Semua yang perlu kamu ketahui mengenai pemutusan hubungan diplomatik Qatar

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Semua yang perlu kamu ketahui mengenai pemutusan hubungan diplomatik Qatar
Qatar diisolasi oleh sebagian negara Timur Tengah karena dituduh mendukung kelompok teroris

JAKARTA, Indonesia – Empat negara Timur Tengah secara bersamaan memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin pagi, 5 Juni. Beberapa jam kemudian aksi serupa diikuti oleh Pemerintahan Yaman yang diakui oleh dunia internasional, Libya dan Maladewa.

Dunia pun terkejut, selain karena terjadi di bulan Ramadan, pemutusan hubungan diplomatik itu dilakukan usai Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump berkunjung ke Saudi. Apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia menyikapinya? Simak penjelasannya dari Rappler.

Apa yang terjadi setelah pemutusan hubungan diplomatik?

Pemerintah Arab Saudi mengatakan akan menutup wilayah perbatasan, baik itu melalui darat, laut dan udara dengan Qatar. Para diplomat Qatar diberikan waktu 48 jam (terhitung Senin kemarin) untuk meninggalkan Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.

Sementara, warga Qatar yang berada di negara-negara Teluk diminta untuk angkat kaki dalam kurun waktu 14 hari. Selain itu, maskapai penerbangan Qatar, Qatar Airways tidak akan diterima di bandara negara-negara Teluk.

Sebaliknya, maskapai dari negara-negara Teluk juga dilarang melakukan perjalanan dengan rute transit atau menuju ke Qatar.

Warga Qatar pun panik mendengar keputusan itu. Mereka berbagi wilayah darat dengan Saudi di mana sangat bergantung pasokan makanan, buah dan sayur-sayuran. Alhasil, mereka menyerbu pasar swalayan untuk memastikan stok kebutuhan makanan terpenuhi selama beberapa hari ke depan. 

Pemerintah Arab Saudi bergerak cepat dengan menutup stasiun televisi Al Jazeera yang didanai oleh Pemerintah Qatar. Bahkan, izin operasionalnya pun dicabut. Saudi menuding Al Jazeera sebagai media yang telah mempromosikan kelompok teroris dan mendukung kelompok pemberontak di Yaman.

Apa penyebabnya?

Aksi pemutusan hubungan diplomatik ini jelas dipimpin oleh Pemerintah Arab Saudi. Mereka menganggap Qatar mendukung dan memberi pendanaan terhadap beberapa kelompok teroris, termasuk Ikhwanul Muslimin, Al-Qaeda, kelompok Hamas dan ISIS. Kelompok-kelompok itu notabene juga didukung oleh Iran.

Tetapi, benar kah? Untuk menjawab hal itu, publik harus melihat ke belakang. Ketegangan hubungan antara Qatar dengan negara-negara tetangga di kawasan Teluk sudah meningkat sejak beberapa tahun terakhir. Ini tidak terlepas dari perebutan pengaruh dan kekuasaan kepemimpinan di kawasan.

Qatar diketahui telah mendukung pergerakan kelompok Islam di kawasan Timur Tengah pasca terjadi pemberontakan Arab Spring di tahun 2011 lalu. Rupanya, hubungan bilateral dengan Iran pun semakin membaik.

Padahal, sudah menjadi rahasia umum bahwa Iran merupakan musuh bebuyutan Saudi. Bahkan, kedua negara sudah putus hubungan diplomatik sejak tahun 2016.

Tetapi pemicu Saudi dan negara sekutunya semakin naik pitam karena adanya berita yang ditulis oleh kantor berita Qatar mengenai pernyataan pemimpinnya Syekh Tamim bin Hamad Al Thani pada 24 Mei lalu. Dalam tulisan itu, Tamim dilaporkan berpidato dalam upacara militer dan menyebut bahwa Iran adalah “kekuatan besar”. Selain itu, dia juga mengatakan hubungan antara Qatar dan Israel dalam keadaan “baik”.

