#PHVote

FOTO: ‘Art Workshop for Solidarity’, mendekatkan seni dengan masyarakat

Tri Asrie Khalidya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

FOTO: ‘Art Workshop for Solidarity’, mendekatkan seni dengan masyarakat
'Atelier des Arts pour la Solidarité' atau 'Art Workshop For Solidarity' digelar di Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung, 17-24 Februari

BANDUNG, Indonesia – Perkembangan seni rupa di Indonesia saat ini sudah sangat pesat. Perkembangan itu dapat kita lihat dari kemunculan berbagai macam karya dari para perupa Indonesia yang sudah tidak lagi terbatas oleh suatu teknik atau gaya tertentu.

Namun sayangnya peleburan ini rasanya tidak diikuti dengan masyarakatnya. Banyak yang masih segan membicarakan seni karena dianggap sebagai hal yang kurang penting dalam kehidupan sehari-hari. 

Bertujuan untuk memperkenalkan seni sejak dini kepada masyarakat agar keberjarakan seni dengan publik bisa dikurangi, SemAta Gallery pun dibentuk pada 2013 lalu, dengan mengedepankan program yang interaktif dan edukatif bersama anak-anak.

Hingga hari ini, SemAta Gallery telah aktif selama 3 tahun berkarya bersama anak-anak dan masyarakat. Oleh karena itu, digagaslah sebuah kegiatan Artist Collaboration bersama anggota SemAta Gallery dan melibatkan 10 seniman.

Mereka adalah Wilman Hermana, pematung yang menguasai teknik modeling dan casting menggunakan media tanah liat atau gypsum. Syaiful Garibaldi, seniman yang ahli dalam membuat growing sculpture. Mariam Sofriana, pelukis realis self portrait dengan teknik grid. Mujahidin Nurrahman, seniman kontemporer yang berkarya dengan teknik paper cutting.

Ada pula Angga Aditya Atmadilega, seniman grafis dengan teknik monoprint. Poppy Rahayu, illustrator dengan teknik gambar yang khas.  Tri Asrie Khalidya, illustrator yang senang dengan mural painting. Dessy Safira, aktif sebagai pengajar seni yang senang dengan mural painting. M. Akbar, seniman video art yang mengekspresikan pesan visual melalui rekaman video. Korin Lesh, seniman sekaligus pengajar seni asal Australia.

Hasil karya kolaborasi ini kemudian dikumpulkan dalam pameran Atelier des Arts pour la Solidarité atau Art Workshop For Solidarity yang digelar di Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung, yang sudah berjalan dari 17 Februari 2017 lalu dan akan berakhir pada 24 Februari 2017. 

Sebagai bagian dari rangkaian acara pameran, di hari kedua pameran diadakan workshop bersama ke-10 seniman tersebut yang terbuka untuk umum, sebagai langkah nyata untuk mewujudkan visi SemAta Gallery.

Suatu harapan besar dengan dicanangkannya pameran ini, seniman dan para perupa lainnya dapat terinspirasi dan termotivasi untuk ikut berbagi ilmu dan mau berinteraksi lebih jauh dengan berbagai lapisan masyarakat agar penikmat seni tidak hanya terbatas pada mereka yang mengerti atau yang berkepentingan saja.

Publik pun diharapkan dapat terdorong untuk mencoba lebih membuka dan melibatkan diri dalam kegiatan berkesenian agar seni tidak terasing lagi.

Berikut jajaran foto karya dan aktivitas selama gelaran Atelier des Arts pour la Solidarité atau Art Workshop For Solidarity.

Suasana pembukaan pameran. Foto oleh Tri Asrie Khalidya/Rappler.

 

Workshop fiber sculpture oleh Korin Lesh, seorang pengajar seni asal Darwin, Australia. Fibre sculpture sendiri merupakan sebuah kesenian tradisi dari suku aborigin Australia yang mana mengajarkan kita membentuk, mengikat dengan benang dan membuatnya seimbang atau proposional menjadi sebuah bentuk binatang. Foto oleh Tri Asrie Khalidya/Rappler.

Wilman Hermana (kanan), pematung sekaligus pengelola dari SemAta Gallery, sedang menjelaskan karya Mujahidin Nurrahman kepada pengunjung. Foto oleh Tri Asrie Khalidya/Rappler.

Hasil karya paper cutting Mujahidin Nurrahman bersama anak-anak dari SemAta Gallery. Foto oleh Tri Asrie Khalidya/Rappler.

Dokumentasi kegiatan mural kolaborasi bersama Tri Asrie Khalidya, Dessy Safira, SemAta Gallery dan penduduk sekitar di Jalan Boscha III Bandung, di mana SemAta Gallery bertempat. Mural komunal ini mencapai 20 meter panjangnya, serta bertujuan untuk membuat peserta lebih peka dengan fauna. Indonesia yang sudah banyak mengalami kelangkaan dan terancam punah. Foto oleh Dessy Safira.

Salah satu still frame dari video yang dibuat oleh salah satu murid SemAta Gallery, setelah diajarkan teknik merekam video oleh M. Akbar. Foto oleh Tri Asrie Khalidya/Rappler.

Growing sculpture, karya menarik yang dibuat oleh anak-anak SemAta Gallery dan Syaiful Garibaldi, menggabungkan antara seni dan botani, dalam sebuah patung yang ditumbuhi jamur dari dalam. Foto oleh Tri Asrie Khalidya/Rappler.

Pengunjung yang berinteraksi dengan karya fiber sculpture oleh Korin Lesh. Foto oleh SemAta Gallery.

Workshop printmaking atau seni grafis sangatlah menarik bagi anak dalam mempelajari tentang tinta, juga pengenalan teknik mencetak negatif dan positif. Foto oleh SemAta Gallery.

Hasil dari workshop mural yang dilakukan bersama Dessy Safira, Tri Asrie Khalidya, dan para peserta pun menghiasi dinding di salah satu ruangan Institut Francais Indonesia (IFI) Bandung. Peserta dari berbagai usia pun ikut meramaikan workshop mural yang mengusung tema solidaritas. Foto oleh Tri Asrie Khalidya/Rappler.

-Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!