ASEAN 50: Awal mula organisasi kawasan Asia Tenggara dibentuk

Rappler.com
ASEAN 50: Awal mula organisasi kawasan Asia Tenggara dibentuk
Organisasi yang dibentuk tahun 1967 lalu, kini berusia 50 tahun. Apa saja tantangan yang kini dihadapi?

JAKARTA, Indonesia – Filipina tahun ini menjadi tuan rumah bagi seluruh anggota ASEAN (Association of Southeast Nations), menyelenggarakan konferensi dan pertemuan pemimpin ASEAN tahun 2017. 

Kepemimpinan Filipina di ASEAN juga bertepatan dengan ulang tahun yang ke-50 blok regional Asia Tenggara yang didirikan oleh Indonesia dengan 4 negara yang lain. Pemerintah Filipina berjanji untuk membuat rangkaian acara ulang tahun ke-50 ASEAN menjadi “menakjubkan dan luar biasa”, dengan menggelontorkan anggaran senilai 15 miliar Peso.

Sementara, negara anggota ASEAN sedang bersiap untuk peringatan ulang tahun ke-50 ASEAN, mari kita lihat fakta kunci dan peristiwa di balik pembentukan organisasi ASEAN. 

Sejarah berdirinya ASEAN

ASEAN didirikan 8 Agustus 1967, di Bangkok, Thailand, setelah menandatangani Deklarasi Bangkok, atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Deklarasi ASEAN. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh 5 negara pendiri ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. 

ASEAN menggantikan ASA (Association of South East Asia), yang dulu pernah dibentuk pada tahun 1961 oleh Filipina, Thailand, Malaysia.

Berawal dari 5 anggota, ASEAN berkembang seiring bergabungnya negara-negara lain seperti Brunei pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995, Laos dan Myanmar pada tahun 1997, dan terakhir Kamboja pada tahun 1999.

ASEAN, organisasi yang bertujuan menciptakan perdamaian, keamanan, serta kerjasama ekonomi yang membangun antar negara anggotanya, didirikan kala perang Vietnam dan kejatuhan Vietnam, Laos, dan Kamboja pada rezim komunis.

Tujuan dan prinsip ASEAN

ASEAN lahir dari penandatanganan Deklarasi ASEAN oleh 5 Menteri Luar Negeri dari 5 negara pendiri yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, yang menghabiskan 4 hari bernegosiasi membicarakan isi Deklarasi ASEAN di Pantai Bang Saen, Bangkok tenggara, Thailand.

Deklarasi ASEAN hanya memuat 5 artikel yang menjelaskan target dan tujuan dari ASEAN, dan bagaimana target dan tujuan tersebut dapat diimplementasikan di dunia nyata. Target yang ingin dicapai ASEAN sebagaimana tertulis di Deklarasi ASEAN adalah:

  • Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan pengembangan budaya dalam wilayah ASEAN
  • Mempromosikan perdamaian dan stabilitas
  • Mempromosikan keaktifan kolaborasi dan hubungan mutualisme dalam tujuan yang sama
  • Membantu satu sama lain dalam bentuk pelatihan dan fasilitas riset
  • Berkolaborasi secara efektif untuk pengembangan agrikultur dan industri yang lebih baik, perluasan wilayah dagang, perkembangan transportasi dan fasilitas komunikasi, serta menaikan derajat hidup warga negaranya.
  • Mempromosikan studi terhadap Asia tenggara
  • Menjaga hubungan baik dengan organisasi internasional yang memiliki tujuan dan visi yang sama, serta membuka peluang untuk hubungan yang lebih dekat.

Hal-hal tersebut juga menyebut bahwa ASEAN terbuka untuk seluruh negara di kawasan Asia Tenggara untuk mengimplementasikan prinsip dan tujuan yang sama. Deklarasi ASEAN juga menyebut bahwa ASEAN merepresentasikan “keinginan bersama negara-negara Asia Tenggara untuk bekerja sama dan melalui usaha bersama, serta pengorbanan, memberikan kedamaian bagi rakyatnya, kebebasan,dan juga kemakmuran”.

Para penandatangan yakni Adam Malik dari Indonesia, Narciso R. Ramos dari Filipina, Tun Abdul Razak dari Malaysia, S.Rajaratnam dari Singapura, dan Thanat Khoman dari Thailand.

Tantangan ASEAN

Dalam penandatanganannya, para Menteri Luar Negeri menyadari kebutuhan negara-negara Asia Tenggara untuk bekerja sama sebagai sebuah kawasan dan menghadapi tantangan dalam waktu yang tidak ditentukan.

