Melihat dunia anak berkebutuhan khusus melalui gambar dan cerita

Dzikra Fanada

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Melihat dunia anak berkebutuhan khusus melalui gambar dan cerita
Kita=Sama adalah lomba fotografi dan cerita yang mengangkat kisah anak-anak berkebutuhan khusus

JAKARTA, Indonesia — Apakah dunia yang kita dan mereka lihat sama? Nyatanya, anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu di dunia ini lebih fokus. Hanya saja, kemampuan itu muncul ketika anak tersebut menyukainya.

Misalnya, ketika seorang ABK menyukai sebuah gambar. Anak itu biasanya akan fokus pada satu objek di gambar itu. Objeknya bisa berupa apa saja, baik itu binatang, tanaman, manusia, atau hal-hal spesifik lainnya.

Kegiatan menggambar ini juga akan mereka lakukan secara terus menerus tanpa rasa bosan. Pada umumnya, mereka juga menggunakan warna yang sama pada gambar-gambarnya.

Hasil karya dari anak-anak berkebutuhan khusus juga sangat mengagumkan. Bakat yang mereka miliki sejalan dengan kemampuan fokus mereka yang luar biasa.

Lewat program lomba menggambar dan foto cerita yang bertajuk Kita=Sama, para ABK bisa mengembangkan bakatnya. Interface BPN dan Optima Media, selaku penyelenggara program, berharap bahwa para ABK bisa lebih optimistis dan percaya diri untuk terus mengembangkan potensi diri.

Pengumuman pemenang lomba dari program ini berlangsung di Gedung BRI Agro, Kalibata, Jakarta Selatan, pada Selasa, 25 Juli.

Salah satu pemenang lomba menggambar, Jessica Gabriela Suryono, mengatakan bahwa ia suka menggambar hal-hal yang lucu. Untuk lomba ini, Jessica menggambar dua ekor burung berwarna biru yang sedang bertangkar di pohon.

Menurutnya, karya tersebut menggambarkan kehidupan burung di pagi hari. Mengapa pilih warna biru untuk burungnya? “Karena ini [situasi pada gambarnya] pagi hari,” kata Jessica.

Orangtua Jessica sendiri sudah melihat bakat menggambar Jessica sejak kecil. Setiap hari, ada saja yang Jessica gambar, seperti kelinci dan kucing. “Soalnya itu imut” ujar Jessica girang.

Hingga akhirnya, orangtuanya memutuskan untuk mengikutkan Jessica dalam les gambar ketika ia berumur 9 tahun.

Selain menggambar, Jessica juga suka membuat kue dengan ibunya. “Karena ibunya suka buat cookies. Jessica sering ikut bantuin,” kata ayah Jessica.

Ketika ditanya tentang cita-citanya nanti kelak, Jessica ingin menjadi pelukis dan kok. Kedua cita-cita tersebut berkaitan erat dengan hobinya saat ini.

Kasih ibu kepada Ahmad

Foto cerita dari Ahmad yang didiagnosis Cerebral Palsy. Foto oleh Dzikra Fanada/Rappler

Selain lomba menggambar, program ini juga menghadirkan lomba foto cerita. Lomba ini bisa diikuti oleh orang-orang yang memiliki keluarga atau kerabat berkebutuhan khusus. Mereka bisa mengirimkan foto sekaligus cerita tentang perjuangan dan momen berharga.  

Pemenang dari lomba foto cerita ini adalah orangtua dari Ahmad Mujahir, seorang anak yang didiagnosis Cerebral Palsy. Penyakit ini merupakan kerusakan gangguan otak yang membuat tumbuh kembang Ahmad terlambat. Hingga saat ini, Ahmad sulit untuk berbicara dan berjalan meskipun usianya sudah lebih dari dua tahun.

Selain itu, orangtua Ahmad mengungkapkan bahwa terkadang emosi Ahmad tidak stabil. Sulit bagi orangtua Ahmad untuk menjelaskan kepada orang lain ketika Ahmad mulai memukul dan menggenggam keras sesuatu. 

“Pada awalnya, semuanya sulit bagi saya. Tapi saya lihat ibu-ibu lain bisa, jadi saya pikir saya juga pasti bisa,” kata ibunda Ahmad.

Saat acara pengumuman lomba ini diselenggarakan, Ahmad sendiri sedang mengalami radang tenggorokan yang membuatnya demam dan sedikit sulit mengatur emosinya. Selain itu, Ahmad juga seperti merasa bosan sehingga ia mulai memukul dan orang-orang sekitar mulai khawatir. 

“Enggak apa-apa, cara dia sayangnya seperti ini,” kata sang ibunda.

Sejak kecil, Ahmad memang sering sakit dan hal itu membuatnya sering bolak-balik ke rumah sakit. Cerita ini juga yang dituliskan oleh ibunya dan diikutsertakan dalam lomba. 

Dalam foto tersebut juga diceritakan kakak Ahmad yang selalu menemani dan memberi semangat untuk Ahmad. 

“Ahmad suka takut kalau ke rumah sakit, tapi abangnya selalu temenin,” kata ibunya.

Awalnya, foto-foto tersebut diambil oleh ibunya untuk kepentingan medis. “Karena dulu Ahmad sering kejang, dan dokter minta foto dan videonya saat dia kejang. Jadi saya selalu foto dia untuk kasih liat ke dokter,” ujarnya.

Ke depannya, orangtua Ahmad hanya berharap ia mampu hidup mandiri ketika besar nanti. Masalah profesi Ahmad nantinya, hati seorang ibu selalu sama, berharap anaknya bisa mendapatkan profesi yang bisa mencerahkan masa depannya. Namun, sang ibunda akan selalu mendukung apa yang anaknya suka. 

SDN inklusi untuk semua

Momen Kemal dan Rafli bersama dengan temannya disekolah. Foto oleh Dzikra Fanada/Rappler

Selain Ahmad, pemenang lainnya adalah seorang guru dari sekolah SDN Kramat Jati 16. Sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi program pemerintah. Di sekolah ini, para ABK bisa belajar bersama dengan teman-temannya lainnya. 

Dwi merupakan salah satu guru yang menangani ABK di sekolah tersebut. Ia mengatakan, sebagai guru harus bisa mengajak anak-anak lainnya untuk ikut membantu temannya yang memiliki kebutuhan khusus ini. 

Sebagai guru, Dwi melihat banyak sekali momen yang mengharukan dari kisah anak-anaknya di sekolah. Untuk itu, ia mengirim salah satunya untuk diikutsertakan dalam lomba. Dalam cerita tersebut, ia mengangkat Kemal dan Rafli. 

“Saya foto momen-momen berharga mereka. Bagaimana Kemal dan Rafli berbaur dengan anak-anak lainnya,” kata Dwi.

Kemal, bersama dengan orangtuanya, yang datang ke acara pengumuman lomba terlihat sangat gembira dan riang. Kepada banyak orang ia tebarkan senyum, dan juga tidak malu ketika diminta untuk maju ke depan.

Orangtua Kemal sendiri menyatakan bahwa memasukkan Kemal ke sekolah negeri inklusi merupakan saran dari terapis yang menangani Kemal. Meskipun awalnya sempat ragu, tapi akhirnya orangtua Kemal bisa bangga memiliki anak yang periang dan spesial.

Kebanyakan orangtua dari ABK yang datang dalam acara tersebut memiliki rasa yang sama. Mereka berjuang bersama dengan anak mereka yang sangat spesial dan berbakat. Meskipun awalnya sulit, tapi mereka percaya bahwa anaknya bisa melakukan sesuatu untuk dirinya dan orang sekitar. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!