Peringatan 51 tahun Supersemar rasa Pilgub DKI Jakarta

Rika Kurniawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Peringatan 51 tahun Supersemar rasa Pilgub DKI Jakarta
Acara ikut dihadiri oleh pasangan calon yang ikut dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta.

JAKARTA, Indonesia – Peringatan Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) dipusatkan di Masjid At Tien, Taman Mini, pada Sabtu malam, 11 Maret. Namun, yang menarik ternyata acara tersebut tidak semata-mata untuk memperingati bulan Maret yang digadang-gadang sebagai bulannya Soeharto, melainkan kental diwarnai isu Pilkada DKI 2017.

Hal tersebut terlihat dari tamu-tamu yang hadir. Selain Ketua Panitia Peringatan ke-51 Supersemar, Titik Soeharto, Tommy Soeharto, hadir pula paslon nomor urut tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan calon Wakil Gubernur nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat.

Namun, Djarot justru sempat ditolak dan dihalang-halangi untuk bisa masuk ke dalam Masjid At-Tien.

“Usir usir, kafir dilarang masuk,” teriak kerumunan massa di pintu VVIP pada Sabtu, 11 Maret.

Walau dihadang, untungnya Djarot tetap mendapat penjagaan dari panitia dan berhasil masuk setelah menunjukkan undangan resmi. Kepada media, Djarot mengaku tidak takut untuk menghadiri acara itu karena sejak awal dia memiliki niat yang baik, yaitu menghormati undangan dari keluarga Presiden Soeharto.

“Enggak (takut) karena niatku baik. Nawa itu (niat) saya baik dan saya tidak menyakiti hati mereka,” ujar Djarot yang ditemui media di kawasan Tebet pada Sabtu malam.

Cawagub petahana itu menanggapi peristiwa yang dia alami secara bijak. Dia merasa warga salah paham karena belum mengenalnya dengan baik.

“Apa pernah saya memaki mereka? Menista mereka? Membenci mereka? Enggak pernah. Makanya saya senyum saja,” kata dia.

Anies dikenalkan sebagai pemimpin

Sementara, massa justru menyambut hangat Anies-Sandi. Bahkan, ketika berada di dalam masjid, pihak panitia diingatkan bahwa Anies-Sandi ikut hadir dalam kegiatan tersebut.

Salah satu ustad yang memberikan zikir, Arifin Ilham mendoakan agar Jakarta selalu memperoleh berkah dengan pemimpin yang saleh dan bertakwa.

“Yang mengajar kami bertakwa, mengajar kami agar takut kepada Mu. Hiasilah keindahan akhlak pada Abang kami, Anies-Sandi,” kata Arifin.

Dia turut mendoakan agar pasangan calon nomor urut tiga yang tengah bertarung di ajang Pilkada DKI bisa selamat dari fitnah dan tipu daya.

“Siapa lagi yang menolong dan melindungi kami? Selamatkan Jakarta, Ya Allah. Selamatkan Indonesia. Selamatkan seluruh kaum Muslim, selamatkan generasi kami,” kata Arifin lagi.

Enak zaman Soeharto

Sementara, di hadapan para jemaah, Titiek Soeharto sempat menyinggung masa keemasan ketika sang Ayah, Soeharto memimpin Indonesia. Dia mengatakan ketika Ayahnya masih menjadi Presiden ke-2 Indonesia, rakyat memperoleh berbagai kemudahan, mulai dari pekerjaan dan penghasilan hidup.

“Kita sering dengar kata ‘enak jaman Pak Harto’, mungkin ini yang bapak (Soeharto) katakan, sejarah akan katakan hal demikian,” kata Titiek di depan para jemaah yang ikut hadir dalam peringatan 51 tahun terbitnya Supersemar itu.

Hingga kini, pendapat mengenai kehadiran Supersemar masih terbelah. Sebagian percaya surat tersebut ditanda tangani Soekarno dalam keadaan terpaksa dan dalam todongan pistol.

Sementara, sebagian lainnya percaya surat itu bukan bentuk penyerahan tanduk kepemimpinan kepada Soeharto. Tetapi, memerintahkan Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat untuk menjaga situasi Indonesia agar tetap kondusif.

Perdebatan pun juga masih hadir soal keaslian Supersemar. Sebab, diyakini ada tiga versi Supersemar yang isinya berbeda. Bagaimana menurut pendapat kalian? Apakah supersemar yang saat ini memang asli? Tulis pendapat kalian di kolom komentar. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!