Kemudian, Menteri Luar Negeri Filipina pada waktu itu, Narciso Ramos – ayah dari mantan Presiden Filipina, Fidel Ramos – menyebut melalui kerjasama regional, ASEAN “mampu mengelola sumber daya potensial yang belum tersentuh dengan tindakan dan aksi bersama”.

Pada bagiannya, Adam Malik, mengemukakan bahwa visinya adalah untuk membentuk Asia Tenggara sebagai region “yang mampu berdiri secara mandiri, kuat menghadapi pengaruh buruk dari luar region”.

S. Rajaratnam, perwakilan dari Singapura, mengatakan bahwa penting untuk anggota ASEAN untuk menggabungkan pemikiran nasional dengan pemikiran regional. 

“Kita harus berpikir di luar kepentingan negara kita semata, tapi kita juga harus mulai berpikir untuk kepentingan regional kita. Dan itu adalah cara baru untuk menghadapi masalah kita. Kedua hal tersebut memang berbeda dan kadang memicu konflik. Lalu, kita harus menerima fakta bahwa kita sangat serius terhadap hal ini. Bahwa keberadaan regional berarti kita harus mampu menyesuaikan kebijakan terhadap negara-negara kita. Kita harus mampu membuat keputusan yang sesulit itu, atau ini semua hanyalah utopia belaka”

Filipina tiga kali jadi Ketua 

Sejak pertama kali dibentuk, ASEAN sudah menggelar pertemuan yang dilakukan oleh para anggotanya. Pada tahun ini, Filipina akan menjadi tuan rumah untuk pagelaran ke-30 dan ke-31 pada bulan April dan November.

Ini menjadi ketiga kalinya Filipina menjadi tuan rumah acara ASEAN Summit. Pertama kali pada Desember, tahun 1987, di mana Deklarasi Manila pada tahun 1987 disetujui, karena mempromosikan prinsip pengembangan ketahanan dan integrasinya terhadap seluruh aspek dalam pengembangan, di atas hal yang lain.

Pada Januari tahun 2007, ASEAN Summit ke-12 diselenggarakan di Cebu. Para pemimpin berkomitmen untuk menciptakan ASEAN yang mampu melayani sebagai “dasar yang kokoh dalam mencapai satu tujuan Komunitas ASEAN dengan menyempurnakan kerangka lembaga melalui perundingan”

Pertemuan anggota ASEAN yang ke-30 akan digelar bulan ini di Manila, sementara pertemuan yang ke-31 akan digelar pada November di Clark, Pampanga.

Tekanan dan masalah

Meski tujuan blok regional ini adalah menciptakan kerjasama dan niat baik antar negara ASEAN, organisasi ini juga pernah mengalami masalah tentang ketidaksetujuan di masa lalu. Laut Cina Selatan yang ramai didebatkan dan menjadi perebutan, sudah menjadi sumber dari ketegangan yang terjadi antar negara-negara ASEAN.

Filipina terseret dalam perang kata dengan Kamboja, yang seharusnya menentang dalam kasus sengketa Scarborough Shoal, salah satu pulau di Laut Cina Selatan, yang menyebabkan perselisihan antara Filipina dan Tiongkok memanas

Namun Kamboja, sebagai sekutu Tiongkok, menolak, dan mengatakan hal tersebut tidak bisa diterima, karena perselisihan keduanya menjadikan Scarborough sebagai sandera dalam perselisihan bilateral kedua negara.

Pada tahun 2016, Ketua ASEAN memberi pernyataan tentang kondisi di Laut Cina Selatan, namun tidak menyinggung sejarah bagaimana pengadilan arbitrase di Den Haag lebih menyukai Filipina.

ASEAN juga pernah menghadapi dilema karena tindakan anggotanya. Pada tahun 2007, Perdana Menteri Myanmar, Thein Sein, memaksa penyelenggara ASEAN Summit pada waktu itu, Singapura, untuk membatalkan undangan terhadap utusan PBB, yakni Ibrahim Gambari, yang seharusnya mengikuti pertemuan singkat dengan para pemimpin regional. Ini terjadi seiring dengan reaksi internasional terhadap Myanmar yang melakukan tindak kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Kemudian, Presiden Filipina, Gloria Macapagal Arroyo juga sudah mengingatkan bahwa Filipina kemungkinan tidak akan mengesahkan piagam ASEAN yang baru, hingga Aung San Suu Kyi, pemimpin oposisi Myanmar dibebaskan. – Rappler.com

BACA JUGA:

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!