Jenazah pejuang Pegunungan Kendeng dimakamkan dalam suasana haru

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jenazah pejuang Pegunungan Kendeng dimakamkan dalam suasana haru
Patmi semula hendak pulang ke Pati pada Selasa kemarin, namun dia mengeluh badannya yang tidak nyaman.

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) — Jasad Patmi, aktivis lingkungan yang berjuang untuk kelestarian Pegunungan Kendeng dimakamkan di Desa Larangan pada Selasa malam, 21 Maret. Mobil ambulans yang mengangkut jasad Patmi tiba dari Jakarta sekitar pukul 20:20 WIB.

Jasadnya disambut ratusan warga desa setempat yang sejak sore sudah berkumpul di rumah keluarga di Desa Larangan RT 3 RW 1. Isak tangis keluarga pecah setelah peti jenazah dibuka anggota keluarga untuk memastikan peti jenazah itu berisi tubuh Patmi.

Jasad Patmi kemudian dimakamkan di desa setempat yang berjarak 1 kilometer dari rumah duka. Anak almarhumah, Sri Utama mengaku tidak memiliki firasat apa pun sebelum sang Ibu meninggal.

Semula, dia mengaku belum bisa merelakan kepergian sang Ibunda. Namun, perlahan-lahan mereka mulai bisa menerima kenyataan bahwa Patmi datang ke Jakarta untuk berjuang.

Aktivis lainnya, Gunretno mengungkapkan dia sempat terkejut ketika mengetahui rekannya, Patmi meninggal. Sebab, selama berada di Jakarta dia selalu berada di dekat Patmi.

“Saya juga ingin menyampaikan bahwa almarhumah di Jakarta dalam kondisi sehat,” katanya lagi.

Gunretno mengaku juga sudah menginformasikan kepada suami Patmi soal istrinya yang meninggal.

“Suaminya sudah mengizinkan untuk berjuang demi Pegunungan Kendeng,” katanya lagi.

Diduga meninggal akibat penyakit jantung

DIMAKAMKAN. Jenazah Patmi dimakamkan di Desa Larangan pada Selasa malam, 21 Maret. Patmi meninggal pada Selasa dini hari diduga akibat serangan penyakit jantung usai melakukan cor kaki di depan Istana Negara. Foto oleh Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).

Patmi meninggal pada Selasa dini hari, 21 Maret sekitar pukul 02:55 WIB di usia 48 tahun. Dia diduga mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Ibu Patmi adalah salah satu petani wanita yang gigih menolak keberadaan pabrik semen. Ia, antara lain, ikut mengecor sepasang kakinya di depan Istana Negara sebagai bentuk penolakan terhadap pabrik semen.

Informasi yang didapat, Patmi semula akan pulang ke Pati pada Selasa pagi ini, 21 Maret 2017. Karena itu cor kakinya dibuka pada Senin malam. Sebelumnya dokter juga telah memeriksa kesehatan Patmi dan menyatakan kondisinya sehat.

Namun, seusai mandi pada Selasa dini hari, sekitar pukul 02.30 WIB, Patmi tiba-tiba mengeluhkan badannya yang tidak nyaman. Ia lalu mengalami kejang dan muntah. 

Ia segera dilarikan ke Rumah Sakit St Carolus, Salemba, Jakarta. Namun ia menghembuskan nafas terakhir sebelum sempat tiba di rumah sakit. Pihak St Carolus menyatakan Patmi meninggal sekitar pukul 02.55 WIB dengan dugaan serangan jantung.  

“Warga Kendeng berduka. Ibu Patmi meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit,” demikian pernyataan dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK), Selasa 21 Maret.

Jenazah Patmi kemudian dipulangkan pada Selasa pagi ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati. “Semoga kepergian beliau menjadi penyemangat kita menyelamatkan pegunungan Kendeng,” tulis JMPPK.

Saat ini para petani Kendeng masih berunjuk rasa di depan Istana Negera. Mereka mengecor kaki sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan pabrik semen. 

Pemerintah kemarin telah memanggil perwakilan petani kendeng. Namun pertemuan tersebut berakhir buntu. Petani Kendeng pun kembali menggelar aksi mereka di depan Istana Negara. —Rappler.com

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!