Kemudian, ada pula pernyataan Tamim yang beredar dalam newsticker siaran stasiun televisi Qatar tetapi tidak menampilkan cuplikan pidato. Newsticker itu tertulis: “Iran mewakili kekuatan regional dan Islam yang tidak bisa diabaikan dan tidak bijaksana jika melawan mereka. Iran adalah kekuatan besar dalam stabilitas di kawasan.”

Kemarahan Saudi dan sekutunya diperparah dengan cuitan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani di akun Twitternya. Dia mengatakan akan menarik duta besar dari negara-negara tetangga, termasuk Mesir, Kuwait dan Saudi.

Akibat pemberitaan itu, Saudi dan Uni Emirat Arab langsung memblokir seluruh media Qatar, termasuk stasiun televisi Al-Jazeera. Pemerintah Qatar pun panik. Mereka kemudian mengklaim bahwa pemberitaan itu tidak benar.

Pembelaan mereka, kantor berita Qatar telah diretas. Sang peretas menulis berita hoax yang mengatasnamakan Emir Qatar.

Apa ada keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini?

MENARI. Presiden AS, Donald Trump ikut menari bersama Raja Salman bin Abdulaziz dengan pedang dalam upacara penyambutan di Istana Murabba di Riyadh pada 20 Mei. Foto oleh Mandel Ngan/AFP

Jawabnya bisa saja. Titik baliknya terjadi ketika Presiden Donald Trump memutuskan mengunjungi Arab Saudi pada pertengahan Mei lalu. Pernyataan Trump kepada Raja Salman bin Abdulaziz untuk terus mendukung dan memperkuat hubungan aliansi semakin mendorong Saudi bertindak semakin berani di kawasan.

Trump mungkin tidak bermaksud apa pun ketika dia secara agresif dan tidak akurat kerap menyebut Iran sebagai sumber dari semua aksi terorisme di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Tetapi, pernyataan itu diterjemahkan Saudi sebagai lampu hijau untuk bergerak mengubah kebijakan Qatar.

Padahal, Qatar merupakan negara yang menjadi lokasi pangkalan militer terbesar Negeri Paman Sam di kawasan Timur Tengah.

Apa komentar Qatar?

Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan upaya tersebut adalah upaya yang tidak adil dan berdasarkan klaim serta asumsi yang keliru.

“Pemerintah Qatar sedang menjadi subjek dari sebuah kampanye kebohongan yang telah mencapai titik puncak rekayasa,” ujar Kemlu Qatar dalam sebuah pernyataan.

Mereka menilai ada sebuah rencana tersembunyi untuk menjatuhkan pemerintahan Qatar.

Tetapi, kini Menteri Luar Negeri Qatar Syeikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani memberikan sinyal untuk memulai negosiasi demi menyelesaikan krisis tersebut. Dia menyebutnya sebagai dialog yang terbuka dan jujur.

“Kami yakin permasalahan apa pun dapat diselesaikan melalui diskusi dan saling menghormati,” kata Mohammed kepada stasiun televisi Al-Jazeera.

Dia juga mengaku terkejut di saat di mana negara anggota Teluk seharusnya bersatu untuk menghadapi berbagai tantangan, faktanya antar anggota justru malah saling menyerang.

Bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Qatar?

BANDARA DOHA. Para penumpang berjalan di sebuah terminal pasca mereka tiba di Bandara Internasional Hamad (HIA) pada 30 April 2014 di Doha. Foto oleh Al Watan/AFP

Pasca pengumuman pemutusan hubungan diplomatik, Qatar langsung merasakan dampaknya. Indeks harga saham Qatar langsung merosot sebesar 7,5 persen. Saham-saham blue chip dilaporkan menjadi yang paling terkena dampaknya.

Diprediksi dampak ini akan semakin memburuk. Mengingat semua maskapai milik negara di kawasan Timur Tengah tidak akan terbang menuju Qatar. Beberapa maskapai itu antara lain Etihad Airways, Emirates, Saudi Airlines dan Flydubai.

Sementara, di situs resminya, maskapai Qatar telah menunda semua penerbangan menuju ke Arab Saudi.

Saudi juga menyasar kapal-kapal berbendera Qatar. Mereka dilarang memasuki seluruh pelabuhan di Saudi. Bahkan, truk kontainer yang akan masuk ke Saudi melalui jalur darat juga diblokir.

