Transportasi masa depan Hyperloop segera uji kelayakan di Indonesia

Aditya Hadi Pratama

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Transportasi masa depan Hyperloop segera uji kelayakan di Indonesia
Co-founder Hyperloop Bibop Gresta mengatakan, ia telah bentuk ‘joint venture’ di Tanah Air yang diberi nama Hyperloop Transtek Indonesia

 

JAKARTA, Indonesia — Hyperloop Transportation Technologies (HTT), salah satu perusahaan pengembang Hyperloop asal Amerika Serikat, menyatakan pihaknya tengah melakukan studi kelayakan bernilai US$2,5 juta (sekitar Rp33 miliar) untuk menerapkan teknologi transportasi masa depan tersebut di Indonesia. 

Hyperloop merupakan teknologi transportasi yang memanfaatkan sebuah tabung panjang yang hampir hampa udara. Di dalamnya, terdapat kendaraan berbentuk kapsul yang bisa membawa muatan barang atau manusia dengan kecepatan mencapai 1.200 kilometer per jam.

Konsep transportasi ini dipopulerkan oleh pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk, pada 2013 silam. Dalam sebuah jurnal, Musk menjelaskan teknologi dasar yang dibutuhkan untuk membuat Hyperloop dan mengundang pihak lain untuk bersama-sama mewujudkan konsep tersebut.

Saat ini, menurut pendiri Hyperloop, Bibop Gresta, HTT telah bekerja sama dengan beberapa mitra lokal seperti Dwi Putranto Sulaksono dan Ron Mullers untuk membuat perusahaan patungan (joint venture) bernama Hyperloop Transtek Indonesia. Mereka bahkan telah menandatangani perjanjian di hadapan Menteri Perhubungan RI beberapa waktu lalu.

Perusahaan patungan tersebut nantinya akan mencoba mengembangkan 3 rute di Tanah Air, yaitu rute Jakarta-Tangerang, menyambungkan beberapa bandara di Pulau Jawa, serta sebuah rute di Sumatera Utara.

Sejauh ini para pakar meyakini kalau teknologi tersebut memang sangat mungkin untuk diwujudkan, meski beberapa masih ragu apakah biaya yang dibutuhkan untuk membangun fasilitas Hyperloop cukup realistis.

Gresta mengakui yakin bahwa panel surya yang akan ia pasang di tabung Hyperloop bisa menghasilkan energi lebih besar dari yang mereka butuhkan. Hal ini membuat HTT bisa mendapatkan penghasilan tambahan selain dari penjualan tiket transportasi, seperti menjual listrik ke Perusahaan Listrik Negara (PLN).

HTT bukanlah satu-satunya perusahaan asal Amerika Serikat yang berusaha mengembangkan teknologi Hyperloop. Selain mereka, juga ada Hyperloop One yang didirikan oleh salah satu ilmuwan SpaceX. Kedua perusahaan tersebut bersaing untuk menjalin kemitraan dan menerapkan teknologi tersebut di berbagai negara.

Persaingan tersebut terlihat jelas di Uni Emirat Arab, di mana HTT berusaha menghubungkan Abu Dhabi dengan Al Ain, sedangkan Hyperloop One ingin menghubungkan Abu Dhabi dengan Dubai.

Sebelum singgah di Tanah Air, HTT telah bertemu dengan perwakilan pemerintah India. Bibop pun menyatakan kalau mereka telah menjalankan negosiasi di beberapa negara seperti Perancis, Slovakia, dan Republik Ceko. —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya terbit di Tech in Asia

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!