Mixed Martial Arts

Elza Syarief bantah Nazaruddin pernah menyuap Adnan Pandu

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Elza Syarief bantah Nazaruddin pernah menyuap Adnan Pandu

ANTARA FOTO

Ia menuding Yulianis telah menyampaikan fitnah di depan anggota pansus KPK

JAKARTA, Indonesia – Kuasa hukum terpidana Nazaruddin, Elza Syarief membantah pernyataan Yulianis yang menyebut kliennya pernah menyuap mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi sebesar Rp 1 miliar. Menurut Elza, apa yang disampaikan oleh Yulianis merupakan fitnah dan tidak didasari bukti.

Ia mengaku tak habis pikir dengan pernyataan Yulianis yang menyebut dirinya ikut menyaksikan pemberian uang suap tersebut di kantornya di daerah Menteng. Elza mengatakan untuk bisa bertemu dengan pimpinan KPK sangat sulit, apalagi saat itu ia tengah mengurus kasus Nazaruddin.

Dalam ingatannya, Elza bertemu Adnan Pandu Praja ketika menangani kasus yang tidak menyangkut Nazaruddin beberapa tahun lalu. Saat itu, ia mengeluhkan kinerja polisi dalam penanganan kasus tersebut. Oleh sebab itu, ia kemudian memutuskan untuk melapor ke Kompolnas.

“Saya baru tahu bahwa yang menerima laporan tersebut adalah Pak Adnan Pandu. Selain saat itu, saya tidak pernah bertemu dengan Beliau. Jadi, sekarang saya serahkan kepada Anda untuk berpikir bagaimana mungkin logikanya saya dapat bertemu Pak Adnan di kantor saya,” kata Elza ketika menggelar jumpa pers di kantornya di daerah Menteng pada Rabu siang, 26 Juli.

Ia juga membantah KPK pernah memberikan keistimewaan kepada Nazaruddin. Bahkan, untuk bertemu dan tatap muka dengan pimpinannya pun sulit. Padahal, ia pernah menulis surat secara resmi kepada KPK untuk membahas proses penjemputan Neneng Sri Wahyuni, istri Nazaruddin, dari Kuala Lumpur.

“Itu pun saya baru tahu dari media massa keesokan harinya jika permintaan saya untuk bertemu ternyata ditolak. Alasannya ketika itu, karena saya adalah kuasa hukum Nazaruddin, bukan Neneng. Padahal, secara hukum itu tidak keliru, karena Neneng toh adalah istri Nazaruddin,” kata dia.

Elza bahkan menyebut KPK sangat tega terhadap kliennya. Lantaran buron, KPK mengajukan kepada pihak imigrasi untuk mencabut paspor Neneng. Saat itu, ia tengah bersembunyi di Malaysia.

Lantaran, merasa stress karena menjadi buronan, Neneng akhirnya memutuskan bersedia kembali ke Tanah Air. Semula, ia sudah ingin menyerahkan diri. Tapi, lantaran permintaannya untuk berdiskusi dengan KPK ditolak, maka Neneng terpaksa kembali ke Tanah Air dengan cara berbahaya.

“Ia menempuh jalur laut dan menumpang kapal-kapal yang biasa dinaiki oleh TKI ilegal. Jadi, bisa dibayangkan betapa berbahayanya saat itu. Beruntung, kapal tiba di Batam,” tutur Elza yang mengetahui semua perkembangan itu dari kliennya Nazaruddin.

Dari Batam, Neneng kemudian menuju ke kediamannya di area Pejaten. Rencana semula, usai tiba di Jakarta, ia akan menyerahkan diri. Tetapi, usai menunaikan salat, penyidik KPK sudah tiba di kediaman Neneng.

Elza juga mengaku sempat diancam secara halus oleh KPK, jika terus berkomunikasi dengan Neneng, maka ia bisa ditangkap karena dianggap telah membantu pelarian seorang buronan.

“Dilihat dari kondisi ini, bagaimana ceritanya klien kami disebut memperoleh keistimewaan dari KPK. Kalau memang seperti yang dituduhkan, kami tidak perlu bersusah payah seperti ini,” kata dia lagi.

Ilustrasi lain yang diberikan oleh Elza yakni dari dua kasus yang melibatkan Nazaruddin, semua dijatuhi vonis penjara yakni selama enam dan tujuh tahun. Jika pada akhirnya Nazaruddin mendapat remisi, itu karena kesediaannya menjadi whistle blower.

“Jadi, tidak ada yang diistimewakan di sini,” katanya tegas.

Minta Yulianis diproses hukum

Di sisi lain, Elza justru mengaku heran mengapa Yulianis bisa dibiarkan melenggang bebas begitu saja. Sebab, dalam kasus korupsi yang melibatkan PT Permai Group, ia memegang posisi kunci yakni sebagai Direktur Keuangan. Yulianis dianggap tahu betul ke mana saja aliran uang dari perusahaan milik Nazaruddin itu beredar, termasuk adanya suap ke anggota DPR. Namun, menurutnya justru aneh, jika ia tidak pernah diproses hukum.

“Mengapa ia tidak dihukum, mengapa ia justru diistimewakan dan bisa berbicara bebas (di DPR)?” tanya Elza. (BACA: Bersaksi di depan pansus, Yulianis sebut KPK istimewakan Nazaruddin)

Ia curiga ada yang menggunakan dan mendukung Yulianis untuk memojokan kliennya. Oleh sebab itu, ia protes keras kepada KPK dan meminta agar Yulianis ikut diproses secara hukum.

“Karena sejak awal dia itu tidak pernah diBAP di KPK. Dia itu diBAP di Hotel Ritz Carlton dan apartemen bintang lima lainnya. Saat OTT Rosa Mindo Manulang, juga terungkap bahwa ia membuang dokumen dan uang dalam beberapa mata uang yang jumlahnya mencapai Rp 10 miliar. Hal itu terungkap di pengadilan kok,” ungkap pengacara berusia 59 tahun itu.

Sebelumnya, dalam kesaksian Yulianis di depan anggota pansus KPK, ia menyebut bahwa Nazaruddin mendapat keistimewaan dari lembaga anti-rasuah tersebut. Hal itu disebabkan, karena mantan Bendum Partai Demokrat tersebut dekat dengan para petinggi KPK yakni Ade Raharja, Chandra Hamzah dan Johan Budi.

Yulianis juga menyebut pernah mendengar keterangan dari rekannya Minarsih yang mengaku pernah menyuap mantan pimpinan KPK, Adnan Pandu Praja dengan uang Rp 1 miliar. Pemberian uang suap dilakukan di kantor pengacara Elza Syarief. Namun, ia mengaku tidak tahu uang itu diberikan kepada Pandu untuk keperluan apa.

Bantahan sudah disampaikan oleh Adnan Pandu melalui keterangan tertulis. Ia mengatakan publik sebaiknya berhati-hati dengan tudingan tersebut, karena Yulianis tidak menyaksikan secara langsung. 

“Biasanya Yulianis menyampaikan kesaksian tentang catatan keuangannya, menyebut nama, dan memberikan informasi langsung yang dia ketahui. Tetapi kali ini Yulianis mengatakan dia mendengar dari orang lain bahwa Adnan Pandu menerima uang,” kata Adnan. (BACA: Adnan Pandu bantah terima Rp 1 miliar)

Dalam hukum, kata dia, hal itu disebut “hear say” atau “testimonium de auditu”. Jenis kesaksian ini tidak bisa dijadikan alat bukti. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!