Pemerintah Qatar mencoba menenangkan warga mereka dengan mengatakan semua aktivitas dan komunikasi dengan negara lain yang tidak memutuskan hubungan masih berjalan dengan baik. Mereka tetap membuka pelabuhan untuk perdagangan. Sementara, maskapai yang tidak terpengaruh dari kebijakan tersebut tetap mendarat di bandara di Doha.

Dewan Qatar juga memastikan tidak akan mengusir sekitar 300 ribu pekerja asal Mesir yang mencari penghidupan di sana sebagai balasan.

Hal lain yang menjadi fokus adalah penyelenggaraan Piala Dunia pada tahun 2022 mendatang. Qatar telah dipilih oleh organisasi FIFA sebagai tuan rumah.

FIFA mengaku mereka masih melakukan komunikasi secara rutin dengan Pemerintah Qatar. Mereka menolak lebih jauh apakah kebijakan pemutusan hubungan diplomatik ini dapat mempengaruhi jadwal penyelengaraan Piala Dunia lima tahun mendatang.

Tetapi, menurut ahli isu Timur Tengah dari Baker Institute Kristian Ulrichsen jika aksi blokade darat dan laut terhadap Qatar ini berlangsung cukup lama, maka kemungkinan besar bisa berpengaruh terhadap penyelenggaraan Piala Dunia.

Bagaimana sikap Indonesia?

Kementerian Luar Negeri mengatakan terus memantau perkembangan yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Pemerintah Indonesia mengharapkan agar semua pihak bisa menahan diri dan mengedepankan dialog serta rekonsiliasi.

“Indonesia menekankan kembali semua negara untuk menghormati prinsip hubungan internasional, seperti saling menghormati kedaulatan masing-masing negara dan tidak ikut campur urusan dalam negara lain,” ujar juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir melalui keterangan tertulis pada Senin malam, 5 Juni.

Pemerintah Indonesia, kata Arrmanatha, juga mengajak berbagai pihak untuk menyatukan langkah dalam memerangi terorisme dan berkontribusi dalam menjaga keamanan serta stabilitas kawasan dan global.

Apakah insiden ini berpengaruh terhadap WNI di Timur Tengah?

Direktur Perlindungan WNI Kemlu Lalu Muhammad Iqbal mengatakan dampak yang paling dirasakan oleh WNI yakni ribuan jemaah umrah asal Indonesia yang berangkat ke Saudi menggunakan maskapai Qatar. Oleh sebab itu, akan diambil kebijakan agar penerbangan dengan Qatar dialihkan ke maskapai lain.

Akhirnya sebanyak 20 jemaah yang semula merupakan menumpang dengan Qatar Airways telah dipindahkan ke maskapai Saudi Airlines. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengatakan proses tersebut dilakukan sejak Senin kemarin.

Sementara, pada hari ini ada 45 jemaah yang dialihkan penerbangannya dengan menggunakan Garuda Indonesia.

“Kami juga meminta kepada para pengelola agen perjalanan haji dan umrah yang menggunakan maskapai Qatar Airways agar melapor sehingga bisa dicarikan jalan keluarnya,” ujar Agus dalam keterangan tertulis pada hari ini.

Lalu, bagaimana dengan TKI yang berada di Qatar? Sekretaris Utama Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Hermono mengatakan sejauh ini belum ada dampak langsung yang dirasakan TKI dari pemutusan hubungan diplomatik itu.

Potensi yang mungkin terjadi yakni jika ada warga Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir harus meninggalkan Qatar dan mempekerjakan asisten rumah tangga asal Indonesia.

“Tetapi, kami belum memiliki data berapa banyak TKI yang ada dalam posisi ini. Di sisi lain, penutupan hubungan udara dan darat tentu akan berdampak pada migrasi regional para TKI,” tutur Hermono kepada Rappler melalui pesan pendek pada Selasa, 6 Juni. 

Semua pihak masih terus memantau lebih dekat perkembangan situasinya. Publik berharap ketegangan ini justru tidak memberi angin segar kepada kelompok teroris yang seharusnya diperangi oleh berbagai pihak yang tengah bertikai. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!