Masjid Kauman Yogyakarta siapkan gulai kambing untuk buka puasa sejak 1950

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Masjid Kauman Yogyakarta siapkan gulai kambing untuk buka puasa sejak 1950
Sejak 67 tahun lalu, Masjid Gedhe Kauman selalu sediakan nasi gulai kambing setiap Kamis pada bulan Ramadan. Peminatnya sudah mencapai lebih dari 2.000 jamaah

YOGYAKARTA, Indonesia — Masjid Gedhe Kauman punya tradisi unik setiap Ramadan. Selama satu bulan, masjid tersebut akan menyajikan menu gulai kambing setiap Kamis. 

Tradisi ini dimulai sejak 1950 hingga saat ini. Tahun ini, jumlah menu yang disediakan pun terus meningkat hingga mencapai 2.000 bungkus nasi gulai setiap pekannya. 

Karena semakin banyaknya minat, panitia masjid diharuskan membentuk tim khusus yang bertugas menyeleksi katering serta menentukan menu berbuka pada hari-hari lainnya.

Anggota panitia seksi tajil Masjid Gedhe Kauman, Jujuk Inhari Edi, memaparkan tradisi menyiapkan menu gulai kambing di setiap Kamis tidak berubah sejak 67 tahun silam. Saat itu, menurutnya, masjid memilih menu gulai kambing karena dianggap sebagai makanan yang istimewa. 

“Waktu itu gulai, kan, makanan istimewa. Jadi kami pilih yang paling istimewa di hari Kamis. Gulai saat itu dimasak sendiri oleh takmir masjid,” kata Jujuk.

Sejak itu, tradisi tersebut dipertahankan. Pengunjung masjid pun menjadi hafal bahwa setiap Kamis akan menyantap menu berbuka puasa berupa gulai kambing.

Jujuk mengatakan, setiap tahun porsi yang disiapkan rata-rata bertambah. Dari berjumlah ratusan setiap Kamis terus berkembang kini mencapai ribuan bungkus. Namun ia menyebut, jumlah tersebut sering kali masih kurang, meski terkadang juga berlebih. 

Untuk mengantisipasi hal ini, panitia menyiapkan menu lain seperti roti, kurma, dan air mineral serta teh hangat jika jumlah porsi yang disediakan kurang.

Dari yang awalnya menu disiapkan sendiri oleh takmir masjid, panitia masjid kemudian menyerahkan pasokan penyedia makanan berbuka kepada pihak katering profesional. Berhubung bulan Ramadan, banyak pengusaha katering yang ingin menyumbang untuk berbuka di Masjid Kauman.

Tak hanya nasi gulai setiap Kamis, tetapi juga ada menu lain seperti tongseng pada Sabtu, brongkos pada Minggu dan sayur asam, ayam goreng serta sambal pada Senin. 

Jujuk mengaku, tahun ini ada sekitar 20 katering yang mengajukan keinginan untuk memasok nasi dan makanan kebutuhan berbuka. Namun tidak semua proposal katering bisa diterima. Panitia menyeleksi katering mana yang paling profesional, menyajikan makanan terbaik dan rasanya paling enak. 

“Semua boleh mendaftar, tapi kami menyeleksi dengan ketat,” katanya seraya menambahkan hingga saat ini belum ada katering atau pengusaha non-Muslim yang ikut menyumbang nasi untuk berbuka.

Menu berbuka untuk siapa saja

Panitia seksi berbuka puasa Masjid Kauman memiliki sebuah tim khusus beranggotakan 11 orang untuk menyeleksi mana katering yang paling enak dan paling bergizi. Tim tersebut terbentuk sejak lama dan terdiri dari 6 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. 

Selain bertugas mencicipi masing-masing katering, mereka memilih kandidat yang dianggap paling profesional dalam memasak menu tertentu. 

“Misalnya menu sate, kami pilih katering yang paling enak satenya. Semua makanan dari mereka. Masjid mengeluarkan nol,” kata Jujuk.

Selain menyeleksi, panitia juga menentukan jumlah porsi yang bisa disiapkan oleh katering. Sering kali panitia menolak keinginan katering yang ingin memasak lebih banyak dari porsi yang sudah ditentukan panitia. 

“Kami juga mengukur kemampuan katering tersebut. Jika biasanya mereka mampu 100, kemudian ingin memberi 150, biasanya ada 10 atau 20 nasi yang basi. Jadi kami menentukan jumlah juga dari kemampuan katering,” ujarnya.

Seperti Kamis petang itu, 8 Juni 2017, panitia mulai menyiapkan makanan dan minuman sejak pukul 15:00 WIB. Panitia laki-laki terlihat cekatan mengisi gelas teh dan menyusun piring berisi nasi gulai di atas meja. 

Beberapa laki-laki lain memasukkan tiga hingga empat butir kurma ke dalam bungkus untuk tajil pengunjung masjid. Terlihat sekitar tiga perempuan menyiapkan nasi dan kerupuk di sisi kanan. 

Jujuk mengatakan, panitia laki-laki memang lebih banyak terlibat dalam menyiapkan kebutuhan makanan buka dibandingkan perempuan. 

“Panitia perempuan lebih sedikit karena mereka banyak menyiapkan kebutuhan berbuka di rumah masing-masing,” ujarnya.

Di Masjid Kauman, pengunjung masjid dipersilakan untuk mengambil makanan dan minuman sebelum waktu berbuka. Sambil menunggu waktu berbuka, mimbar akan diisi oleh ulama setempat untuk memberikan tausiah. 

Di masjid yang terletak tak jauh dari Malioboro itu, makanan untuk berbuka ditujukan bagi siapapun bahkan umat yang tidak puasa. 

“Kami tidak pernah melarang umat non-Muslim untuk ikut makan. Makanan ini dipersilahkan bagi yang puasa atupun tidak,” ucapnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!