Densus 88 tangkap satu terduga teroris jaringan Abu Jandal

Eko Widianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Densus 88 tangkap satu terduga teroris jaringan Abu Jandal
SM mengaku tertipu karena ketika tiba di Suriah hanya mendapat uang Rp 600 ribu. Semula, dia diiming-imingi bisa memperoleh puluhan juta rupiah

MALANG, Indonesia – Polisi menangkap terduga teroris berinisial SM yang merupakan warga Kecamatan Singosari, Malang pada Senin, 19 Juni. Dia ditangkap oleh polisi karena terlibat jaringan kelompok militan ISIS pimpinan Abu Jandal alias Al Yemeni Al Indunisi Salim Mubarok Attamimi.

Abu Jandal sendiri diketahui tewas terbunuh dalam pertempuran pada tahun 2016. Polisi pun masih belum dapat mengonfirmasi apakah Abu Jandal memang benar-benar tewas.

Personel kepolisian kemudian menggeledah rumah SM yang berlokasi tidak jauh dari markas Koramil setempat. Rumah itu juga kerap digunakan sebagai tempat untuk menjual baju-baju Muslim.

“Kami hanya mendukung tugas Densus 88 (Anti Teror). Terduga SM ditangkap 100 meter dari rumah,” ujar Kepala Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Besar Yade Setiawan Ujung pada Senin kemarin.

Polisi kemudian memasang garis polisi dan berjaga di depan rumah terduga teroris. Dari hasil penggeledahan, polisi menemukan beberapa benda seperti buku berisi paham radikal hingga peralatan untuk melakukan teror. Padahal, di sana SM tinggal bersama istri dan anaknya yang masih balita.

Istri SM, Putri mengaku syok dan terkejut ketika suaminya ditangkap polisi. Dia menolak memberikan keterangan saat Rappler menemui di rumahnya. Matanya sembab, sambil memeluk dan curhat ke seorang ibu tetangganya.

SM diketahui pernah berada di Suriah selama enam bulan pada 2013. Selama berada di sana, dia mengikuti latihan perang.

Namun, dia ke sana tidak seorang diri melainkan beberapa warga Malang. Tiga di antaranya telah ditangkap. Sedangkan, tiga warga lainnya tewas dalam pertempuran di Suriah.

Jaringan Abu Jandal berangkat dari Malang melalui Bandar Udara Internasional Juanda, Sidoarjo. Menumpang pesawat dengan rute Surabaya-Malaysia-Turki.

Saat tiba di Turki, mereka menempuh perjalanan darat untuk menembus area perbatasan menuju ke Suriah. Dia juga sempat mengunggah video propaganda di Youtube melalui akun
Indonesia Mujahid pada 3 Desember 2014.

Tampak Syahrul bersama lima orang mengenakan penutup wajah, mengajak umat muslim di Indonesia untuk ikut berjihad di Suriah. Penyidik kepolisian juga tengah mendalami apakah SM ikut terlibat dalam aksi bom Thamrin pada awal 2016 lalu.

Usai kembali dari Suriah, kata Yade, SM berdagang buku dan membantu istrinya berjualan pakaian Muslim. SM mengaku tidak lagi memiliki hubungan kepada jaringan Abu Jandal. Bahkan, SM mengaku sempat tertipu dengan paham-paham radikal tersebut.

“Awalnya diiming-imingi uang puluhan juta rupiah, ternyata hanya mendapat Rp 600 ribu,” kata dia.

Jarang berinteraksi

SM diketahui sudah dua tahun menyewa yang sempat digeledah oleh personel Densus 88 Anti Teror. Kendati begitu, SM ternyata orang yang jarang bergaul dan menyapa tetangga. Alhasil, banyak di antara mereka yang tidak mengenal SM. Salah satunya adalah tetangga Imam Subaktiono.

“Dia jarang keluar dan bertemu dengan tetangga,” kata Imam.

Tetapi, dari penglihatannya memang banyak orang yang lalu lalang masuk ke rumah SM untuk membeli baju. SM pun tidak pernah memperlihatkan adanya sikap yang mencurigkan dan terlibat jaringan radikalisme serta terorisme.

Ketua RT 7 di kediamannya, Slamet Riyadi, mengatakan jika SM memang tidak mudah bergaul dengan masyarakat. Tetapi, dia terlihat rajin beribadah.

Saat peringatan kemerdekaan pun, SM terlihat ikut memasang bendera mera putih, sehingga tidak ada satu pun hal yang mencurigakan.

“Ya, biasa saja (kegiatannya). Tidak ada kecurigaan,” kata Slamet.

Harus waspada

TERKEJUT. Tetangga dan istri SM syok saat suaminya ditangkap oleh anggota Densus 88 Anti-Teror karena diduga melakukan perbuatan terorisme. Foto oleh Eko Widianto/Rappler

Ditangkapnya SM ikut membuat Komandan Kodim 0833 Kabupaten Malang Letnan Kolonel Muridan terkejut. Sebab, selama ini anak buahnya mengerahkan Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk memantau keamanan di seluruh Kabupaten Malang.

“Kita harus lebih wasapada. Teryata mereka (terduga teroris) ada di sekitar kita, dekat markas,” kata Muridan.

Dia juga berharap masyarakat bersedia berpartisipasi aktif dengan melaporkan jika ada orang asing di lingkungannya. Tujuannya, untuk mengidentifikasi masyarakat dan
mencegah paham radikalisme di lingkungan.

Menjelang lebaran, TNI juga membantu polisi dalam operasi dan patroli rutin mencegah aksi terorisme. Mereka ikut mengawasi dan menjaga beberapa obyek vital. Peningkatan kewaspadaan dan patroli dilakukan menyusul penangkapan terduga teroris tersebut.

Selain itu, TNI dan polisi juga melakukan sosialisasi bahaya terorisme dan paham radikalisme. Caranya dengan bertemu beragam komunitas dan kelompok
masyarakat.

Ormas keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah juga dapat digandeng untuk mencegah paham radikal itu. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!