Uniknya masjid kapal laut di Cimahi

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Uniknya masjid kapal laut di Cimahi
Bentuk kapal laut terinspirasi kisah Nabi Nuh yang membuat bahtera untuk menyelamatkan pengikutnya

BANDUNG, Indonesia — Kalau ada masjid paling ‘nyeleneh’, barangkali Masjid Al Baakhirah yang berdiri di Kota Cimahi salah satunya. Sebab, bangunan masjid tersebut lebih menyerupai kapal laut yang sedang bersandar di dermaga, lengkap dengan jangkarnya. 

Selain itu, layaknya kapal laut, masjid ini pun memiliki haluan dan radar pemantau. Bahkan masjid tersebut juga dilengkapi cerobong dan geladak. Tak hanya itu, di masjid ala kapal laut ini juga ada pelampung penolong berbentuk cincin (ring life buoys) serta kabin untuk nakhoda dan awak. 

Di teras masjid juga dipajang maket kapal laut KM Kerinci! Dan untuk melengkapi keunikannya, masjid ini juga tidak memiliki kubah —sesuatu yang biasanya menjadi ciri khas sebuah masjid. 

Sementara bagian dalam masjid ini hampir sama seperti masjid-masjid pada umumnya. Yang membedakan hanya bentuk jendelanya yang dibuat menyerupai jendela kapal laut. 

Naik ke lantai dua,  terdapat ruangan kontrol lampu masjid yang dibuat menyerupai ruang kemudi kapal laut. Ornamen itu semakin menguatkan nuansa kapal lautnya. Namun yang membuat beda adalah adanya replika Ka’bah yang didirikan di ‘geladak kapal’.

Ada replika Ka'bah di geladak kapal Masjid Al Baakhirah yang juga sering dipakai latihan manasik haji. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

“Di sini bisa juga dipakai untuk latihan manasik haji. Biasanya anak-anak TK yang suka manasik di sini,” ujar Budi Handono, salah seorang pengurus masjid yang ditemui Rappler, akhir pekan lalu.

Bilamana ada acara atau kegiatan besar, muadzin dan imam akan mengenakan baju kelasi. Rupanya para pengurus masjid serius mengusung tema “kapal laut” ini. 

Masjd Al Baakhirah mulai digunakan pada 26 April 2016 dengan proses pembangunan selama 8 bulan lamanya. Lokasi masjid berada di Jalan Bapak Ampi, Baros, Kota Cimahi.  

Masjid ini memiliki luas bangunan 90 meter persegi dengan kapasitas 100 orang jemaah. Al Baakhirah dibangun di atas tanah seluas 200 meter persegi yang merupakan wakaf dari keluarga almarhum Budiyanto.   

Semasa hidupnya almarhum menjadi nakhoda di Perusahaan Laut Nasional Indonesia (Pelni). Itulah salah satu alasan mengapa masjid ini berbentuk kapal laut yang menjadi tanda kecintaan almarhum terhadap profesinya sebagai nakhoda.

Selain itu, bentuk kapal laut juga terinspirasi dari kisah Nabi Nuh yang membuat bahtera untuk menyelamatkan pengikutnya. “Mudah-mudahan masjid ini bisa ikut menyelamatkan umat,” kata Budi.

Sejak mulai berdiri, Masjid Al Baakhirah menarik banyak orang untuk datang.  Ada yang hanya sekadar melihat untuk memuaskan rasa ingin tahunya, ada pula yang sekalian menjalankan ibadah salat.

Radar pemantau di Masjid Al Baakhirah yang menyerupai radar di kapal laut sungguhan. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Seperti yang dilakukan Ani Darmiyati, yang membawa dua anaknya Barliano (9) dan Nadina (6). Ani sengaja membawa dua anaknya melihat Masjid Al Baakhirah, meski lokasi rumahnya di Gadobangkong, Kabupaten Bandung Barat, cukup jauh.

Ani mengaku penasaran ingin melihat seperti apa masjid berbentuk kapal laut yang banyak dibicarakan teman-temannya ini.“Teman-teman ramai ngomongin masjid perahu, jadi saya penasaran, ya sekalian ngabuburit,” kata perempuan 42 tahun itu.

Ani juga sengaja mengajak dua anaknya, yang ikut penasaran melihat masjid kapal laut.  Menurut Ani, keduanya sangat antusias, apalagi Lebaran ini mereka sekeluarga berencana mudik menggunakan kapal laut.

“Nanti kan kami mau mudik pakai kapal laut, ini sambil ngasih tahu ke anak-anak bentuk kapal laut itu seperti apa,” ujar perantau asal Sumatera Barat ini.

Ani menanggapi positif bentuk masjid yang tidak seperti umumnnya.  Menurutnya itu justru yang menjadi daya tarik masjid tersebut.“Bagus dan aneh, beda dari yang lain,” ucapnya.

Mengenai ketertarikan banyak orang akan bentuk Masjid Al Baakhirah, Budi mengaku bersyukur. Sebab, dengan begitu banyak orang yang datang berkunjung dan ikut beribadah di masjid tersebut.  Ini membuat salah satu tujuan dari dibangunnya masjid itu, mulai tercapai.

“Mereka ke sini, di samping ibadah juga berwisata.  Tapi ada manfaatnya, yaitu ikut memakmurkan masjid.  Kebetulan lokasinya masjidnya di pinggir jalan, jadi setiap waktu salat, banyak yang mampir.  Jadi dari waktu ke waktu, masih ada yang mengerjakan salat di sini.  Karena itu, masjid ini tidak pernah tertutup,” ujar Budi. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!