Polri bantah pasukan perdamaian Indonesia coba selundupkan senjata dari Sudan

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Ada 139 personil kepolisian Indonesia yang tertahan di Sudan karena dituduh akan menyelundupkan senjata ke Tanah Air

PASUKAN PERDAMAIAN. Ilustrasi personil polisi yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB tengah melakukan pencarian senjata di lokasi perlindungan bagi warga sipil dekat area Jebel, Juba pada tanggal 19 Juli 2016. Foto oleh Eric Kanalstein/PBB

JAKARTA, Indonesia – Kapuspen TNI, Mayor Jenderal Wuryanto membantah kontingen pasukan perdamaian Indonesia yang ditugaskan di Sudan berniat menyelundupkan senjata dari sana untuk dibawa ke Tanah Air. Senjata yang ditemukan bersama barang bawaan kontingen Indonesia bukanlah milik personil TNI atau Polri.

“Terkait pemberitaan ada anggota misi perdamaian UNAMID (United Nations African Union Mission) yang disebut pada tanggal 20 Januari ingin menyelundupkan senjata usai melakukan tugas, maka saya sampaikan bahwa berita tersebut tidak benar!,” ujar Wuryanto ketika memberikan keterangan pers di markas TNI di Cilangkap, Jakarta Timur.

Dia mengaku telah mengecek ke beberapa pejabat dalam penugasan kontingen Indonesia di Darfur, Sudan yaitu komandan PMMP TNI, Brigadir Jenderal Marzuki yang kini berada di New York, Amerika Serikat dan Komandan Sektor UNAMID, Brigadir Jenderal TNI Nur Alamsyah di Sudan dan Komandan Satgas Yon Komposit TNI Konga XXXV-B UNAMID di Darfur, Letkol Infantri Singgih Pambudi Arinto.

“Konfirmasi terkait pemberitaan itu tidaklah benar. Kejadian itu (upaya penyelundupan senjata) memang ada, tetapi tidak melibatkan satu pun personil satgas UNAMID yang bertugas di Sudan dan akan kembali pada bulan Maret mendatang,” tutur dia.

Kendati demikian Wuryanto membenarkan jika otoritas bandara El-Fasher menemukan beberapa senjata. Tetapi, senjata itu bukan milik personil kontingen asal Indonesia.

Kronologi kejadian

Penjelasan juga datang dari Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes Martinus Sitompul. Hal ini lantaran kontingen pasukan perdamian terdiri dari unsur TNI dan Polri.

Dia kemudian menjelaskan kronologi kejadian pada Sabtu, 21 Januari kemarin. Sebanyak 139 personil Polri bernama Form Police Unit (FPU) batch 8 UNAMID akan pulang ke Tanah Air. Semua barang bawaan telah dicek dan dimasukan ke dalam dua kontainer untuk dibawa ke bandara.

“Sebanyak 40 personil mendampingi dua kontainer itu. Begitu tiba di bandara dilakukan pemeriksaan X-Ray. Banyak barang di sana ditumpuk di dalam satu tempat. Sekitar 10 meter dari situ ada tumpukan koper lain yang sempat ditanyakan oleh petugas bandara ke polisi Indonesia, apakah koper itu milik mereka,” tutur Martinus memaparkan.

Personil polisi Indonesia menjawab koper itu bukan milik mereka, karena tidak ada label yang menunjukkan itu berasal dari Indonesia.

“Koper itu kan sama ya seperti kalau orang berangkat naik haji. Menurut komandan satgas FPU batch 8, koper itu bukan milik pasukan Indonesia,” kata Martinus lagi.

Menurut laporan media setempat, Sudan Tribune, di dalam koper berisi 29 senjata kalashnikov, 4 senapan, 6 buah senjata jenis GM3, 61 ragam pistol dan amunisi dalam jumlah besar. Martinus menjelaskan tidak ada satu pun personil Polri yang ditangkap oleh otoritas berwenang di Sudan. Namun, memang kepulangannya tertahan karena mereka harus dimintai keterangan.

“Saya tegaskan mereka bukan ditangkap, tapi tertahan kepulangannya. Sekali lagi bukan ditangkap ya. Mereka saat ini tinggal di transit camp di sana, karena tempat mereka di Garuda Camp sudah diisi oleh personil FPU batch 9,” katanya.

Saat ini Pemerintah Indonesia tengah mengusahakan kepulangan 139 personil polisi itu. Kedutaan Indonesia di Darfur akan membantu memberikan penjelasan termasuk ke UNAMID.

Martinus mengatakan FPU batch 8 ini berangkat pada tanggal 15 Desember 2015 dan ikut bergabung dalam misi perdamaian di bawah bendera PBB, UNAMID. Setelah satu tahun melaksanakan misi itu, mereka berencana pulang pada tanggal 21 Januari kemarin. Sayang, rencana itu tertahan karena diduga menyelundupkan senjata oleh petugas bea cukai di Sudan.

Kepastian penahanan personil kontingen UNAMID asal Indonesia disampaikan oleh Direktur Bea Cukai Polisi di Darfur Utara, Asim Hamid. Dia memuji personilnya karena dianggap berhasil menggagalkan upaya penyelundupan senjata tersebut dari Bandara El-Fasher.

Misi perdamaian di Sudan merupakan tim internasional terbesar kedua di dunia dengan anggaran per tahun mencapai US$1,35 miliar dan jumlah pasukan hampir 20 ribu orang. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!