Kampanye Pilkada DKI: Berbagai jurus menjaring hati pemilih

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kampanye Pilkada DKI: Berbagai jurus menjaring hati pemilih
Kampanye dengan menggunakan spanduk dan baliho mulai ditinggalkan

JAKARTA, Indonesia – Kick off kampanye pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta sudah dimulai. Sejumlah tim kampanye pun telah menyiapkan strategi untuk menjaring hati masyarakat Jakarta.

Blusukan atau terjun langsung ke pemukiman warga sepertinya akan menjadi cara berkampanye yang paling sering dilakukan. Strategi ini bahkan sudah dilakukan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebelum kampanye dimulai.

Jumat pagi ini, misalnya, Anies Baswedan mengujungi Pasar Tebet di Jakarta Selatan. Sebelumnya mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini juga mengunjungi warga Manggarai dan petamburan.

Sementara Agus Harimurti mengunjungi Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat setelah sebelumnya menyapa warga Luar Batang di Jakarta Utara. Agus juga pernah bertandang ke Stadion Tugu di Jakarta utara.

Lalu bagaimana dengan duet petahana Basuki “Ahok’ Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat? Sebagai petahana, Ahok melakukan ‘blusukan’ dengan meresmikan beberapa Ruang Publik Terpadu Ramah Anak di beberapa titik di Jakarta.

Blusukan memang dianggap menjadi cara berkampanye yang paling efektif memikat hati warga. Sebab, selain bisa berdialog, warga juga bisa secara langsung menilai sosok calon gubernur atau wakil gubernur yang selama ini hanya mereka lihat melalui layar teve atau media massa.

“Kami (Anies-Sandiaga) memang akan terus melakukan beberapa kunjungan ke beberapa titik di Jakarta,” kata Juru Bicara pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, Panji Pragiwaksono, kepada Rappler, Jumat 28 Oktober 2016.

Spanduk tak lagi laku

Selain blusukan, masih ada cara berkampanye lainnya, yakni dengan memasang baliho, spanduk, ataupun poster bergambar pasangan calon lengkap dengan janji yang mereka tawarkan. 

Namun Panji mengatakan duet Anies-Sandiaga kemungkinan tidak akan menyebar spanduk, baliho, maupun stiker selama masa kampanye. “Kalau pun ada akan minim sekali,” katanya.

Begitupun pasangan Ahok-Djarot. Bahkan saat memberikan sambutan setelah pengundian nomor urut pada 25 Oktober, Djarot sendiri yang mewanti-wanti pendukungnya untuk tidak memasang spanduk.

Sebab Djarot menilai keberadaan spanduk di taman-taman kota atau di tembok dan dinding bisa merusak keindahan lingkungan. Selain itu juga tidak lagi efektif. “Jakarta sudah bersih, kali-kali bersih, tamannya baik, mari kita jaga betul kebersihan,” kata Djarot saat itu. 

Lewat media sosial

Cara berkampanye lainnya adalah dengan memanfaatkan media sosial. Saat ini tiga pasangan calon telah mendaftarkan akun-akun media sosial mereka kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta (KPUD DKI).

Pendaftaran akun-akun media sosial para calon diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 12 Tahun 2016 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati, dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

Akun-akun ini penting didaftarkan agar KPUD DKI juga Badan Pengawas Pemilu bisa memantau langsung kampanye yang dilakukan para pasangan calon di media sosial, sehingga bisa langsung disemprit jika dianggap melakukan pelanggaran.

Satu hal yang haram dilakukan pada masa kampanye adalah memainkan isu sara. Kampanye yang bersifat menghina, menghasut, provokasi, serta pelecehan juga masuk dalam daftar yang dilarang.

“Mengkampanyekan isu-isu SARA itu tidak boleh dilakukan, termasuk pelanggaran dalam pelaksanaan kampanye,” kata Ketua KPU DKI Jakarta Sumarno—Rappler.com

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!