Thailand

Berbincang dengan Saroo Brierley, penulis kisah nyata film ‘Lion’

Han Nguyen

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Brierley duduk bersama Rappler membicarakan nominasi Oscar dan pertemuannya dengan ibu kandungnya

Saroo Brierley, penulis autobiografi 'A Long Way Home' yang diadaptasi menjadi film 'Lion' yang dianugerahi nominasi di ajang 'Golden Globes' dan 'Academy Awards' tahun ini. Foto oleh Han Nguyen/Rappler.

JAKARTA, Indonesia – Sukses dengan raihan enam nominasi di ajang Academy Awards tahun ini, film Lion dipilih sebagai film utama sekaligus pembuka di ajang Festival Sinema Australia Indonesia 2017 (FSAI) di Jakarta, Kamis, 26 Januari.

Film ini diangkat dari cerita buku berjudul A Long Way Home karya penulis Saroo Brierley, yang kisah tentang seorang pemuda India yang diadopsi oleh keluarga Australia yang kemudian berusaha mencari orang tua kandungnya.

Saat berbicara dengan Rappler, Brierley, sang penulis kisah yang diadaptasi menjadi film Lion ini mengaku sangat bangga sekaligus tidak menyangka dengan kehebohan usai nominasi Oscar diumumkan. Tapi menurut Brierley, memenangkan penghargaan bukan menjadi alasan awal ia menulisan kisah hidupnya.

“Aku tidak tahu banyak tentang Golden Globes dan Oscar dan sejenisnya dan itu bukan sesuatu yang kupikirkan saat memulai menulis kisah ini,” kata Brierley dalam sesi wawancara bersama Rappler.

“Kurasa aku menuliskan kisah ini agar banyak orang bisa mendapatkan pencerahan dan membuka pikiran banyak orang bahwa kita, manusia, bukan cuma darah dan daging saja di dunia ini. Kita lebih dari itu. Dan jika kita memperhatikan lebih dalam lagi, kita bisa mencapai banyak hal, karena tidak ada yang tidak mungkin.”

Brierley juga bicara soal kunjungannya ke India yang semakin sering dilakukannya. Menurutnya, ia sudah 14 kali bolak-balik Australia-India sejak perjalanan pertamanya mencari sosok ibu kandungnya.

“Waktu pertama kali aku kembali, aku bilang pada Ibu kalau aku akan kembali setahun lagi,” ujar Brierley.

“Alasan aku berkata seperti itu karena menurutku itu adalah waktu yang tepat untukku mengumpulkan uang sebelum kembali ke India. Saat itu aku tidak berpenghasilan besar dan aku punya setumpuk tagihan yang menanti untuk dibayar.”

“Aku ingin kembali karena aku juga ingin memberi sesuatu pada keluargaku. Dan kupikir waktu setahun saat itu sudah tepat,” ungkap Brierley.

Datang ke Australia

Kata Brierley, meski ada halangan soal bahasa, hubungannya dengan ibu kandungnya semakin membaik tiap kali dia pulang ke India. Menurut Brierley, ibunya pun belum menonton Lion dan saat ini ia tengah menunggu untuk film tersebut diterjemahkan sebelum ia mengajak sang ibu menontonnya.

“Ketika itu nanti terjadi, mungkin keluargaku akan benar-benar mengerti apa yang terjadi padaku,” kata Brierley.

“Kurasa mereka tidak pernah benar-benar mengerti apa yang sebenarnya kulalui. Seperti kata pepatah, seeing is believing.”

Pria berusia 35 tahun ini juga bicara soal rencana memboyong ibu kandungnya ke Australia. Tapi Brierley mengaku hal tersebut tidak sesederhana yang dipikirkan. “Sebagai orang Barat, kadang kita berpikir harus ini dan harus itu tapi kadang kita lupa tentang bagaimana mereka hidup dan siapa mereka sesungguhnya.”

“Mungkin pada waktunya nanti, akan sangat membahagiakanku jika dia benar datang dan melihat bagaimana aku dibesarkan di tempat itu selama 25 tahun. Tapi semua harus dilakukan dengan hati-hati, karena ia adalah sosok wanita yang konservatif dan dia belum pernah ke kota besar apalagi naik pesawat.”

Kata Brierley lagi, dia tidak akan mengubah satu hal pun tentang diri dan hidupnya saat ini. Meski begitu, ia berharap tidak ada orang lain yang mengalami hal serupa seperti dirinya.

“Mungkin hidupku sedikit tragis di beberapa bagian. Tapi jika harus hidup secara terencana, mudah dan tak ada apapun yang terjadi mungkin terdengar bagus tapi dalam cerita ini aku bisa berkata bahwa aku sudah melewati masa tersebut dan itu bukan masa-masa yang menyenangkan.”

