Mahasiswa Universitas Brawijaya turunkan spanduk anti PKI dan anti LGBT

Eko Widianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mahasiswa Universitas Brawijaya turunkan spanduk anti PKI dan anti LGBT
Mahasiswa sempat menduga adanya pemasangan spanduk merupakan pengalihan isu rencana Universitas Brawijaya menjadi Perguruan Tinggi Berbadan Hukum.

MALANG, Indonesia – Mahasiswa akhirnya mencopot spanduk yang terpasang di dinding gedung FISIP Universitas Brawijaya. Dalam spanduk itu bertuliskan “LGBT penyakit”, “Anti LGBT”, “Hindari Paham PKI”, “Stop PKI” dan “Waspada Kebangkitan PKI”.

Spanduk dengan latar belakang hitam bergambar palut arit itu menarik perhatian mahasiswa dan sempat terpasang di atas pintu lift gedung FISIP. Keberadaan spanduk itu sempat menjadi perbincangan di media sosial.

Salah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi, Widodo mengaku awalnya melihat spanduk itu terpasang di lantai 1. Tetapi kemudian spanduk itu dipindahkan ke lantai 4. Namun, saat ini spanduk itu sudah dilepas oleh mahasiswa.

Dia sempat menilai aneh tiba-tiba spanduk semacam itu dipasang di dalam kampus. Dia menduga ada upaya pengalihan isu tertentu, salah satunya mengenai persiapan dan rencana Universitas Brawijaya menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH).

“Aneh saja kampus FISIP menganjurkan mahasiswanya menjauhi satu ideologi tertentu,” ujar Widodo.

Sementara, dalam ranah kajian keilmuwan, semua ideologi bisa dipelajari. Menurutnya, pemasangan spanduk itu memalukan dan justru menandakan mental pejabat di kampus masih terpengaruh orde baru.

Respons dekanat

Sementara, menanggapi spanduk anti PKI dan LGBT tersebut, Dekan FISIP Universitas Brawijaya Malang, Unti Ludigdo menjelaskan mahasiswa bisa menimba ilmu dalam berbagai mahzab keilmuwan dan ideologi. Bahkan, mahasiswa diajari semua aliran ilmu mulai dari perspektif barat, Asia, kritis, postmodern dan positifistik.

“Aliran ilmu dipelajari sebagai dasar teori dalam analisis fenomena sosial,” kata Unti.

Selain ilmu tersebut, FISIP Unti melanjutkan juga mengajarkan bermacam ideologi seperti kapitalisme, sosialisme, komunis, liberal, nasionalis dan ultranasionalis. Mereka juga tidak lupa untuk mengajarkan ideologi sendiri yakni Pancasila.

Unti mengatakan Pancasila menjadi mata kuliah wajib yang harus diikuti seluruh mahasiswa, termasuk mahasiswa yang berasal dari luar negeri. FISIP juga mengajarkan kebebasan berpendapat.

“Mengekspresikan pandangan dan pendapat adalah hak individu. Tapi, harus bertanggung jawab,” katanya lagi.

Terkait dengan spanduk berisi tulisan anti PKI dan anti LGBT, Uni menilai itu merupakan ekspresi yang wajar.

“Pesannya baik, mengajak mengamalkan dan menjunjung nilai luhur ideologi Pancasila. Tetapi, media dan ruangnya tidak tepat sehingga menimbulkan kontroversi,” kata dia.

Oleh sebab itu, dia meminta mahasiswa menggunakan media dan ruang komunikasi yang tepat. Sebelumnya, di tahun 2014, FISIP Universitas Brawijaya melarang pemutaran film Senyap atau The Look of Silent.

Kebijakan yang dianggap pembatasan itu berulang di tahun 2015 ketika Fakultas Ilmu Administrasi melarang pemutaran film Samin vs Semen. Di tahun yang sama, Rektor Universitas Brawijaya melarang mahasiswa menggelar diskusi dengan tema LGBT. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!