Ketika JK ngobrol dengan Obama tentang janji Presiden-terpilih Trump

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ketika JK ngobrol dengan Obama tentang janji Presiden-terpilih Trump
Wapres juga ingatkan ketimpangan sosial yang melebar sebagai dampak masalah politik dan ekonomi

 

JAKARTA, Indonesia – Wakil Presiden Jusuf Kalla berbagi oleh-oleh informasi percakapan dengan Presiden AS Barack Obama, ketika keduanya bertemu dalam acara pertemuan puncak pemimpin ekonomi negara anggota APEC, di Lima, Peru, pada November tahun ini.  

“Saya tanya kepada Obama, kira-kira berapa persen janji kampanye Donald Trump akan dilaksanakan? Di bawah 50 persen atau di atas 50 persen?” ujar JK, panggilan akrab Wapres.  

Obama sambil tersenyum menjawab, “Kurang dari 50 persen. Jadi, jangan terlalu stres, lah.”   

JK menceritakan kisah ini di acara sarapan pagi bersama komunitas media dan dunia usaha yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), pada Kamis, 8 Desember silam. Acara ini diadakan sebagai bagian dari kegiatan Hari Pers Nasional 2017 yang acara puncaknya dilaksanakan di Ambon, pada 9 Februari tahun depan.

JK juga mendapatkan sinyal yang sama mengenai kebijakan ekonomi Presiden-Terpilih AS Donald Trump, saat bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. 

Abe adalah pemimpin dunia pertama yang bertemu Trump di New York, dua hari sebelum pertemuan APEC di Lima.  Usai bertemu Trump, Abe menyatakan memiliki kepercayaan tinggi atas masa depan hubungan AS dengan Jepang di bawah kepemimpinan Trump

Jadi, kata JK, Abe tertawa lebar dan menyakinkan bahwa situasi akan baik-baik saja. Trump tidak akan menjalankan semua janji kampanyenya yang pasti berpengaruh terhadap ekonomi dunia, termasuk ekonomi Indonesia.  

“Biasalah. Kalau kita lihat janji-janji kampanye di Pilkada DKI, wah, pasti bakal maju pesat ini. Sama lah saat saya kampanye dulu,” kata JK, yang disambut tawa hadirin.

JK diminta berbicara tentang masa depan ekonomi Indonesia. Menurutnya, bicara ekonomi itu mudah, karena selalu ada prinsip ceteris paribus.  

“Artinya, selalu ada keadaan, kalau begini, maka akan demikian.  Jika ekonomi ternyata tidak tumbuh 7 persen seperti yang kita harapkan, maka ada hal yang harus kita koreksi. Kita sesuaikan,” ujar JK.

(BACA: Presiden Jokowi optimistis akan kepemimpinan Trump dan ekonomi 2017)

JK mengakui ekonomi dipengaruhi  situasi global, mulai dari situasi pasca Trump di AS, kondisi di Timur Tengah yang mempengaruhi harga minyak, harga batu bara, kondisi di Eropa pasca Brexit, sampai ke situasi di Tiongkok.  

“Namun kita jangan terlalu pesimis,” kata JK.  

Menurutnya, masyarakat Indonesia akhir-akhir ini kurang senyum. 

“Kalau berbicara ekonomi kita bisa membayangkan apa yang dibahas itu-itu saja. Kita harus realistis saja menghadapi keadaan. Kalau sangat optimis, kecewa bila tidak tercapai,” ujar JK.

Di sektor perpajakan, saat kampanye presiden, Trump berencana mengurangi pajak kalangan berpenghasilan tinggi dan perusahaan dari 35 persen menjadi 15 persen, serta memberlakukan amnesti pajak. Kebijakan amnesti pajak AS yang memungkinkan deklarasi harta dan masuknya dana repatriasi, menjadi pengaruh negatif bagi negara lain, termasuk Indonesia.

Menurut JK, kalau Trump menjalankan rencana mengenakan tarif impor tinggi ke produk buatan Tiongkok, misalnya, yang akan protes lebih dahulu adalah masyarakat AS yang selama ini sudah terbiasa konsumsi produk dengan harga terjangkau yang diimpor dari Negeri Tirai Bambu.  

“Wallmart itu kan isinya mayoritas produk China. Ditambah sedikit produk dari Vietnam, Indonesia, mungkin Bangladesh, dan Meksiko,” tutur Wapres tentang jaringan ritel besar di Negeri Paman Sam.

Hati-hati ketimpangan sosial

Wapres JK (kiri) dan Ketua Umum PWI Margiono di acara Breakfast Meeting Masa Depan Ekonomi Indonesia, pada 8 Desember 2016. Foto oleh Uni Lubis/Rappler

Selain faktor global, ekonomi juga dipengaruhi situasi domestik. Menurut JK, kondisi politik dan ekonomi Indonesia saat ini relatif aman.  

JK menilai Presiden Jokowi berhasil mengelola suhu politik menjadi kondusif lewat pertemuan-pertemuan pribadi dengan tokoh-tokoh politik. 

“Di Indonesia ini beda. Memang harus bertemu pribadi agar terang,” kata JK.

Begitu pun, ia mengingatkan agar kita berhati-hati terkait ketimpangan sosial, sebagai akibat situasi politik dan ekonomi. JK menyindir ada pengusaha-pengusaha yang menguasai ribuan hektar tanah, sementara masyarakat kesulitan lahan.

“Jangan ada pengusaha yang menguasai ribuan hektar tanah, tapi orang-orang tinggal di emperan,” kata JK.

“Keseimbangan pengusaha besar pengusaha kecil, keseimbangan antar daerah dan penguasaan aset-aset bangsa, harus kita dorong untuk diperkecil,” kata dia.

JK mengajak untuk mencermati situasi di Jakarta sebagai ibu kota negara. Gap di Jakarta, menurutnya, terlalu tinggi. Persoalan kesenjangan sosial itu hanya bisa diselesaikan lewat pembangunan ekonomi dan politik yang kondusif.

“Maka saya dari dulu selalu bilang, kalau bikin 1.000 tower [rumah susun], penting mencerminkan keadilan sosial. Jangan rumah yang sangat mewah di Asia ada di Jakarta, rumah yang paling kumuh pun ada di Jakarta. Terlalu tinggi gap-nya,” ucapnya. –Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!