Mixed Martial Arts

Menyebarkan video perundungan, baikkah?

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menyebarkan video perundungan, baikkah?
Menyebarkan video perundungan juga bagian dari perundungan itu sendiri

DEPOK, Indonesia – Bila mendapatkan video bermuatan kontroversial, seperti aksi perundungan anak sekolah di salah satu pusat perbelanjaan, reaksi pertama orang yang menerima tentu menyebarkan. Padahal, tanpa disadari, hal tersebut merupakan perundungan juga.

Tindakan spontanitas tesebut dapat berdampak pada korban dan keluarganya. “Kita kan tidak tahu bagaimana dampak viralnya video tersebut, keluarga dan korban jadi malu, juga ke pelaku,” kata Peneliti Media, Anak, dan Keluarga dari Universitas Indonesia (UI) Lara Sekarasih di kawasan Kampus UI Depok, pada Rabu, 26 Juli 2017.

Ia kemudian mempertanyakan alasan utama dan keuntungan dari menyebarkan video tersebut. Menurut dia, menyebarkan video hanya sekedar penyaluran emosi dan dianggap sebagai bentuk bantuan atau simpati. Tetapi, tidak jelas kontribusi apa yang didapatkan dari menyebarluaskan video tersebut.

Malahan, dengan informasi yang disebarluaskan tersebut dapat memperparah kondisi mental keluarga dan korban, juga mempengaruhi tindakan sekolah. Seperti misalkan, hujatan dari warganet ataupun masyarakat yang langsung menyalahkan pihak pendidik tanpa mencoba menelusuri lebih dalam permasalahan dapat membuat lembaga pendidikan takut bersikap dan mengambil tindakan gegabah.

Menurut Laras, saat mendapatkan informasi seperti perundungan ataupun tindak kekerasan lainnya, langkah pertama yang sebaiknya dilakukan adalah melaporkan ke pihak berwenang. Bila terjadi pada ranah sekolahan, maka dilaporkan ke Dinas Pendidikan atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; sementara yang sudah menjurus ke ranah kriminal bisa langsung ke Kepolisian.

Belum lagi, ada potensi kalau penyebaran video tersebut dapat menginspirasi aksi-aksi di tempat lain, sama seperti bunuh diri. “Maka harus ada tata caranya menyikapi video ataupun memberitakan aksi perundungan,” kata dia.

Menggerakkan saksi

Laras juga mengamati tindakan para saksi dalam menyikapi kasusperundungan. Ia pernah melakukan penelitian di Amerika Serikat untuk melihat bagaimana anak-anak usia remaja bersikap saat melihat temannya menjadi korban atau pelaku.

Dalam kasus melihat temannya sebagai korban, mayoritas responden mengaku akan langsung membela temannya. “Mereka akan mengomentari di page Facebook itu seperti ‘Hei ini teman saya dan komentarmu menghina dia,’” kata Laras.

Sementara saat melihat temannya menjadi pelaku, anak-anak ini cenderung diam. Penyebabnya adalah karena mereka sama-sama melihat korban sebagai ‘orang yang memang pantas dirundung’ atau tidak ingin menjadi pengadu.

Ia mengapresiasi aksi anak-anak tersebut meski menyayangkan perbedaan saat teman menjadi pelaku. Namun, tindakan pembelaan yang diambil masih tidak efektif.

Sebab, dengan hanya berkomentar saja tidak menutup kemungkinan perundungan akan semakin parah. Belum lagi, akan muncul laman-laman perundungan yang baru.

“Kan sebenarnya ada fitur report yang lebih baik digunakan,” kata Laras. Atau tidak, lebih baik melaporkan ke orang dewasa yang berwenang seperti guru atau orang tua yang bersangkutan.

Sudah menjadi tugas sekolah untuk menyiapkan pusat pengaduan yang aman. Salah satu penyebab anak-anak enggan mengadu adalah takut kehilangan muka karena dibilang pengadu.

Selain itu, Ahli Psikologi Sosial UI Ratna Djuwita juga menambahkan kalau anak-anak harus dididik sejak dini terkait etika sosial dan empati. Sejak usia TK dan SD, mereka harus ditanamkan kalau meminta sesuatu ataupun memperlakukan orang lain tanpa kekerasan dan paksaan.

“Perlu juga empati, mereka tahu apa rasanya jadi korban, juga pelaku jadi bisa bersikap,” kata Ratna. Dalam kasus perundungan, yang masih menempati tingkat pertama dalam masalah di sekolah, hal terpenting adalah menghentikan pembiaran. -Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!