Menerawang tren regulasi ‘start up’ di tahun 2017

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menerawang tren regulasi ‘start up’ di tahun 2017
‘VC in SEA: What To Expect In 2017’ merupakan topik perbincangan pertama yang membuka Tech in Asia Jakarta 2016 di Balai Kartini, Rabu, 16 November

JAKARTA, Indonesia – Hadir sebagai pembicara, Andi Boediman, Managing Partner Ideosource. Plern Tee Suraphongchai, partner Venturra Capital dan Eddi Danusaputro, CEO Mandiri Capital Indonesia.

You will see a lot of new regulation in 2017,” kata Eddi.

Saat ini, start up merupakan hal yang sedang menjadi tren yang terbilang baru dilakukan, khususnya di Indonesia. Maka, sampai saat ini peraturan yang mengatur perusahaan-perusahaan start up baru ini masih cenderung terbatas.

Menurut Eddi, di 2017, akan banyak peraturan baru yang mengatur start up, seperti izin mendirikan perusahaan baru yang lebih dipertegas. Eddi juga sempat menyinggung keadaan di Indonesia di mana perizinan sulit diurus.

“Lebih lebih gampang minta maaf dari pada minta izin,” kata Eddi.

Dampak persitiwa di luar Asia

Selain itu, Eddi juga melihat Asia Tenggara saat ini sedang berkembang, sehingga peristiwa yang terjadi di luar Asia pun dapat turut memberikan dampak, khususnya dalam bisnis dan keuangan.

Dicontohkan dengan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat, akan berpengaruh juga untuk negara Asia. “Indonesia and South East Asia is actually growing,” kata Eddi.

Bagi Andi, seorang yang bekerja di bidang investasi, pastinya memilih orang-orang terbaik merupakan hal penting. Andi pun mengaku tidak terlalu mempersoalkan apakah orang tersebut lokal atau global, selama mereka mampu dan dapat dipercaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terjadi di luar Asia juga berpengaruh.

For us, we always get the best people and put them in one table instead of being too global or too local,” kata Andi.

Wishlist

Saat ditanyakan mengenai keinginan apa yang ingin dicapai, Eddi berharap agar ada standarisasi pendidikan karena kecenderungan murid saat ini telah berubah. Saat ini hampir sebagian besar murid memilih mendirikan start up nya sendiri, dibandingkan bekerja untuk sebuah perusahaan besar.

Dari kenyataan tersebut, Eddi berkomentar, jika bekerja untuk bank, maka seseorang membutuhkan sertifikasi tertentu atau lulus tes tertentu. Tetapi jika membangun start up, orang tidak membutuhkan sertifikasi.

Namun, Eddi berharap ini akan berubah, karena saat memutuskan untuk membangun sebuah start up, maka penting bagi para pendiri memiliki sertifikasi tertentu agar para investor dan penanam modal dapat mempercayai uang mereka menjadi modal.

Berbeda dengan Tee yang sangat ingin memiliki akses untuk data-data, seperti revenue profit dan yang lainnya dari setiap perusahaan sehingga para pendiri start up dapat belajar cara yang baik menjalankan sebuah perusahaan.-Rappler.com.

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!