Enam catatan penting hasil kunjungan perdana Raja Salman ke Indonesia

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Enam catatan penting hasil kunjungan perdana Raja Salman ke Indonesia
Dalam 12 hari kunjungan ke Indonesia, Raja Salman memanfaatkan tiga hari untuk bekerja dan sembilan hari berlibur di Pulau Bali.

JAKARTA, Indonesia – Kunjungan kerja Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz ke Jakarta sudah berakhir sejak Jumat kemarin. Pemimpin berusia 81 tahun itu memang masih berada di Indonesia, tetapi memilih untuk menjauh dari sorotan kamera dan fokus untuk berlibur di Pulau Dewata.

Kunjungan kerja Raja Salman di Jakarta selama tiga hari yang dimulai Rabu pekan lalu menyedot perhatian publik di Indonesia. Tidak hanya karena antara Indonesia dengan Saudi memiliki kedekatan secara sosio-kultural, tetapi ini kunjungan kedua Raja Saudi ke Tanah Air.

Terakhir kali, Indonesia dikunjungi oleh Raja Faisal pada tahun 1970 lalu. Pemerintah menyebutnya sebagai kunjungan bersejarah dan berharap besar dari peristiwa ini.

Harapan besar itu dipupuk mengingat jumlah rombongan yang diajak mencapai sekitar 1.500 orang, di mana dalamnya terdapat 14 Menteri dan 25 pangeran. Belum lagi logistik lainnya yang ikut mereka bawa dari Saudi.

Tetapi, apa yang sebenarnya berhasil diraih Indonesia dari kunjungan bersejarah tersebut? Apakah hanya sekedar glorifikasi sesaat yang hilang begitu Raja Salman meninggalkan Indonesia?

Berikut enam highlight dari kunjungan Raja Salman di Indonesia:

1. Sambutan meriah

Sambutan meriah dan pemberitaan yang luas sudah terasa sejak dia tiba di hari pertama di Indonesia. Hampir semua stasiun televisi menayangkan secara live ketibaan pemimpin negeri Petro Dollar itu di Bandara Halim Perdana Kusuma sekitar pukul 12:30 WIB.


Nyatanya sambutan yang sedemikian hangat juga terasa di hampir semua titik yang dikunjungi Raja Salman. Termasuk di sepanjang jalan menuju ke Istana Bogor, tempat dia diterima oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo secara resmi, di DPR, hotel tempat dia menginap di Jakarta dan di Pulau Bali, tempatnya menghabiskan liburan selama sembilan hari.

Bahkan, saat menuju ke Istana Bogor ribuan pelajar sudah berjejer di pinggir jalan sambil membawa bendera Arab Saudi dan Indonesia. Walau hujan deras mengguyur kota Bogor, para pelajar tetap bergeming di pinggir jalan. Mereka penasaran ingin melihat langsung sang Raja dan rombongan pangeran yang menyertainya.

Sambutan yang diterima oleh Raja Salman ini bertolak belakang ketika dia melakukan kunjungan kerja selama empat hari di Kuala Lumpur. Antusiasme publik Malaysia tidak seheboh di Indonesia. Maka tak heran jika media Saudi, Arab News, memberi judul tulisan mereka “Lautan Cinta” dari warga Indonesia untuk Raja Salman.

Di sisi lain, publik Indonesia banyak yang mengabadikan kunjungan Raja Salman dengan melakukan selfie. Aksi selfie tersebut turut disorot oleh media Saudi. Publik di Indonesia keliru membaca isi tulisan media Saudi, lantaran tidak memahami bahasanya.

Harian berbahasa Arab, Okaz, tidak menulis satu kata pun menyinggung soal selfie antara Raja Salman, Puan Maharani, Megawati dan Presiden Jokowi secara negatif. Walau ada foto selfie keempatnya, namun isi tulisannya fokus kepada isi pidato Raja Salman di gedung DPR pada Kamis, 2 Maret.

2. Penyampaian pesan Raja Salman kurang maksimal

Presiden Jokowi berupaya untuk bersikap sedikit non formal walau tamu negara yang diterimanya adalah seorang Raja Saudi. Beberapa sikap telah ditunjukkan mulai dari mengantarkan Raja Salman berkeliling Istana Merdeka dengan mobil golf, mengangkat sendiri pohon ulin yang ditanam di halaman belakang Istana, hingga meminta Raja melakukan video blog saat sedang santap siang di Istana Bogor.

Untuk poin yang terakhir, pengamat isu Timur Tengah Faisal Assegaf memberikan pandangannya. Dia menyebut isi dari video blog tersebut tidak terlalu istimewa.

“Apa yang disampaikan oleh Jokowi dan Raja Salman di video itu merupakan pesan yang telah diketahui oleh masyarakat umum. Bahkan, publik bisa mencarinya di google,” ujar Faisal yang ditemui Rappler di gedung DPR pada Kamis pekan lalu.

Seharusnya, menurut Faisal, mantan Gubernur DKI itu bisa menjelaskan apa menu santap siang yang disiapkan oleh pihak Istana bagi Raja Salman. Informasi tersebut juga bagus untuk Raja Salman.

