Singapore

Mendag Enggar optimistis kinerja ekspor 2017 naik

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mendag Enggar optimistis kinerja ekspor 2017 naik
Padahal ekspor Juni 2017 turun 18,8% dibanding bulan sebelumnya

JAKARTA, Indonesia – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengumumkan  ekspor non migas semester I 2017 tumbuh 13,7%, membawa sinyal positif untuk pertumbuhan ekspor 2017. Secara akumulatif neraca perdagangan Januari-Juni 2017 menunjukkan surplus perdagangan sebesar US$ 7,6 miliar yang artinya hampir dua kali lipat dari surplus periode yang sama tahun sebelumnya. 

“Peningkatan ekspor selama semester I tahun 2017 ini didukung penguatan ekspor non migas 13,7% menjadi sebesar US$ 72,3 miliar dan kenaikan ekspor migas 17,0% menjadi sebesar US$ 7,6 miliar,” kata Enggar dalam keterangan tertulis yang diterima Rappler pada Jumat, 21 Juli.

Enggar  yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha properti itu optimistis meskipun ekspor Juni turun sebesar 18,8% dibanding bulan sebelumnya (bulan ke bulan, MoM), capaian selama semester I 2017 tersebut semakin menguatkan keyakinan surplus perdagangan dapat dicapai sesuai target. 

“Menurunnya ekspor selama Juni 2017 diperkirakan akibat tertundanya pengiriman barang ekspor, karena aktivitas bongkar muat barang di pelabuhan berkurang selama bulan puasa dan Idul Fitri,” ungkap Enggar. (SAKSIKAN: Daya beli selama Ramadan dan Lebaran 2017 turun)

Penurunan terbesar terjadi pada ekspor nonmigas sebesar 20,7% menjadi US$ 10,3 miliar. Sedangkan ekspor migas hanya turun 0,4% menjadi US$ 1,3 miliar. Enggar optimistis, meskipun terjadi penurunan pada Juni, total ekspor selama Januari hingga Juni 2017 bakal meningkat sebesar 14,0% menjadi US$ 79,9 miliar.

Di sektor non migas, ekspor ke beberapa negara mitra dagang selama semester I 2017 menunjukkan kinerja yang membaik. Ekspor non migas ke India, Tiongkok, dan Belanda naik signifikan selama semester I 2017 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 54,8%, 49,7%, dan 36,2% (YoY). 

Menurut catatan kementerian perdagangan, produk yang nilai ekspornya naik tinggi antara lain besi dan baja (75,4%), karet dan barang dari karet (52,3%), lemak dan minyak hewan/nabati (45,1%), bahan kimia organik (42,4%), berbagai produk kimia (23,1%), serta kendaraan bermotor dan bagiannya (15,4%).

Surplus US$  1,6 miliar 

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2017 masih mencatatkan surplus bulanan yang dimulai sejak Januari 2016. Surplus Juni 2017 ini sebesar US$ 1,6 miliar yang terdiri dari surplus nonmigas sebesar US$ 1,9 miliar dan defisit migas sebesar US$ 0,3 miliar.  Surplus ini tercatat lebih baik dari surplus bulan lalu yang hanya sebesar US$ 578,3 juta dan lebih baik dari surplus Juni 2016 yang hanya sebesar US$ 1,1 miliar. 

Enggar mengungkapkan bahwa beberapa negara mitra dagang Indonesia tercatat menjadi penyumbang surplus dan defisit terbesar neraca nonmigas. India, Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Pakistan penyumbang surplus non migas terbesar selama semester I 2017 yang mencapai US$ 14,9 miliar. Tiongkok, Thailand, Australia, Korea Selatan, dan Argentina menyebabkan defisit nonmigas terbesar yang jumlahnya mencapai US$ 11,0 miliar. 

Impor Juni turun

Data Kemendagjuga menunjukkan bahwa impor pada Juni 2017 mencapai US$ 10,0 miliar atau turun 27,3% dibanding Mei 2017 (MoM). Pelemahan impor disebabkan turunnya impor migas sebesar 9,8% (MoM) menjadi US$ 1,6 miliar, dan impor non migas yang turun sebesar 29,9% (MoM) menjadi US$ 8,4 miliar. 

Berdasarkan klasifikasi penggunaan barang, penurunan impor (MoM) dipicu turunnya impor bahan baku 29,3%, barang modal 25,8%, dan barang konsumsi 12,8%. Secara akumulatif impor semester I 2017 mencapai US% 72,3 miliar atau naik 9,6% (YoY). 

Kenaikan nilai impor selama paruh pertama 2017 didorong oleh kenaikan impor seluruh jenis barang. Impor bahan baku/penolong naik sebesar 11,3%, dan impor barang modal naik sebesar 2,1%, sementara barang konsumsi naik sebesar 9,5%. 

“Kenaikan impor bahan baku/penolong dan barang modal ini memberi sinyal positif terjadinya pertumbuhan industri domestik,” ujar Enggar. 

Kenaikan impor bahan baku dan penolong menjadikan pangsa barang kategori ini semakin dominan, yaitu 75,5% terhadap total impor selama Semester I 2017. Bahan baku dan penolong yang impornya naik signifikan selama semester I 2017 antara lain alumunium (30,0%), gula dan kembang gula (28,0%), biji-bijian berminyak (25,4%), besi baja (19,8%), serta bahan kimia organik (17,3%). 

Di sisi lain, barang modal yang impornya naik signifikan antara lain kapal laut dan bangunan terapung (126,2%), kendaraan bermotor dan bagiannya (16,4%), serta mesin/pesawat listrik (8,2%). Sedangkan barang konsumsi yang impornya naik signifikan antara lain lonceng, arloji dan bagiannya (48,4%); dan sayuran (45,4%).  – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!