Walau bakteri anthrax ditemukan di Yogyakarta, namun ternak sapi tetap aman dijual-belikan

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Walau bakteri anthrax ditemukan di Yogyakarta, namun ternak sapi tetap aman dijual-belikan
Dinas Kesehatan Yogyakarta menyebut hanya ada satu pasien lansia yang dipastikan terdapat kuman anthrax dan berasal dari Kulonprogo. Sedangkan, pasien anak yang meninggal di RSUP dr. Sardjito bukan meninggal akibat bakteri anthrax.

YOGYAKARTA, Indonesia – Munculnya bakteri anthrax di Yogyakarta sempat membuat publik khawatir. Bakteri itu ditemukan di dalam tubuh pasien yang berasal dari Kabupaten Kulonprogo.

Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta mengatakan bakteri anthrax ditemukan di salah satu pasien dengan gejala anthrax tipe kulit. Pasien yang diketahui pria dan berusia 78 tahun itu sudah meninggal beberapa waktu yang lalu. Tetapi dinkes membantah penyebab kematian pasien itu karena tertular bakteri anthrax.

“Dia juga menderita (penyakit) diabetes dan tidak ditemukan (bakteri) anthrax pada pernafasan. Kemungkinan kuman anthrax yakni Bacillus Antracis masuk melalui lukanya. Tetapi, diagnosa tegak penyebab kematiannya adalah gagal ginjal,” ujar Kepala Dinkes Provinsi DI Yogyakarta, Pembayun Setyaningastutie kepada Rappler, Senin, 23 Januari.

Pembayun menegaskan kuman anthrax memang ditemukan di dalam tubuh pasien lanjut usia itu, tetapi hal tersebut bukan menjadi penyebab utama dia meninggal. Dia juga membantah kabar seorang pasien anak dari Kabupaten Sleman turut meninggal akibat terpapar anthrax. Pasien anak itu sempat dirawat di RSUD Sleman tetapi kemudian dipindahkan ke RSUP dr. Sardjito.

“Itu tidak benar (pasien anak terpapar anthrax). RS Sardjito tidak menemukan anthrax dalam (tubuh) pasien itu. Tidak ada,” katanya.

Awal bakteri itu merebak dimulai pada akhir tahun lalu. Saat itu, ada belasan ternak sapi yang mati pada bulan November 2016 di Kabupaten Kulonprogo. Empat ternak lainnya ikut mati pada Januari 2017.

Belakangan, diketahui ada kemungkinan pasien lansia dan 15 orang lainnya melakukan kontak atau mengkonsumsi daging sapi yang di dalamnya terdapat bakteri anthrax.

“Pada belasan ternak itu, ada satu sapi yang mati dan disembelih warga November lalu. Pada daging dan tanah bekas (hewan sapi) disembelih, ditemukan kuman anthrax. Ternak yang lain belum keluar hasilnya,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kulonprogo, Astungkoro.

Penularan anthrax dari ternak kepada manusia diduga berasal dari konsumsi daging dari sapi yang mengandung kuman anthrax serta dari luka yang dimiliki warga. Sejauh data yang dimiliki Sekda belum pernah ada kasus penularan kuman anthrax dari udara lalu masuk melalui pernafasan.

Sebanyak 15 orang yang menderita gangguan anthrax kulit sudah dilarikan ke rumah sakit dan telah diizinkan pulang.

Pemerintah setempat kini juga sedang menyelidiki asal usul sapi milik warga yang positif mengandung anthrax tersebut. Temuan itu, kata Astungkoro baru pertama kali terjadi di Kulonprogo.

“Sapi milik bapak itu sedang kami selidiki asalnya dari mana, karena peristiwa ini baru pertama kali terjadi di Kulonprogo,” kata dia.

Tidak perlu panik

Kendati sudah ada hewan yang dinyatakan positif mengidap bakteri anthrax, tetapi Kadis Kesehatan Pemprov Yogyakarta, Pembayun Setyaningastutie meminta warga untuk tidak panik. Sejauh ini, Pemprov belum menentukan bahwa temuan bakteri anthrax itu sebagai kejadian luar biasa (KLB).

“Untuk menetapkan KLB, kami memiliki pedoman masing-masing. Gubernur Yogyakarta juga belum menetapkan ini sebagai KLB, sehingga masyarakat tak perlu panik,” ujarnya.

Menurut dia, bakteri anthrax bisa menular dari hewan ternak ke manusia melalui makanan, luka dan udara. Spora dari darah dan daging hewan yang mengandung kuman anthrax bisa menyebar melalui udara dan menular melalui pernafasan. Tetapi, itu dalam jumlah yang cukup besar.

Untuk mengantisipasi bakteri itu menyebar, pemerintah setempat telah melakukan beberapa langkah, antara lain mendirikan sejumlah posko kesehatan untuk warga dan hewan ternak. Posko didirikan di puskesmas setempat dan di Kecamatan Girimulyo.

Pemprov juga mendorong agar warga menyemprot disinfektan, memberikan vaksin dan memusnahkan daging dari hewan tertular yang masih disimpan warga. Mereka juga memperoleh sosialisasi agar menyediakan pakan dan kandang yang bersih bagi ternak.

Warga pun diminta untuk memeriksakan hewan ternaknya jika ditemukan sakit. Ketika memasak daging, warga diminta memasak dengan suhu hingga di atas 100 derajat celcius. Tujuannya agar semua kuman pada daging mati dan aman untuk dikonsumsi.

Sementara, bagi warga yang ingin membeli dan menjual hewan ternak harus dilengkapi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang dikeluarkan oleh dokter di pusat kesehatan hewan asal ternak.

“Proses mengurus SKKHnya mudah sekali. Tidak ada satu jam, hewan ternak yang sehat dan aman dikonsumsi baik untuk dijual atau dibeli pasti mengantongi SKKH,” kata Astungkoro. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!