Indonesia

15 musisi indie Indonesia yang berprestasi

Davin Rusady

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

15 musisi indie Indonesia yang berprestasi
Indonesia memiliki bakat-bakat musik yang dapat menembus pasar internasional. Pembuktian tersebut diberikan oleh para musisi indie dalam negeri

JAKARTA, Indonesia — Kata “indie” dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari kata “independent” dalam Bahasa Inggris. Banyak orang yang menganggap bahwa indie merupakan salah satu aliran musik.

Sesungguhnya, indie merupakan sebuah gerakan musik. Para musisi indie umumnya memiliki idealisme yang tertuang dalam lagu-lagu mereka. Mereka dapat berkreasi sesuai keinginan tanpa perlu ragu akan kontrol dari label-label rekaman besar, baik dari apa yang ingin dikenakan di atas panggung maupun tema lagu yang cinta melulu.

“Lagu cinta melulu. Kita memang benar-benar melayu. Suka mendayu-dayu.” – Cinta Melulu, Efek Rumah Kaca

Musisi indie harus menciptakan “kolam” mereka sendiri. Beberapa musisi indie bahkan membuat label rekaman baru untuk menggarap, berpromosi dan mendistribusikan karya-karya mereka. Misalnya, Raisa yang menempuh jalur indie dengan Juni Records atau Tulus bersama kakaknya yang menginisiasi TULUS Company dengan dua divisi: TULUS Management serta TULUS Production.

Sekilas perkembangan jalur indie

Pada tahun 1980, tangga lagu musik indie pertama kali muncul di majalah Record Week sebelum pindah ke harian Sounds. Banyak band indie yang mulai muncul kala itu, seperti The Smith dan Joy Division.

Memasuki era tahun 1990-an, Nirvana dan Radiohead yang berkibar di bawah bendera label indie ikut menyebarkan “virus indie” ke seluruh dunia. Bahkan, Radiohead sempat merilis album dengan sistem pembayaran secara sukarela.

Masyarakat Indonesia lebih dahulu mengenal istilah underground sekitar tahun 1970-an ketimbang indie. God Bless adalah salah satu band yang mendeklarasikan bahwa mereka adalah band underground pada era itu.

Jalur indie mulai dikenal sejak PAS Band merilis album For Through The Sap (1993) secara independen tentunya. Album tersebut ternyata terjual habis sebanyak 5,000 kopi. Keberhasilan di jalur indie yang PAS Band tuai kemudian menjadi inspirasi bagi musisi lainnya.

Ada pula band Mocca yang berhasil menjual album My Diary (2002) di atas angka 300,000 kopi diikuti penghargaan Best Video Clip of The Year untuk klip Me & My Boyfriend (2003) dari MTV Indonesia. Pencapaian yang cukup spektakuler untuk sebuah band indie dalam negeri kala itu.

Memasuki era 2000-an, semakin banyak musisi indie yang suaranya mulai terdengar dari satu panggung ke panggung lainnya, baik dalam format band, grup atau solo. Kini, tampaknya sudah Indonesia memiliki ratusan atau mungkin ribuan band indie—belum ada data lengkap mengenai hal ini.

Di antara ratusan atau ribuan musisi indie tersebut, ada segelintir nama-nama yang berhasil memperdengarkan musiknya hingga ke kancah internasional. Berikut adalah 15 musisi indie Indonesia yang memiliki prestasi.

SORE

SORE merupakan salah satu band indie asal Jakarta yang memiliki segudang prestasi. Seluruh anggota SORE sudah berteman sejak kecil. Uniknya, seluruh anggota bisa bermain musik menggunakan tangan kiri.

Lagu-lagu SORE pun sering digunakan sebagai lagu tema beberapa film layar lebar, antara lain Janji Joni, Berbagi Suami, Kala, Quickie Express, dan Perempuan Punya Cerita.

SORE pernah mendapatkan pujian dari majalah TIME Asia sebagai salah satu band yang albumnya layak dibeli. Pada tahun 2009, Rolling Stone Indonesia menempatkan band ini pada urutan 40 dalam kategori “150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa”.

Jogja Hiphop Foundation

Grup ini didirikan oleh Marzuki Mohammad atau Kill The DJ pada tahun 2003. Jogja Hip-hop Foundation (JHF) memadukan hentakan musik khas hip-hop dengan gamelan dan bahasa Jawa.

Dalam beberapa lagunya, JHF juga berkolaborasi bersama Soimah Pancawati. Berkat keunikannya, JHF mulai mendapat undangan tampil di panggung internasional, diawali dari pementasan di Mosaic Music Festival  Singapura pada tahun 2009, Asia Society di New York pada tahun 2011, hingga melakukan tur 10 kota di Amerika pada tahun 2012.

Tidak berhenti di situ, JHF sempat mengeluarkan film dokumenter Hiphopdiningrat pada tahun 2010. Film tersebut mendapat respons positif hingga JHF diundang hadir di festival-festival film internasional. Di samping itu, JHF menjadi salah satu brand ambassador Intel Inside pada tahun 2011. Pada tahun 2016 lalu, JHF juga diundang untuk mengisi acara peringatan 120 tahun kedatangan orang Jawa di Kaledonia Baru.

