi.

Iqbal adalah salah satu dari 20 peserta workshop “Youth Literacy and Civic Journalism” yang diselenggarakan oleh Rappler Indonesia dan UNESCO menyambut Hari Kebebasan Pers Sedunia di Jakarta Convention Center, pada Senin, 1 Mei 2017.

Ia mengatakan, sebagai seorang warga negara Indonesia, ia memiliki kebebasan berekspresi, namun setelah dipikir-pikir lebih lanjut, ia menjadi ragu. 

“Ada ketakutan mendapat perlakuan diskriminatif dan kehilangan teman membuat saya lebih memilih diam,” kata Iqbal. Oleh karena itu, ia memilih untuk tidak menyuarakan pendapatnya —terutama mengenai pandangan politik dan agama— di media sosial.

Dalam lokakarya, para peserta diajak berpikir kritis mengenai apa makna kebebasan berpendapat bagi mereka. Social Human Sciences Consultant UNESCO Bangkok David Young meminta para peserta untuk mendefinisikan kebebasan berekspresi bagi masing-masing individu.

Selain itu, juga tantangan kebebasan berekspresi yang dialami oleh warga negara Indonesia. Para partisipan mengatakan, meski diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat secara terbuka, namun masih ada faktor-faktor eksternal yang menghambat kebebasan berekspresi di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah norma-norma dan budaya Indonesia.

Koresponden Asia Tenggara Rappler Natashya Gutierrez juga memberikan pelatihan tentang multimedia reporting kepada para peserta yang terdiri dari mahasiswa, jurnalis muda, dan praktisi media.

Mereka juga diberi pelatihan mengenai bagaimana cara menggunakan media sosial bagi jurnalis oleh Community Engagement Lead Rappler Indonesia Abdul Qowi Bastian. Tujuannya, untuk membuat perubahan di komunitas masing-masing.

Pada akhir acara, seluruh peserta diminta untuk menerapkan apa yang mereka pelajari ke dalam laporan multimedia dan diberi saran dan kritik oleh staf UNESCO dan Rappler.

Apa pendapat para anak muda ini mengenai kebebasan berekspresi? Simak pendapat mereka di bawah ini:

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!