Kisah mengharukan pemakaman 15 korban gempa Aceh

Habil Razali

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah mengharukan pemakaman 15 korban gempa Aceh
15 korban tewas dimakamkan dalam satu liang

PIDIE JAYA, Indonesia – Sebuah ambulans melesat menuju gerbang masuk Meunasah atau Madrasah Kuta Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, Rabu sore, 7 Desember 2016. 

Lampu sirine yang berkedap-kedip seolah berteriak meminta jalan kepada kerumunan warga di lapangan meunasah. Ambulans tersebut membawa satu lagi korban tewas akibat gempa berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu pagi.

Di halaman meunasah, ambulans itu berhenti. Beberapa petugas bergegas mengeluarkan sesosok tubuh yang tak lagi bernyawa ke dalam tenda kemudian membaringkannya di sana, di atas hamparan sajadah dan tikar.

Jenazah tersebut adalah korban ke-15 yang ‘datang’ ke Meunasah Desa Kuta Pangwa. Ia dibaringkan berjejer dengan 14 korban tewas lain. Tubuh mereka ditutupi kain.

Sejumlah warga tampak memadati tenda. Para ibu dan anak-anak menangis. Tampak pula seorang ibu duduk di samping jasad suaminya sambil melantunkan Surat Yaasin.

Ibu itu tak bisa lagi membendung air mata ketika melihat jasad suaminya bersama 14 jasad lain mulai dimandikan. Tak ada kata-kata keluar darinya. Hanya hafalan ayat suci yang lamat-lamat terdengar dari bibirnya.

Seorang warga menuturkan, saat gempa terjadi, ibu tersebut sedang berada di rumah bersama suaminya. Ia selamat karena hanya terjebak runtuhan dinding, sementara suaminya tewas tertimbun.

“Ke-15 korban ini berasal dari 9 kepala keluarga. Semuanya tertimbun di bawah reruntuhan rumah,” kata Sekretaris Desa Kuta Pangwa, Zulkifli, kepada Rappler, Rabu sore 7 Desember 2016.

Zulkifli sendiri bersama keluarganya menjadi korban gempa. Saat gempa datang, kata Zulkifili, ia sedang berbaring di tempat tidur menunggu azan subuh. Saat hendak mengambil wudu, tiba-tiba datang goncangan sangat keras.

Tubuhnya terhentak dan seluruh dinding rumahnya mendadak ambruk. Satu balok rumah tersebut jatuh menimpa kedua kakinya. “Saat itu saya berusaha keras mengangkat balok itu bersama barang timbunan lainnya. Alhamdulillah, dalam waktu 10 menit saya bisa lekas berdiri, bahkan berlari,” ujar Zulkifli.

Ia bersyukur karena tak ada keluarganya yang tewas dalam insiden mengerikan ini. “Karena kami tidak terkena langsung reruntuhan rumah,” katanya.

Pembicaraan Rappler dengan Zulkifli terputus ketika seseorang memanggilnya, memberitahukan kuburan massal yang telah disiapkan. Zulkifli pun langsung bergegas menuju liang lahat yang dipersiapkan untuk memakamkan 15 korban gempa yang baru saja dimandikan.—Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!