“Publik saya yakin juga penasaran apa yang dimakan oleh Raja Salman. Tetapi, kita kan tidak bisa menebak-nebak menunya,” kata dia.

Faisal juga berpendapat Jokowi seharusnya mendampingi Raja dan berada satu mobil ketika dia tiba di Bandara Halim. Pasalnya dengan berada satu mobil, mantan Walikota Solo itu bisa menjelaskan kepada Raja Salman mengenai Indonesia.

“Tetapi yang berada di dalam mobil Raja Salman malah Menteri Agama,” kata dia.

Terkait dengan hal tersebut sumber Rappler mengatakan tidak mungkin Jokowi berada satu mobil dengan Raja Salman saat dia tiba di Indonesia. Sesuai aturan protokoler, Jokowi harus tiba lebih awal di Istana Bogor untuk menyambut kedatangan Raja Salman.

“Proses penyambutan tidak akan berjalan lancar, jika Pak Jokowi satu kendaraan dengan Raja Salman. Lagipula, Pak Jokowi sudah satu mobil dengan Raja Salman ketika mengantar pulang dari Masjid Istiqlal menuju ke Istana Negara,” kata sumber tersebut.

Pesan Raja juga terasa tidak maksimal ketika memberikan pidato di gedung DPR. Pidato yang berdurasi kurang dari lima menit tidak sebanding dengan persiapan lokasi yang memakan waktu sekitar satu bulan sebelumnya.

3. Kesepakatan investasi tidak sesuai harapan

 

Sekretaris Kabinet Pramono Anung sempat mengatakan harapan pemerintah agar jumlah investasi yang masuk bersamaan dengan kunjungan Raja Salman sebesar US$ 25 miliar atau setara Rp 333 triliun. Namun, berdasarkan penandatanganan 11 MoU hari Rabu, 1 Maret hanya ada Rp 93 triliun yang masuk.

Hal itu dicapai melalui kesepakatan dengan perusahaan minyak Saudi, Aramco untuk pembangunan kilang di Cilacap senilai US$ 6 miliar atau Rp 80 triliun dan kucuran dana sebesar US$ 1 miliar atau setara Rp 13 triliun untuk pembangunan infrastruktur, air minum dan perumahan. Sisanya merupakan kesepakatan di luar bidang investasi.

Itu pun masih dalam bentuk nota kesepahaman yang membutuhkan tindak lanjut lebih jauh. Terkait dengan nominal investasi yang dicapai, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah tidak ingin terfokus semata kepada angka investasi yang dibenamkan Saudi di Indonesia.

“Investasi itu kan bukan datang blek-blek. Harus dipahami dulu. Kalau datang blek itu Sinterklas. Memang mau di-sinterklasi?,” tanya Retno kepada media di Istana Bogor pada Rabu, 1 Maret.

Dari sisi diplomasi, Kementerian Luar Negeri mengaku cukup puas dengan 11 nota kesepahaman yang diteken. Salah satu di antaranya menyangkut peningkatan pimpinan sidang komisi bersama (SKB). Saudi sebelumnya hanya menempatkan Dirjen di bidang ketenagakerjaan untuk menjadi ketua di sidang komisi tersebut.

Namun, kini sudah bergeser ke tingkat lebih tinggi dan diketahui oleh Menteri Luar Negeri. Artinya, menurut Kemlu, Saudi memandang Indonesia tidak lagi sebatas isu TKI saja, tetapi sudah menjadi mitra kerja sama di beragam sektor.

4. Absennya MoU soal perlindungan WNI

11 nota kesepahaman yang diteken pada Rabu pekan lalu juga tidak membahas mengenai perlindungan WNI. Sementara, sekitar 500 ribu TKI Indonesia masih berada di Arab Saudi.

Dengan absennya undang-undang perlindungan bagi tenaga kerja asing di Saudi membuat mereka rentan tak mendapat keadilan jika tersandung kasus hukum. Data dari Kemlu, saat ini ada 20 TKI yang terancam hukuman mati di Saudi. Sebelumnya, sudah ada 4 TKI yang dieksekusi mati. Terakhir, adalah Siti Zaenab yang dieksekusi pada tahun 2015 karena telah membunuh majikannya.

Berdasarkan aturan Saudi pula yang menyebut mereka tidak wajib memberikan notifikasi kepada Pemerintah Indonesia jika mereka akan mengeksekusi terpidana mati. Aturan tersebut juga berlaku bagi terpidana mati dari seluruh dunia yang dibui di Arab Saudi. Jika Saudi memberikan notifikasi, maka artinya mereka telah melanggar aturan hukum mereka sendiri.

Lalu, bagaimana strategi Presiden Jokowi? Walau absen diteken dalam bentuk MoU, mantan Gubernur DKI Jakarta itu meminta secara pribadi kepada Raja Salman untuk menjaga WNI yang berada di Saudi.

“Dan dijawab oleh Raja Salman warga Indonesia juga merupakan warga kami juga,” kata Retno ketika memberikan keterangan pers pada pekan lalu.

