10 peserta Mapala UII Yogyakarta yang dirawat alami luka lecet di seluruh badan

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Seorang peserta diklatnas mapala UII mengakui dia dan mahasiswa lainnya ditampar dan disabet menggunakan ranting

PENYIDIKAN. Perwakilan dari Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan saat ini proses penyidikan terhadap peserta dan panitia kegiatan diklatnas mapala tengah dilakukan. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

YOGYAKARTA, Indonesia – 10 mahasiswa peserta pendidikan latihan dasar Pecinta Alam (Mapala) Universitas Islam Indonesia menjalani rawat inap di Jogja International Hospital (JIH). Berdasarkan keterangan dari rumah sakit 10 pasien itu mengalami luka lecet di seluruh tubuhnya. Beberapa di antaranya bahkan mengalami infeksi luka lecet, nafsu makan turun, diare, infeksi saluran nafas, merasa lemas dan pandangan kabur.

Selain itu, mereka juga mengalami keluhan bengkak di bagian lutut. Sementara, di bagian tungkai kaki merasa kebas akibat terlalu lama berdiri. Semua keluhan tersebut telah memperoleh penanganan dari dokter spesialis.

Ke-10 pasien juga menjalani sejumlah pemeriksaan seperti dicek di laboratorium untuk cek darah lengkap, urine, sample faces, pemeriksaan radiologi USG, CT-Scan dan rontgen thorax. Namun, kondisi mereka sejauh ini sudah dalam keadaan stabil.

Sebelumnya, ke-10 pasien juga sudah menjalani pemeriksaan medis pertama yang berlangsung pada Sabtu, 21 Januari kemarin usai tiba dari Karanganyar, lokasi Diklatsar Mapala UII. Saat itu, semua peserta pulang dengan memperoleh obat masing-masing. Termasuk Ilham Nurfadmi Listia Adi, peserta yang akhirnya meninggal di RS Bethesda pada Senin malam, 24 Januari.

Dua korban lainnya sudah Syaits Asyam yang meninggal pada hari Sabtu dan Muhammad Fadli yang menghembuskan nafas terakhir sehari sebelumnya. Total, ada sebanyak 34 mahasiswa yang telah menjalani pemeriksaan ulang di rumah sakit Jogja International Hospital.

“10 orang (menjalani) rawat inap di JIH, sisanya (melakukan) rawat jalan,” ujar anggota tim krisis center UII, Muzayin Nazaruddin pada Rabu, 25 Januari.

Dihimbau tidak tinggalkan Yogyakarta

Menurut Muzayin, tim UII melakukan penyidikan bersama dengan Polres Karanganyar. Tim pencari fakta UII telah bergerak melakukan penyidikan selama tiga hari terakhir.

Dari penyidikan itu, Muzayin menyebut tim berhasil memperoleh keterangan bahwa telah terjadi tindak kekerasan selama Diklatsar yang berjuluk “The Great Camping” itu.

“Tentang seperti apa kekerasannya, nanti akan disampaikan secara langsung oleh rektorat,” katanya.

UII juga telah kooperatif dengan menyerahkan sejumlah data kepada pihak kepolisian. Di antaranya berupa daftar peserta Diklatsar dan panitia sesuai dengan proposal dan dokumen tertulis lain. Sementara, mengenai informasi adanya pihak atau peserta lain di luar nama yang tercatat dalam dokumen, UII mengaku tidak bisa memberikan keterangan pasti.

“Dari peserta yang bisa kami dapatkan, tak ada keterlibatan paskhas TNI Angkatan Udara di sana. Tapi, kami belum bisa merilis jumlah pasti berapa panitia yang ada di sana saat ini,” tuturnya.

Pihak rektorat UII juga sudah meminta kepada panitia diklatsar untuk tidak meninggalkan Yogyakarta dan bekerjasama dengan penyidik dari kepolisian dan kampus. UII mengaku belum mengetahui adanya informasi resmi tentang pemeriksaan kepolisian terhadap panitia.

“Kami berpesan pada panitia untuk tidak meninggalkan Yogyakarta. Namun, kami tidak bisa melakukan karantina atau menahan mereka, karena mereka juga punya hak asasi dan hak hukum yang sama karena belum terbukti bersalah,” tuturnya.

Peserta ditampar dan disabet menggunakan ranting

BERDUKA. Kerabat mahasiswa UII yang tewas ikut berduka mengetahui anggota keluarganya tewas. Foto oleh Dyah Ayu Pitaloka/Rappler

Sementara, di kampus terpadu UII, Jalan Kaliurang, pemeriksaan mulai dilakukan oleh petugas dari Polres Karanganyar, Jawa Tengah. Sejumlah mahasiswa terlihat keluar masuk di sejumlah ruangan di lantai tiga gedung rektorat UII. Di lantai itu juga terdapat ruangan Tim Pencari Fakta (TPF) dan ruang kerja Rektor UII, Harsoyo.

“Ini (pemeriksaan) sedang berlangsung,” kata Harsoyo sambil menunjukkan ruangan tempat peserta diklat diperiksa.

Tetapi, dia menolak memberikan keterangan lebih rinci mengenai proses pemeriksaan tersebut. Dia mengarahkan media agar bertanya ke humas UII mengenai informasi lainnya.

Sementara, seorang peserta Diklatnas The Great Camping membenarkan adanya tindakan fisik saat kegiatan itu berlangsung. Mahasiswa yang mengalami luka lecet di beberapa bagian tubuh akibat merayap tersebut juga mengaku telah dipukul menggunakan ranting oleh panitia.

Salah seorang peserta yang berhasil dihubungi Rappler mengaku kegiatan Diklatnas hari ini usai lebih cepat.

“Seharusnya (the great camping) berlangsung 8 hari, tetapi kemarin hanya 7 hari,” ujar peserta yang tak ingin disebut namanya itu pada Rabu, 25 Januari.

Dia menceritakan peserta dalam Diklatas melakukan berbagai kegiatan dan materi pokok pecinta alam, seperti panjat tebing dan survival selama tiga hari. Selama kegiatan, semua tindakan fisik yang dilakukan oleh panitia diakui memiliki fungsi sendiri.

“Iya, kami disabet pake ranting. Itu ada filosofinya. Misalnya ditampar itu biar fokus dan enggak pada hipo (hipotermia),” katanya yang mengaku telah memenuhi panggilan kampus untuk dimintai keterangan. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!