Indonesia dan Malaysia sepakati 5 poin kerjasama sawit

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia dan Malaysia sepakati 5 poin kerjasama sawit
Kedua negara garap peluang B5 biodiesel untuk pasar Tiongkok

PUTRAJAYA, Malaysia –  Kendati sempat ada riak di dalam debat di publik terkait dengan kesalahan pencetakan bendera Indonesia di buku panduan resmi SEA Games, hubungan ekonomi dan bisnis Indonesia dan Malaysia jalan terus. Usai mendampingi atlet wushu meraih 3 medali emas, 3 perak dan 3 perunggu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bertemu dengan Menteri Perkebunan dan Komoditi Industri Datuk Seri Mah Siew Keong, Rabu, 23 Agustus 2017.

Menurut Menteri Mah, Malaysia dan Indonesia membahas peluang implementasi dari produksi B5 biodiesel untuk pasar Tiongkok. Negeri Tirai Bambu itu sedang giat melakukan kontrol kualitas lingkungan hidup dan mencari peluang implementasi B5, mencampurkan 5% minyak sawit atau palm methyl ester (PME) dan diesel.

Airlangga Hartarto yang juga ketua umum Pengurus Besar Wushu Indonesia itu mengatakan ada lima agenda yang dibahas dalam pertemuan itu. “Pertama, pembahasan kampanye bersama untuk menghadapi kampanye negatif penggunaan minyak sawit di Uni Eropa dan AS, termasuk terhadap resolusi parlemen Eropa dan Norwegia,” ujar Airlangga, dalam keterangan tertulis yang diterima Rappler.

(BACA : Indonesia tolak resolusi minyak sawit parlemen Uni Eropa)

Kedua, Indonesia dan Malaysia berkoordinasi menghadapi tarif dan nontarif barier yang dipasang negara seperti India yang menaikkan Bea Masuk 100%  menjadi 15%, dan  AS  yang mewacanakan pengenaan anti dumping untuk biodiesel.  Ketiga, kedua negara bersama-sama mendorong agar Tiongkok bisa menggunakan biodiesel 5%  agar dapat mengurangi defisit perdagangan dengan Indonesia dan Malaysia.

“Sekaligus, ini upaya implementasi energi yang ramah lingkungan,” kata Airlangga yang juga politisi Partai Golkar itu.

(BACA : Indonesia dan Malaysia kecewa diskriminasi sawit oleh UE)

Agenda keempat dalam pertemuan itu adalah, Indonesia dan Malaysia sepakat melakukan riset untuk memitigasi upaya pembatasan senyawa karsinogenik yang bisa memicu kanker,

“Kami menyepakati percepatan penguatan kelembagaan dewan negara produsen minyak sawit (CPOPC) dan mendorong agar lembaga ini bermanfaat untuk pengembangan nilai tambah/ hilirisasi CPO,” ujar Airlangga

Kelima, “Kami menyepakati percepatan penguatan kelembagaan dewan negara produsen minyak sawit (CPOPC) dan mendorong agar lembaga ini bermanfaat untuk pengembangan nilai tambah/ hilirisasi CPO,” ujar Airlangga.

(SIMAK : IN PHOTOS Indonesia dan Malaysia sepakat bentuk dewan minyak sawit)

Airlangga juga mengatakan pada saatnya akan  mengundang 7 negara produsen minyak sawit lain termasuk Thailand, Kolombia, Nigeria, Papua Niugini, Pantai Gading, Honduras dan Guatemala untuk melakukan diskusi kelompok terfokus di Bali dalam waktu dekat.

Mah mengatakan, jika Tiongkok menerapkan program B5, akan mengubah situasi, mengingat pasar Tiongkok yang sangat besar. 

Dalam pembicaraan antara kedua menteri hadir juga direktur eksekutif CPOPC, Mahendra Siregar yang juga mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Resolusi oleh parlemen Eropa meminta UE untuk berhenti menggunakan minyak sayuran termasuk minyak sawit dalam bauran biodiesel mulai tahun 2020, dengan tudingan tanaman tersebut diproduksi dengan proses yang tidak berkelanjutan dan menyebabkan deforestasi hutan.

Indonesia dan Malaysia adalah produser terbesar minyak sawit dunia dengan menguasai 85% produksi dan 91,2% pasar ekspor dunia. – Rappler.com 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!