Jokowi: Senjata dan kekuatan militer tidak dapat memberantas terorisme

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Jokowi: Senjata dan kekuatan militer tidak dapat memberantas terorisme
Di hadapan para pemimpin dunia, Jokowi mengklaim program deradikalisasi yang diterapkan Indonesia sukses mencegah mantan teroris kembali ke medan peperangan

JAKARTA, Indonesia – “Kita tidak boleh menyerah, kita tidak boleh tinggal diam, kita harus bersatu untuk memerangi ancaman terorisme.” Demikian ucapan yang disampaikan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo ketika memberikan pidato mengenai pemberantasan terorisme di hadapan 19 pemimpin negara di KTT G20 di Hamburg, Jerman pada Jumat, 7 Juli.

Jokowi berbicara di forum internasional itu sesuai dengan pengalaman yang telah diterapkan Indonesia dalam menanggulangi tindak kejahatan terorisme. Dalam pengalaman Indonesia, dibutuhkan pendekatan yang seimbang antara soft power dan hard power.

Cara tersebut dianggap pemerintah solusi ampuh dalam pemberantasan aksi terorisme. Soft power yang dimaksud oleh Jokowi dalam forum tersebut adalah dengan menggunakan program deradikalisasi.

Indonesia turut mengundang beberapa pakar seperti psikolog dan ulama untuk mendekati anggota teroris dan mengikis paham radikal yang ada di kepala mereka. Pemerintah mengklaim cara tersebut dapat menurunkan tingkat keinginan para mantan teroris untuk mengulangi aksinya kembali.

“Sejarah telah mengajarkan kita bahwa senjata dan kekuatan militer tidak bisa memberantas terorisme. Pikiran sesat hanya bisa dikoreksi dengan cara berpikir yang benar,” kata mantan Gubernur DKI itu.

Bukti keberhasilan Indonesia yang ditunjukan oleh Jokowi yakni hanya dari 560 mantan aktor teroris yang memiliki keinginan untuk melakukan aksi teror. Sayang, tidak disebut dari mana Jokowi mendapat data tersebut.

Cara lain yang ditempuh pemerintah yaitu dengan merekrut para pengguna media sosial yang berpengaruh atau blogger untuk menyebarkan pesan perdamaian.

Tetapi, menurut Jokowi hal penting lainnya yang perlu dilakukan oleh negara anggota G20 yakni dengan mengatasi akar persoalan terorisme yakni ketimpangan secara ekonomi.

“Indonesia mendorong negara anggota G20 untuk menjadi kekuatan pendorong untuk mencari solusi dari masalah yang timbul akibat ketidaksetaraan dan ketidakadilan dengan memperkuat pemberdayaan ekonomi yang inklusif,” kata Jokowi.

Cara lain yang didorong oleh Jokowi untuk menghentikan aksi teror yakni dengan meningkatkan pengawasan terhadap aliran dana kepada jaringan kelompok radikal dan teroris. Oleh sebab itu, Indonesia mengapresiasi dukungan para negara anggota G20 terhadap proses keanggotaan pemerintah dalam Satgas Aksi Finansial (FATF).

Tetapi, untuk menyukseskan langkah pemberantasan terorisme dibutuhkan kerja sama di antara negara anggota G20. Maka, diperlukan kerja sama yang erat di bidang pertukaran data intelijen, pengembangan kapasitias dan penanganan teroris asing.

ISIS telah menyebar

Dalam pidatonya, Jokowi juga mengangkat salah satu contoh di mana teroris terus berkembang. Tidak ada satu pun negara yang kini kebal terhadap ancaman teror.

Selain di Irak dan Suriah, peperangan pun juga terjadi di kota Marawi, Filipina selatan. Dari Indonesia, hanya dibutuhkan waktu empat jam untuk bisa ke sana.

Kelompok militan Maute sudah berbaiat dan menyatakan rasa setianya terhadap ISIS. Akibatnya, ratusan ribu warga setempat terpaksa harus mengungsi.

“Kasus Marawi merupakan panggilan untuk kita semua bahwa jaringan ISIS kini telah menyebar dan afiliasi dengan teroris lokal terus terjadi,” kata dia.

Untuk mencegah anggota kelompok Maute menyebar ke negara lain di kawasan Asia Tenggara, maka Indonesia berinisiatif menggelar perundingan trilateral dengan Malaysia dan Filipina. Australia belakangan ikut terlibat dengan turut mengirimkan pesawat pengintai. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!