Tiga warga Sulsel kembali jadi korban penculikan di perairan Malaysia

Syarifah Fitriani

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Penculikan diduga terjadi pada Rabu, 18 Januari ketika kapal tengah melaut di perairan Malaysia

DICULIK. Tiga ABK Indonesia kembali jadi korban penculikan kelompok orang misterius ketika tengah melaut di perairan Malaysia. Ilustrasi oleh Rappler

MAKASSAR, Indonesia – Warga Indonesia kembali menjadi korban penculikan oleh kelompok militan pada Rabu, 18 Januari. Pelaku penculikan diduga merupakan kelompok Abu Sayyaf yang kerap menawan warga Indonesia dan beberapa warga asing lainnya untuk memperoleh uang.

Kepastian tiga warga asal Sulawesi Selatan itu diculik disampaikan oleh Kapolres Kepulauan Selayar, AKBP Eddy Suryantha Tarigan. Dia mengatakan memperoleh informasi dari Konsulat Republik Indonesia (KRI) di Tawau, Malaysia Timur. Ketiga korban penculikan merupakan awak kapal penangkap udang Sandakan dengan nomor kapal BN 838/4/F.

“Kami terima informasi dari Konjen di KRI Tawau kalau dua warga Kepulauan Selayar, Indonesia, menjadi korban penculikan. Kami diminta untuk ke rumah keluarga korban untuk memberikan kabar terkait penculikan tersebut,” ujar Eddy yang dikonfirmasi Rappler melalui telepon pada Jumat, 20 Januari.

Sementara, sisa satu warga lainnya berasal dari Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba.

Informasi penculikan itu kali pertama disampaikan oleh personil penjaga pantai Taganak di Filipina selatan. Mereka menemukan kapal dalam keadaan bergerak dan mesin masih hidup. Tetapi, berdasarkan perkiraan mereka aksi penculikan tidak terjadi di Filipina selatan.

Kemungkinan besar penculikan terjadi di perairan Sandakan, Sabah, Malaysia.

“Dengan situasi keamanan saat ini, sangat kecil kemungkinan nelayan WNI berani berlayar sampai ke Filipina,” kata Eddy menirukan pernyataan pejabat di KRI Tawau.

Memperbaiki ekonomi keluarga

MESIN HIDUP. Kapal penangkap udang yang digunakan untuk bekerja oleh tiga warga Indonesia asal Sulawesi Selatan. Kapal itu ditemukan tanpa awak dan dalam keadaan mesin masih hidup di perairan Filipina selatan. Foto dari Polres Selayar

Ketiga awak kapal diketahui berinisial SS (26 tahun), H, dan S. SS dan H mengadu nasib ke Malaysia untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Namun, belum dua tahun bekerja di sana, keduanya menjadi korban penculikan.

“Mereka mulai merantau sejak Oktober 2015 dan bekerja sebagai nelayan di kampung orang,” kata Eddy.

Semula SS berangkat ke Nunukan bersama pamannya, H. Mereka berangkat dari kampung halamannya di Pulau Bembe. Tak lama setelah itu, S, warga Kabupaten Bulukumba ikut bergabung bersama SS dan H.

Dari Nunukan, kemudian ketiganya menyeberang ke Negeri Jiran dan ditampung oleh keluarga H yang bernama M. Arsyad. Sehari-hari mereka menjalani aktivitas sebagai nelayan di kapal trawl penangkap udang.

“Sejauh ini yang kami ketahui H bertindak sebagai juragan kapal. Sedangkan SS dan S sebagai anak buah kapal H,” tutur Eddy.

Belum pasti diculik

Ini menjadi kasus penculikan pertama yang kembali menimpa WNI di tahun 2017. Sebelumnya, di tahun 2016, Pemerintah Indonesia sudah berhasil membebaskan 25 ABK yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf.

Masih tersisa 4 ABK lainnya yang masih dalam upaya pembebasan. Mereka juga diculik di perairan Sabah, Malaysia.

Kendati sudah memperoleh konfirmasi dari Polres Selayar, namun Kementerian Luar Negeri belaum bisa memastikan jika ketiga WNI yang hilang itu telah diculik oleh kelompok militan.

“Pemilik kapal telah mencoba melakukan komunikasi dengan ABK tetapi tidak berhasil,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan pendek pada Jumat malam, 20 Januari.

Berdasarkan informasi dari pemilik kapal, ketiga WNI itu bekerja di Malaysia secara legal.

“Otoritas Malaysia masih melakukan penyelidikan terhadap kejadian tersebut. Oleh sebab itu belum dapat dipastikan 3 WNI itu diculik,” kata Iqbal.

Perwakilan Indonesia di Tawau dan Kinabalu sudah ke lokasi hilangnya kapal dan tengah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!