Menkes ingatkan supaya para suami tidak membawa pulang virus HIV ke rumah

Amir Tedjo

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menkes ingatkan supaya para suami tidak membawa pulang virus HIV ke rumah
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, golongan yang paling rentan tertular virus HIV datang dari kelompok ibu rumah tangga

SURABAYA, Indonesia – Jangan pernah berpikir jika virus HIV hanya menular di kalangan penjaja seks dan pecandu yang menggunakan jarum suntik tidak steril. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan golongan yang paling rentan terhadap HIV/AIDS malah datang dari kalangan ibu rumah tangga.

Dari data itu pula diketahui jumlah ibu rumah tangga dengan HIV/AIDS di Indonesia mencapai 10.626 orang. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penjaja seks yang tertular HIV dan berjumlah 2.578 orang.

“Maka dari itu, saya mohon maaf kepada para Bapak, agar berpikir berkali-kali untuk membawa virus HIV/AIDS ke rumah. Berperilaku lah yang sehat. Jangan berganti-ganti pasangan,” ujar Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek saat memberikan sambutan hari AIDS sedunia yang dipusatkan di Jawa Timur pada Kamis, 1 Desember.

Nila menjelaskan, tingginya angka penularan HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga karena perilaku berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks. Masih berdasarkan data Kemenkes, penularan HI/AIDS paling tinggi masih dari berganti-ganti pasangan heteroseksual yang mencapai angka 66 persen. Kemudian, jarum suntik tak steril yang biasa digunakan oleh pecandu sebesar 11 persen, lelaki berhubungan seks dengan lelaki sebesar 3 persen dan penularan ibu hamil ke janin sebanyak 3 persen.

Sedangkan, secara keseluruhan, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini yang sudah berhasil diketahui baru 209 ribu orang. Data tersebut merupakan akumulasi sejak tahun 1988.

Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987. Saat itu baru ditemukan satu kasus penderita HIV/AIDS. Tetapi, di tahun-tahun berikutnya, jumlah orang dengan HIV/AIDS naik berkali-kali lipat.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes, Muhammad Subuh, mengatakan jumlah 209 ribu orang dengan HIV/AIDS ini masih jauh lebih sedikit dibandingkan estimasi Kemenkes. Berdasarkan perkiraan Kemenkes, setidaknya ada 0,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 600 ribu yang tertular HIV/AIDS.

“Saat ini, gunung esnya masih banyak. Kami baru temukan 209 ribu orang yang positif. Jadi, kalau di tahun-tahun mendatang jumlahnya meningkat, it’s okay. Itu keberhasilan kami membongkar gunung es. Yang terpenting bagaimana kita menyiapkan untuk akses obat-obatannya,” ujar Subuh di tempat yang sama.

Pemerintah, kata Subuh, mengalami kesulitan untuk mendata secara pasti jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia. Pasalnya, tidak mudah bagi pemerintah untuk mengajak orang secara sukarela memeriksakan diri untuk tes HIV. Padahal layanan tes HIV sudah tersebar di berbagai puskesmas.

Sejak tahun 2014 lalu, pemerintah sudah memiliki program untuk melakukan tes HIV bagi penduduk Indonesia. Targetnya hingga tahun 2019 nanti sudah ada sekitar 20 juta penduduk Indonesia yang menjalani tes HIV. Saat ini, baru ada sekitar 11 juta penduduk yang sudah menjalani tes HIV.

“Tes (yang dilakukan) kepada 20 juta penduduk itu mewakili 10 persen jumlah penduduk Indonesia. Tes ini sangat penting memberikan gambaran pasti jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia. Bukan sekedar estimasi seperti saat ini,” tuturnya.

Untuk melakukan program ini, Kemenkes menganggarkan sekitar Rp 700 miliar per tahun yang digunakan untuk menjangkau sekitar 5 juta – 7,5 juta penduduk Indonesia untuk melakukan tes HIV/AIDS. Sedangkan, untuk ketersediaan obat antiretroviral (ARV), obat yang diminum untuk menekan pertumbuhan virus, pemerintah memastikan stoknya masih cukup.

Bahkan, pemerintah menyediakan cadangan sekitar 10 persen dari kebutuhan ARV untuk para pengidap HIV/AIDS. Obat ini sudah kami desentralisasikan ke masing-masing Dinas Kesehatan. Bisa diakses secara gratis untuk para pengidap HIV/AIDS.

“Yang penting, orang dengan HIV harus tetap minum obat. Jangan sampai putus. Karena kami khawatir kalau sampai putus obat, maka virus akan menjadi resisten. Kami tidak pernah mengatakan penderita HIV (bisa sembuh) jika rutin minum ARV. Tetapi, paling tidak kualitas hidupnya akan baik,” kata dia. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!