Merayakan film

Lebih dari 250 orang hadir di pemutaran film Lion, termasuk selebriti Rianti Cartwright dan suaminya Cas Alfonso, Edric Tjandra dan pianis Ananda Sukarlan. 

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, menyebutkan bahwa festival ini untuk merayakan industri film yang tengah bergerak maju, baik itu di Australia maupun di Indonesia.

“Warga Australia dan Indonesia sepakat bahwa film adalah cara untuk mengekspresikan harapan dan tantangan. Dan kedua negara ini memiliki industri film yang dinamis dan pertumbuhan talenta-talenta kreatif yang luar biasa,” ujar Grigson.

“Aku rasa ada potensi yang besar bagi Indonesia dan Australia untuk bekerjasama dalam bentuk film dan aku berharap festival film ini menjai cara untuk bisa menyatukan keduanya.”

Grigson juga menambahkan bahwa momen pemutaran film ini adalah cara terbaik untuk merayakan Australia Day yang setiap tahunnya jatuh di tanggal 26 Januari.

FSAI juga menampilkan beberapa karya sineas muda Indonesia lewat ajang kompetisi film pendek. Dari 300 karya yang masuk terdaftar, 6 finalis telah dipilih. Mereka berkesempatan untuk memenangkan perjalanan ke Melbourne International Film Festival bulan Agustus mendatang. 

Kisah Lion

Film Australia-America ini disutradarai oleh Garth Davis dan dibintangi oleh Dev patel sebagai Saroo dewasa dan Nicole Kidman sebagai ibu angkatnya bernama Sue Brierley.

Ini adalah film pertama Davis yang sebelumnya dikenal karena karyanya di bidang periklanan. Bersama penulis Luke Davies, mereka mengisahkan kembali cerita hidup Brierley dengan luar biasa, meski mereka tidak secara harafiah mengikuti alur di buku otobiografi Saroo. Materi dan kisah sentimen di film ini terkesan sangat kaya.

Film dimulai dengan kisah seorang bocah berusia 5 tahun asal India, yang diperankan aktor cilik Sunny Pawar yang mencuri bongkahan-bongkahan batu bara yang jatuh dari gerbong kereta api bersama kakak lelakinya, Guddu, dan kemudian menjualnya untuk membeli makanan.

Satu malam, setelah mengekor kakaknya bekerja di stasiun kereta api, Birerley tertidur di kursi penumpang dan ketika ia terbangun, dia sadar bahwa dia sendirian. Saat berpapasan dengan penumpang lain, barulah ia tersadar bahwa kereta itu menuju Calcutta.

Dalam durasi 45 menit di awal film, penonton seperti dibiarkan bertanya-tanya dan penasaran tentang bagaimana nasib sang bocah kelak.

Singkat cerita, Brierley diadopsi keluarga Australia dan tumbuh besar dengan kegemarannya berlayar dan bermain cricket. Film pun kemudian bercerita ke kehidupan dewasa Brierley, yang berusia akhir 20an, berusaha mencari tahu asal usul keluarga kandungnya dengan mengandalkan memori dan fungsi Google Earth. 

Bagian kedua dari film ini sedikit lebih lemah dari yang pertama. Tapi David dan davies sukses membuat penonton betah hingga bagian akhir dengan gambaran adegan yang indah. Terutama saat reuni antara Brierley dan ibu kandungnya yang terjadi sangat hangat, membuat banyak penonton tak kuasa menahan tangis.

Adegan-adegan tersebut juga menunjukkan betapa akurat penampilan para aktor dan aktris menyerupai karakter sesungguhnya. Termasuk Nicole Kidman yang terlihat sangat serupa dengan Sue Brierley di kehidupannyata. Kidman benar-benar bisa menunjukkan akting luar biasa sebagai ibu dengan dua anak adopsi.

Salah satu momen paling penting di film ini adlah ketika Brierley mendekati ibu angkatnya dan dia merasa simpati padanya karena Sue tidak bisa memiliki anak sendiri dan harus mengadopsi. Adegan-adegan yang cukup intens antara Patel dan Kidman sungguh meninggalkan jejak yang sulit dihilangkan dari benak penonton.

Tak hanya dari sisi cerita, tapi secara visual, penonton pun dimanjakan dengan pemandangan lanskap India dan Australia yang memanjakan mata. Perubahan antara lingkungan di sekitar Brierley yang nyaman dan aman dibandingkan dengan kondisi India yang sangat tangguh, kotor dan penuh kemiskinan, seperti menunjukkan dua sisi kehidupan Brierley yang sesungguhnya.

Jika Anda berencana menonton film ini kelak, jangan lupa membawa tisu karena pasti Anda akan membutuhkannya!

– Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!