US basketball

Siapa Johannes Marliem, saksi kunci e-KTP yang tewas di AS?

Bernadinus Adi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Siapa Johannes Marliem, saksi kunci e-KTP yang tewas di AS?
Johannes menjadi saksi kunci ketiga yang meninggal dalam penelusuran korupsi proyek KTP Elektronik

JAKARTA, Indonesia – Saksi kunci kasus korupsi KTP Elektronik, Johannes Marliem ditemukan tewas di rumahnya di Los Angeles pada Kamis dini hari, 10 Agustus waktu setempat. Berdasarkan pemberitaan media di Amerika Serikat, Johannes ditulis tewas akibat bunuh diri.

Media itu juga menyebut mereka sebelumnya salah mengidentifikasi pria berusia 32 tahun tersebut sebagai Johannes Marlie. CEO dan pendiri Marliem Marketing Group itu dilaporkan tewas akibat luka tembak.

Media di Negeri Paman Sam menulis sempat terjadi aksi penyanderaan yang diduga dilakukan oleh Johannes di sebuah rumah di West Hollywood. Aksi penyanderaan terjadi pada Rabu, 9 Agustus sekitar pukul 16:20. Ada dua orang yang diduga disandera oleh Johannes yakni sang istri Mai Chie Thor dan putrinya. Keduanya akhirnya dibiarkan meninggalkan rumah pada pukul 19:30.

Situasi penyanderaan itu masih terus dikonfirmasi oleh otoritas berwenang setempat. Sempat ada yang menyebut ada orang lain selain Johannes dan keluarga di rumah tersebut.

Namun, fakta mengenai Johannes meninggal telah dikonfirmasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kementerian Luar Negeri. Kematian Johannes jelas membuat publik di Indonesia bergidik ngeri. Tidak butuh waktu lama bagi publik mengaitkan kematiannya dengan kasus korupsi proyek KTP Elektronik yang kini tengah diselidiki KPK.

Siapa sebenarnya Johannes Marliem? Dan apa perannya dalam pengadaan proyek KTP Elektronik? Berikut lima hal yang perlu kamu ketahui mengenai Johannes:

1. Pegang data kependudukan e-KTP

Dalam laporan beberapa media, Johannes adalah Direktur Biomorf Lone LLC Amerika Serikat. Perusahaan ini lah, yang menurut KPK, mengelola automated finger print identification system (AFIS) merk L-1 pada proyek e-KTP.

Keterlibatannya dalam proyek e-KTP dimulai dari pembicarannya dengan mantan Dirjen Kependudukan Sipil, Sugiharto, untuk memberikan teknologi yang terbaik demi kesuksesan program e-KTP. Dalam sebuah wawancara kepada media, Johannes mengaku memberikan harga yang wajar dan tidak digelembungkan kepada pihak konsorsium.

Menurutnya, dengan data biometrik yang sangat valid yang terbenam di dalam e-KTP, dapat membantu publik untuk melakukan berbagai transaksi.

“KTP-el saat ini sudah siap. Mau dijadikan e-Toll bisa, jadi e-money juga bisa. Jadi, berbagai kartu yang dikeluarkan pemerintah seperti Kartu Indonesia Pintar, Kartu Keluarga Sejahtera, BPJS dan sebagainya itu hanya pemborosan,” ujar Johannes ketika itu berkomentar.

Walaupun perusahaannya berbasis di Amerika Serikat, namun Johannes berani menjamin data-data kependudukan Indonesia tidak akan bocor ke pihak lain. Sebab, server dan storage systemnya berada di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.

Karena perusahaannya berasal dari AS pula, yang membuat dia tidak bisa seenaknya main suap pemerintah. Sebab, jika terbukti melanggar maka perusahaannya bisa dijerat dengan FCPA (Foreign Corrupt Practice Act) dan harus membayar denda yang besar.

Itu sebabnya, ia membantah laporan media yang menyebut ia ikut bersama Andi Narogong dan Setya Novanto untuk mengatur proyek KTP Elektronik. Padahal, dalam sesi persidangan Irman dan Sugiharto, nama Johannes sering diungkap para saksi sebagai pengusaha yang ikut mengatur proyak yang telah merugikan negara sebesar Rp 2,3 triliun itu.

2. Jadi donatur upacara pelantikan Obama

BERTEMU OBAMA. Johannes Marliem terlihat menyalami mantan Presiden Barack Obama. Ia diundang ke Gedung Putih karena ikut menyumbang untuk upacara pelantikannya senilai US$ 225 ribu. Foto diambil dari situs pribadi Johannes Marliem

Dalam sebuah laporan media di Minnesota, Amerika Serikat, Johannes ditulis menjadi penyumbang terbesar untuk upacara pelantikan Presiden ke-44 Barack Obama. Tercatat dana yang disumbangkan mencapai US$ 225 ribu atau sekitar Rp 2,9 miliar.

