Jaringan Indonesia Positif, menyuarakan ODHA di tingkat nasional

Putri Lestari, Nadia Vetta Hamid

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jaringan Indonesia Positif, menyuarakan ODHA di tingkat nasional
Berawal dari kebutuhan untuk bisa berdialog dengan pemerintah, JIP hadir untuk menyuarakan aspirasi ODHA

Yuk, tes HIV. Cari tahu lebih lanjut di sini.

JAKARTA, Indonesia – Menjelang Hari AIDS Internasional pada 1 Desember, ada baiknya kamu mengenal lebih dekat sosok-sosok yang bergerak untuk kesejahteraan Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) di Indonesia. Sebagai masyarakat awam, mungkin kamu tidak tahu banyak mengenai beragam lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun organisasi-organisasi terkait HIV dan AIDS di Indonesia.

Jaringan Indonesia Positif (JIP) merupakan jaringan orang dengan HIV yang ada di Indonesia. Berawal dari inisiatif 21 perwakilan provinsi dari Kelompok Dukungan Sebaya bagi Orang dengan HIV di Indonesia untuk membentuk jaringan ODHA di tahun 2014, karena mereka merasa belum ada yang mewakili di tingkat nasional. 

“Sebelum tahun 2014 sudah ada jaringan ODHA yang kemudian vakum. Jadi, kebutuhan kami untuk bisa berdialog dengan pemerintah enggak ada yang fasilitasi,” kata Heryadi Tedja atau yang biasa dipanggil Verdy Tee, MSM Program Officer JIP. 

Heryadi Tedja atau yang biasa dipanggil Verdy Tee, MSM Program Officer JIP. Foto oleh Nadia Vetta Hamid/Rappler

Menurut Doddy Parlinggoman, Program Manager JIP, jaringan yang sudah ada selama ini sebatas jaringan pekerja seks, pengguna narkotika, komunitas LGBT, hingga Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI). “Namun yang benar-benar menyuarakan teman-teman ODHA memang belum ada, sebelum kami,” kata Doddy.

Di tahun yang sama, sebuah pertemuan yang dihadiri perwakilan dari 21 provinsi tersebut akhirnya menyepakati untuk membentuk jaringan khusus yang dapat menyuarakan aspirasi ODHA. Mereka mengadakan kongres pertama JIP di bulan September 2015. 

Kini, perwakilan JIP tersebar di 26 provinsi. Mereka berafiliasi dengan Kelompok Dukungan Sebaya, sebuah support group antar sesama ODHA.

Pada awal pendiriannya, JIP juga mensosialisasikan ke pemerintah sebagai jaringan ODHA yang baru. Bagaimana dengan respon pemerintah terhadap JIP? 

Baik Verdy dan Doddy mengaku, dari awal inisiasi hingga sekarang, pemerintah cukup mendukung mereka, terutama dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan Kementerian Kesehatan. Mereka mendapat dukungan dari KPAN untuk kegiatan mereka, dan berkonsolidasi dengan organisasi lain. 

Berbeda dengan jaringan maupun organisasi terkait HIV dan AIDS lainnya, JIP tidak melakukan penyuluhan maupun edukasi. Mereka hanya fokus di advokasi dan riset, terlibat dalam pembuatan pedoman dan sesekali diundang sebagai pembicara. 

Doddy Parlinggoman, Program Manager JIP. Foto oleh Nadia Vetta Hamid/Rappler

“Untuk saat ini kami hanya mengumpulkan data maupun kasus dari kawan-kawan jaringan di lapangan,” kata Doddy. Misalnya, data mengenai stok Anti Retroviral (ARV) yang berkurang atau kedaluwarsa disampaikan JIP kepada pemerintah. “Kalau stok obat ARV sampai habis, itu akan mempengaruhi resistensi pengguna terhadap ARV,” lanjut Doddy lagi.

“Meskipun kami yang mengolah datanya, kami tetap menjalin kerjasama dengan organisasi lainnya, karena isu-isu ini ‘kan saling bersinggungan,” ujar Verdy, “Yang kami coba bangun ke teman-teman adalah advokasi perlu juga dilengkapi dengan data yang ada, jangan hanya teriak-teriak tapi tidak punya bukti.”

Kini, JIP tengah mengumpulkan data terkait stok ARV dan ke depannya akan lebih fokus di isu anak positif HIV. “Selama ini ‘kan gerakan yang ada fokus di penderita HIV dewasa, nah tapi anak-anak ini bagaimana agar suaranya juga bisa terdengar?” ungkap Doddy.

Verdy mengatakan, mungkin jumlah anak-anak yang positif HIV tidak begitu signifikan dibandingkan dengan dewasa, namun mereka ada dan membutuhkan perhatian lebih.

“Kami ingin nyentil pemerintah, mereka sedang mendengungkan ‘no one left behind’, tapi dengan apa yang terjadi sekarang, berarti anak-anak ditinggalkan, dong?” tanya Verdy.

HIV memang bisa menyerang siapa saja, tidak memandang usia, jenis kelamin, golongan ekonomi dan sebagainya. Bahkan, menurut Verdy, riset terbaru menunjukkan ibu rumah tangga kini termasuk ke populasi HIV positif yang cukup besar.

Bagaimana agar masyarakat terdorong untuk mencari tahu mengenai HIV dan AIDS, dan juga untuk mengikuti tes HIV?

“Sebenarnya ini adalah jargon yang cukup umum, ketahui sedini mungkin sebelum terlambat. Karena siapapun bisa kena, tidak tertutup pada golongan tertentu saja,” kata Verdy. Sebab, apabila ditangani sejak dini, artinya orang yang HIV positif dapat terus “menunda waktu” mereka dan menjalani hidup sehat sebagaimana orang yang HIV negatif.

Menurutnya, meskipun stigma atau diskriminasi terhadap ODHA sudah menurun, tapi hal tersebut masih ada. Banyak dari mereka yang baru saja mengetahui status HIV positif, takut dikucilkan oleh lingkungan. Menurut pengalaman Verdy, apabila diberi pengertian, keluarga juga bisa mengerti.

“Bahkan, dengan mengetahui status HIV, apabila sudah positif, kita juga bisa melindungi pasangan yang negatif,” kata Verdy. Doddy menambahkan, “Kalau misalnya belum kena (HIV), jadi bisa melindungi diri mereka. Kalau misalnya sudah HIV positif, ya harus patuh sama jadwal minum obat.”

Tertarik untuk membantu JIP? Caranya, kamu dapat mendokumentasikan apa yang terjadi di lapangan dalam bentuk foto, video, maupun laporan lainnya. “Selain itu, dengan mendukung kampanye kami saja sudah membantu, misalkan menyebarkan tagline kami lewat media sosial,” ujar Doddy.

Tidak hanya masyarakat umum, media juga bisa menjadi partner untuk advokasi. Menurut Doddy, media dapat menggaungkan apa yang mereka lakukan. 

“Kami masih membutuhkan bantuan media. Karena enggak jarang, media malah mengeluarkan pernyataan yang justru mendiskreditkan ODHA atau menyebarkan stigma,” tutup Verdy. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!