‘Mobile Masjid’ memudahkan kaum Muslim beribadah di manapun

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘Mobile Masjid’ memudahkan kaum Muslim beribadah di manapun
Mobile Masjid biasa ditemui di tempat umum, pertandingan sepak bola, arena konser, hingga lokasi bencana

BANDUNG, Indonesia — Lantunan azan Maghrib yang terdengar petang itu bukan berasal dari masjid ataupun musala, tapi dari sebuah pengeras suara temporer yang dipasang di sebuah taman di Kota Bandung, Jawa Barat.   

Di belakang muazin, telah digelar beberapa lembar karpet sebagai tempat untuk melaksanakan salat. Sementara beberapa orang bergegas mengambil air wudu di keran yang pipanya tersambung ke sebuah tangki air. Tangki air itu berada di dalam sebuah mobil mini bus bercat putih yang di badannya bertuliskan “Mobile Masjid”. 

Mobile Masjid atau “masjid bergerak” memberikan layanan bagi kaum Muslimin yang hendak melaksanakan salat lima waktu di tempat-tempat yang jauh dari fasilitas ibadah umat Islam, seperti di Taman Cibeunying pada Rabu petang, 7 Juni lalu.

Di dalam Mobile Masjid disiapkan tangki air dengan kapasitas 500 liter, pipa, dan keran untuk mengalirkan air buat wudu; terpal, karpet, dan sajadah untuk alas salat; genset; serta mukena dan sarung.

Selain tempat salat dan air wudu, Mobile Masjid juga menyediakan perlengkapan salat, yakni sarung dan mukena. Khusus di bulan Ramadan, tim Mobile Masjid memberikan santapan takjil gratis dalam program bertajuk Tajil On the Road.

“Di Ramadan ini, jadwal Mobile Masjid juga lebih rutin menjadi tiga kali dalam seminggu,” ujar Wendy Noorcahyana, anggota tim Mobile Masjid, saat ditemui di Taman Cibeunying.

Biasanya, layanan Mobile Masjid ini sering ditemui di pertandingan-pertandingan sepak bola, konser, di lokasi bencana, atau di tempat-tempat yang sulit menjangkau sarana dan prasana salat. Mobile Masjid juga bisa memberikan layanan by request bagi masyarakat yang akan menggelar kegiatan outdoor di mana tidak tersedia fasilitas salat yang memadai. Semua layanan dan fasilitas Mobile Masjid diberikan secara cuma-cuma.

“Tapi kami juga menerima donasi dari para donatur untuk pengembangan fasilitas dan sarana Mobile Masjid,” kata Wendy.

Berawal dari kesulitan akses fasilitas salat

Program ini berawal dari pengalaman kru Mobile Masjid yang merasa kesulitan mendapat fasilitas salat yang nyaman dan bersih saat menonton pertandingan sepak bola maupun konser. Pengalaman itu menjadi inspirasi untuk membuat layanan masjid bergerak di tempat-tempat keramaian.  

Pada 2015, layanan Mobile Masjid ini diluncurkan. Hingga kini sudah ada dua unit Mobile Masjid yang disiagakan di Bandung dan Jakarta.

Di dalam Mobile Masjid disiapkan tangki air dengan kapasitas 500 liter, pipa, dan keran untuk mengalirkan air buat wudu; terpal, karpet, dan sajadah untuk alas salat; genset; serta mukena dan sarung.

“Kalau di sebuah acara yang berlangsung seharian, kami menyediakan delapan gulung karpet yang bisa menampung 80 hingga 100 orang dalam sekali waktu salat,” ujar Wendy.

Menurut pemuda 25 tahun itu, respon masyarakat atas layanan Mobile Masjid sangatlah baik, terutama ketika Mobile Masjid hadir di lokasi bencana.

“Di lokasi bencana di Sumedang tahun lalu, banyak ucapan terima kasih dari warga dan aparat karena biasanya di lokasi bencana tidak ada yang menyediakan fasilitas salat yang bersih, biasanya seadanya,” tutur Wendy.

Manfaat Mobile Masjid sempat dirasakan seorang warga, Mirna Kusumasari, saat menghadiri sebuah kegiatan outdoor yang digelar komunitasnya.  Menurutnya, layanan ini sangat membantu, terutama saat masjid berada cukup jauh dari lokasi kegiatan. 

“Jadi dengan adanya Mobile Masjid kita enggak perlu jauh-jauh ke musala dan antri panjang,” ujar Mirna, ibu dua anak ini.

Ia juga memuji perlengkapan salat dan berwudu yang dinilainya cukup lengkap. Namun sayang, kata Mirna, fasilitas berwudu bagi kaum muslimat, masih belum memadai. Tempat berwudu yang bersatu dengan laki-laki dan tidak tertutup membuatnya kesulitan saat menyucikan diri.

“Kalau buat yang pakai jilbab kayak kita, jadi enggak nyaman buat wudunya,” ucapnya.

Sedangkan bagi Iman, Mobile Masjid membantu umat Muslim yang sedang berada di luar ruangan, termasuk dirinya, untuk melaksanakan salat tepat waktu. Iman yang saat itu sedang berada di Taman Cibeunying, tadinya berniat akan salat Maghrib di rumah. Ia bersyukur ada Mobile Masjid sehingga bisa melaksanakan salat tepat waktu.

“Mudah-mudahan armada dan tim Mobile Masjid ditambah,” kata pria 39 tahun ini.

Tak hanya Mobile Masjid

Mobile Masjid merupakan salah satu program dari Masjid Nusantara, sebuah yayasan yang fokus pada pembangunan sarana dan prasarana masjid serta kegiatan memakmurkan masjid.

Masjid Nusantara berdiri pada 2012 dan mulai melaksanakan programnya setahun kemudian. Ada tiga program yang dijalankan Masjid Nusantara, yakni pembangunan dan renovasi masjid, bantuan sarana dan prasarana masjid, serta program memakmurkan masjid.

Mobile Masjid masuk ke dalam program pembangunan dan renovasi masjid. Dalam program ini, Masjid Nusantara telah berhasil membangun sebanyak 50 masjid di berbagai daerah di Indonesia. 

Daerah yang menjadi target pembangunan masjid adalah daerah yang rawan ekonomi, rawan akidah, dan daerah di mana Muslim menjadi minoritas.

“Baru di 2016, kami mulai masuk ke daerah-daerah yang Muslimnya minoritas, sebelumnya hanya di daerah yang rawan ekonomi,” ujar Direktur Masjid Nusantara Hamzah Fatdri kepada Rappler.

Nusa Tenggara Timur adalah salah satu daerah minoritas yang telah berhasil dibantu mendirikan masjid. Daerah selanjutnya adalah Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

“Kabupaten Karo menjadi prioritas kami karena kondisinya menyedihkan. Muslim di sana melaksanakan salat di tempat yang hanya berbentuk tenda dan berlapis terpal,” ujar pria 28 tahun itu.

Dalam program memakmurkan masjid, Masjid Nusantara ingin mengembalikan fungsi masjid seperti di zaman Rasulullah dulu, di mana masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga kegiatan masyarakat lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, pembinaan masyarakat, dan musyawarah.

“Bahkan dulu Rasul mengurus negara dan masyarakat di masjid,” ujar Hamzah.

Untuk itu, Masjid Nusantara telah menyelenggarakan pelatihan manajemen masjid yang diikuti pengurus Dewan Keluarga Masjid (DKM) dari berbagai daerah. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!