Indonesia dan Malaysia kecewa diskriminasi minyak sawit oleh UE

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia dan Malaysia kecewa diskriminasi minyak sawit oleh UE
Kedua negara pertimbangkan bawa kasus ke WTO

KUCHING, Malaysia – Usai pertemuan ke-3  membahas Komite Bersama Perdagangan dan Investasi (JTIC),   Indonesia dan Malaysia mengumumkan kekecewaan mendalam kedua negara atas perlakuan tidak adil oleh Uni Eropa (UE) terhadap minyak sawit.  Padahal Uni Eropa mendukung minyak nabati lainnya.  

Kekecewaan itu disampaikan dalam pernyataan bersama antara Menteri Perdagangan Internasional Dato’ Sri Mustapa Mohamed dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dalam pertemuan JITC di Kuching, Malaysia, 13 Juli 2017. Salah satu isu yang dibahas adalah Resolusi Uni Eropa  tentang minyak sawit dan deforestasi hutan tropis.  

“Padahal minyak nabati berkontribusi signifikan terhadap deforestasi, sebagaimana alasan yang dikenakan terhadap minyak sawit,” demikian pernyataan bersama itu, sebagaimana diterima Rappler pada Selasa, 18 Juli 2017.

Pemerintah Indonesia mengecam isi resolusi kelapa sawit yang dikeluarkan oleh Parlemen Eropa pada Jumat, 7 April. Dalam laporan itu, Parlemen Eropa sepakat untuk mulai mengurangi penggunaan zat metil ester di dalam biofuels pada tahun 2020 mendatang.

Resolusi juga menyepakati adanya kriteria minimum bagi semua produk yang terbuat dari kelapa sawit, antara lain harus bersifat berkelanjutan dan tidak dihasilkan dari aktivitas penggundulan hutan. Bahkan, resolusi itu ke depannya juga akan menghapus ide sertifikasi bagi produk sawit Indonesia.

Sebanyak 640 anggota parlemen Eropa menyatakan setuju terhadap resolusi tersebut. Hanya 18 anggota parlemen saja yang menolak.

(BACA : Indonesia tolak resolusi Uni Eropa tentang minyak sawit)

Dalam pernyataan bersamanya, Indonesia dan Malaysia mengatakan resolusi Uni Eropa serta praktek pelabelan yang tidak adil oleh sektor swasta di Uni Eropa akan berdampak negatif tidak hanya terhadap ekspor minyak sawit dari Malaysia dan Indonesia ke pasar Uni Eropa, namun juga mata pencaharian dari jutaan petani kecil.

Indonesia adalah produsen 40 juta ton minyak sawit, sedangkan Malaysia 30 ton. Kedua negara ini menguasai 85 persen produksi sawit dunia. Sebanyak 4 juta petani kecil hidup dari perkebunan sawit di Indonesia.

Malaysia dan Indonesia akan bekerja sama melalui Dewan Negara–Negara Penghasil Minyak Sawit/The Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk mencari solusi bagi masalah yang muncul akibat resolusi parlemen Uni Eropa. 

Pihak Malaysia dan Indonesia  akan bertemu pada akhir bulan Juli 2017 untuk membahas dan mengoordinasikan isu-isu yang berkaitan dengan minyak sawit, termasuk misi bersama CPOPC ke Eropa dalam rangka pendekatan dengan pihak-pihak terkait dan pemangku kepentingan.

Malaysia dan Indonesia akan mempertimbangkan untuk membawa isu ini ke Organisasi Perdagangan Dunia/World Trade Organization (WTO), jika Resolusi tersebut menjadi sebuah instruksi resmi UE dan bersifat diskriminatif. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!