Namun, dalam catatan Watchdog Minnesota Bureau, Johannes tidak hanya mendonasikan dana sumbangan untuk Obama, melainkan juga ke Partai Demokrat. Tiga kali ia menyumbangkan dana kepada partai yang mengusung Obama itu, yakni pada September 2013, kepada partai Minnesota Democratic-Farmer-Labour (DFL), lalu Desember 2013, kepada organisasi penggalangan dana WIN Minnesota, dan pada malam Natal di tahun yang sama, kepada Partai DFL.

Masing-masing menerima dana yang sama yakni US$ 25.000, atau sekitar 334 juta rupiah. Lalu, dari mana asal uang itu? Dalam sebuah wawancara, Johannes mengatakan uang tersebut berasal dari nilai kontrak US$ 600 juta dengan beberapa perusahaan terkait proyek pembuatan sistem identifikasi berbasis biometrik di Indonesia.

3. Tersangkut kasus cek bodong

Komite pelantikan Obama pada Januari 2013 lalu mengaku tidak tahu latar belakang tindak kejahatan yang pernah diperbuat oleh Johannes Marliem. Padahal, berdasarkan data area Hennepin tahun 2009 lalu menunjukkan jika Johannes pernah didakwa melakukan tindak kejahatan karena menulis cek bodong yang nilainya lebih dari US$ 10 ribu.

Johannes menulis cek bahwa ia memiliki dana di Bank TCF dan Wells Fargo. Tetapi, ketika dicek, ternyata tidak ada uang di kedua bank tersebut.

Akhirnya pada tahun 2010 lalu, Johannes mengakui kesalahannya. Ia pun sempat meminta pengurangan hukuman penjara, karena khawatir akan terkena aturan imigrasi. Konsekuensi terburuk, ia bisa saja dideportasi, kendati Johannes sudah mengantongi green card.

Johannes pun akhirnya resmi menjadi Warga Negara AS pada tahun 2014 silam.

Ketika ditanya alasannya tidak mengungkap tindak kejahatannya di masa lampau kepada komite pelantikan Obama, Johannes membela diri bahwa apa yang terjadi di masa lampau tidak perlu disampaikan ke publik.

“Saya tidak mencuri apa pun dari siapa pun,” kata Johannes tahun 2013 lalu di media Startribune.

4. Miliki 500 GB percakapan proyek e-KTP

Kepada koran dan majalah Tempo, Johannes mengaku memiliki rekaman percakapan orang-orang yang terlibat proyek e-KTP sebesar 500 gigabyte. Isi rekaman memuat seluruh tersangka yang berperan dalam mega korupsi KTP Elektronik, termasuk dengan Setya Novanto.

“Mau jerat siapa lagi? Saya punya rekamannya,” kata dia.

KPK pun sudah pernah dua kali memeriksa Johannes di dua tempat yang berbeda yakni di Amerika Serikat dan Singapura. Walaupun belakangan, Johannes mengaku rekaman itu tidak ingin ia beberkan ke publik.

Saat itu, ia mengaku rekaman itu hanya diperdengarkan ke media, tetapi bukan untuk ditulis. Itu sebabnya, ia mengaku kecewa terhadap hasil wawancara dengan media tersebut. Sebab, posisinya sebagai saksi kunci justru diblow up. Akibatnya, ia merasa nyawanya terancam pasca wawancara itu.

“Jadi, tolong jangan diplintir lagi. Saya tidak ada kepentingan soal rekaman. Dan ada rekaman SN (Setya Novanto) atau tidak, saya juga tidak tahu. Namanya juga catatan saya,” kata dia kepada media.

5. Saksi ketiga yang meninggal

Johannes Marliem bukan satu-satunya saksi yang meninggal ketika KPK tengah mengusut kasus mega korupsi itu. Ada dua saksi lainnya yang diketahui sudah wafat. Mereka adalah politikus Partai Demokrat, Mayor Jenderal TNI (Purn) Ignatius Mulyono dan anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar, Mustokoweni.

Ignatius meninggal di RS Medistra Jakarta pada 1 Desember 2015. Mantan anggota Komisi III itu meninggal karena penyakit jantung. Sedangkan, Mustokoweni meninggal pada 18 Juni 2010 di RS Elizabeth Semarang, Jawa Tengah.

Dalam surat dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto, Ignatius dan Mustokoweni diduga menerima aliran dana dari korupsi proyek KTP Elektronik. Ignatius disebut menerima uang sebesar US$ 258 ribu, sedangkan Mustokoweni tertulis menerima US$ 408 ribu.

Walaupun kematian Johannes Marliem menjadi pukulan telak bagi KPK, namun salah satu komisionernya yakin hal tersebut tidak berpengaruh. Saut Situmorang memastikan tewasnya Johannes tidak akan menghambat proses penanganan perkara yang sedang berlangsung.

“Saya pribadi 99,9 persen yakin kami, itu tidak berpengaruh dengan kasus yang sedang kita tangani,” kata Saut kepada media. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!