Namun, apakah pernyataan verbal sudah dianggap cukup? Menurut Faisal, Saudi tidak bisa dipercaya. Dia mengatakan demikian karena belajar dari peristiwa jatuhnya crane dan terinjak-injak di Mina pada tahun 2015. WNI menjadi korban dalam peristiwa memilukan tersebut.

“Tapi, sampai saat ini santunan bagi keluarga korban yang pernah dijanjikan dua tahun lalu belum terealisasi. Uangnya disebut sudah ada di Kementerian Keuangan Saudi, tetapi proses verifikasi belum rampung,” kata Faisal.

Sementara, untuk tragedi di Mina, Faisal menyebut hasil investigasi tidak pernah diumumkan ke publik.

“Bisa jadi malah proses penyelidikan tidak dilakukan, karena kan penyelidikan itu dilakukan secara tertutup. Padahal, korban jatuh dari berbagai negara. Sementara, mereka menolak dibentuk tim penyidik internasional,” tutur Faisal.

Hal tersebut semakin diperparah ketika Pemerintah Saudi absen meminta maaf kepada publik atas tragedi itu. Salah satu muftinya, kata dia, justru menyebut peristiwa tersebut musibah.

“Kalau semua dianggap musibah, maka mereka diuntungkan untuk bisa lepas tangan dan tidak bertanggung jawab,” katanya.

5. Promosikan sikap toleransi

LINTAS AGAMA. Presiden Joko Widodo (tengah) dan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud berfoto bersama dengan 28 tokoh agama disela-sela pertemuan di Jakarta, Jumat, 3 Maret. Raja Salman mengapresiasi kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Foto oleh Laily Rachev/Biropers-Setpers

Satu hal yang langka namun dilakukan Raja Salman ketika berkunjung ke Indonesia yakni bersedia bertemu dan mendengar aspirasi para pemimpin lintas agama. Dalam pertemuan pada Jumat, 3 Maret di Hotel Raffles, tempanya menginap, Raja Salman bertemu dengan 28 tokoh dari 5 agama dan 1 aliran kepercayaan yang dipeluk di Indonesia.

Menurut Yenny Wahid yang ikut dalam pertemuan itu, Raja Salman memuji Indonesia sebagai negara yang stabil secara politik. Hal tersebut sebagian besar, kata Yenny disumbangkan oleh tingginya rasa toleransi di Tanah Air.

“Indonesia dianggap sebagai negara yang memiliki rasa toleran yang besar apabila dibandingkan dengan negara-negara lainnya termasuk yang berada di kawasan Timur Tengah,” ujar perempuan yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif The Wahid Institute itu ketika dihubungi Rappler.

Dia menyebut Raja Salman sangat mendukung budaya toleransi. Sebagai contoh, dia memiliki kebijakan mendukung pembentukan Pusat Dialog Antar Agama yang berada di Wina, Austria.

“Ini merupakan perjumpaan yang sangat simbolik dan bagian dari sejarah tonggak bangsa. Sebab, ini baru kali pertama Raja Saudi bertemu dengan pemimpin dari 6 agama sekaligus,” tutur Yenny.

Sikap itu cukup bertolak belakang mengingat di Saudi, sulit bagi pemeluk agama lain untuk membangun tempat ibadah.

6. Perpanjang waktu liburan di Bali

Raja Salman dan rombongannya sudah mulai berlibur di Bali sejak Sabtu malam, 4 Maret. Seharusnya, mereka meninggalkan Pulau Dewata pada tanggal 9 Maret.

Namun, kondisi cuaca yang stabil di Pulau Bali dan pelayanan yang prima mendorong Raja Salman memperpanjang liburannya hingga tiga hari ke depan. Bagi Mabes Polri, keputusan Raja Salman memperpanjang liburannya di Bali merupakan satu pembuktian bahwa Indonesia dianggap aman.

“Kita dinilai menjadi negara yang aman dan tenteram,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Mabes Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul pada Selasa, 7 Maret.

Sementara, di mata Menteri Pariwisata Arief Yahya memanfaatkan perpanjangan kunjungan Raja Salman untuk merekomendasikan beberapa tempat di pulau berjuluk 1.000 Pura itu untuk bisa dikunjungi.

“Dan, itulah gol yang ingin kami raih dalam jangka pendek, Bali sukses menjadi tuan rumah yang baik. Raja sangat nyaman dan bisa menikmati atraksi Bali, baik alam, budaya maupun wisata buatan yang ada,” kata Arief melalui keterangan tertulis.

Dia mengaku yakin usai kunjungan Raja Salman Pulau Dewata akan didatangi lebih banyak lagi turis dari kawasan Timur Tengah, termasuk Saudi.

“Ini kesempatan mempromosikan Wonderful Indonesia melalui liburan Raja Salman ke Bali,” tutur dia.

Arief kemudian memanfaatkan peluang untuk mengenalkan 10 destinasi lain yang diprediksi menjadi “Bali” baru untuk para wisatawan.

Rombongan Raja Salman menginap di kawasan Nusa Dua. Selama berlibur, mereka membaur dengan warga sekitar. Kendati demikian tidak ada rencana atau lokasi berlibur rombongan Raja Salman yang diumumkan ke media. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!