Superman Is Dead

Superman Is Dead adalah band tanah air pertama yang berhasil menembus tangga lagu Billboard pada tahun 2011. Band ini menempati urutan ke-23 Billboard Uncharted. Selain itu, Superman Is Dead juga pernah tampil dalam tur festival punk terbesar di dunia, Warped Tour, pada tahun 2009.

Jerinx, Bobby dan Lolot memulai perjalanan musik mereka pada tahun 1995 dengan membentuk Superman Is Silver Gun. Di tengah perjalanan, Lolot memutuskan keluar dari grup dan bergabung dengan proyek kolaborasi musisi lokal Bali. Posisi Lolot kemudian digantikan oleh Eka Arsana. Grup band tersebut akhirnya mengganti nama mereka menjadi Superman Is Dead.

Di samping bermusik, Superman Is Dead sangat kritis dengan keadaan sosial dan politik yang terjadi di Indonesia. Superman Is Dead membawa musik ke tingkat lain, yaitu musik sebagai alat perjuangan dan advokasi bagi permasalahan sosial.

Dalam lagu Sunset Di Tanah Anarki misalnya, mereka menyuarakan kepedulian terhadap kasus pelanggaran hak asasi manusia yang sulit diselesaikan di negeri ini. Dalam video klipnya, Superman Is Dead juga memasukkan potongan gambar Munir dan Wiji Thukul.

The Trees and The Wild

Band yang dibentuk bersama teman sekolah pada tahun 2005 ini berasal dari Bekasi. The Trees and The Wild memulai tur dalam negerinya pada tahun 2009 sampai 2011 di Jawa dan Sulawesi. Sembari melakukan tur, mereka tampil beberapa kali dalam Mosaic Music Festival di Singapura pada tahun 2011 dan Baybeats Festival pada tahun 2012.

Majalah TIME menyebut bahwa The Trees and The Wild adalah salah satu band Asia yang patut didengarkan.

Pada tahun 2012, The Trees and The Wild tampil di berbagai festival dari berbagai negara, mulai dari Urbanscapes Festival di Malaysia, Reeperbahn Festival di Hamburg dan Monsters of Pop Festival di Finlandia. Bersama KimoKal dan Lightcraft, The Trees and The Wild juga terpilih untuk mewakili Indonesia dalam South by Southwest Festival 2017 di Texas, Amerika Serikat.

Discus

Discus adalah grup band yang dibentuk pada tahun 1996 dan masih bertahan hingga kini. Band Discus mengusung aliran rock progresif dengan memadukan unsur-unsur musik rock, jazz, klasik, metal dan tradisional.

Discus sudah sering tampil di berbagai negara, antara lain Amerika Serikat, Swiss dan Jerman. Pada tahun 2004, Discus meraih penghargaan AMI Samsung Award 2004 dan Band Rock Progresif Terbaik 2004. Mereka juga pernah menggelar tur Call To Arms di Malaysia dan Singapura.

The S.I.G.I.T

The S.I.G.I.T pertama kali tampil di sebuah acara kampus jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan. The S.I.G.I.T berhasil membuat pemilik label di Australia tertarik mengajak mereka untuk membuat album setelah menemukan lagu-lagu band ini di jejaring sosial MySpace. Setelah menguasai pasar Australia, The S.I.G.I.T menjelajahi panggung internasional. Pada tahun 2009, band ini tampil dalam South by South West Festival di Texas, Amerika Serikat.

Band The S.I.G.I.T telah meraih sejumlah penghargaan, antara lain Best Indie Band 2007 dari Hai Magazine, Best Album 2007 dari Rolling Stone Indonesia dan Best Band 2007 dari Grey Magazine.

Bottlesmoker

Anggung Kuy Kay dan Ryan Nobie memutuskan memilih nama Bottlesmoker karena mereka suka membuat asbak dari botol minuman. Mulanya, Bottlesmoker mempublikasikan karya mereka secara gratis di jejaring sosial MySpace pada tahun 2006. Kemudian, tawaran berkompilasi dari berbagai negara pun datang kepada Bottlesmoker. Sampai saat ini, Bottlesmoker sering mengisi acara festival musik di berbagai negara, antara lain Singapura, Filipina, Amerika Serikat, sampai Hongkong.

Pada tahun 2010, band ini memenangkan dua penghargaan dari kompetisi musik indie Asia Pacific Voice Independent Music Awards (AVIMA) sebagai juara satu kategori Best Electro/Dance Act dan juara tiga kategori Best Electro/Dance Song.

Efek Rumah Kaca

Formasi band ini terdiri dari Cholil Mahmud (vokal utama dan gitar), Adrian Yunan Fasal (vokal latar, bass, gitar), Airil “Poppie” Nur Abadiansyah (vokal latar, bass) dan Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar). Efek Rumah Kaca dikenal dengan lagu-lagunya yang menyentuh keadaan sosial masyarakat sekitar.

Selama perjalanannya, band ini berhasil memenangkan beberapa penghargaan musik, antara lain Best Cutting Edge Artist dari MTV Indonesia Awards 2008, Rookie of The Year dari Rolling Stone Indonesia pada tahun 2008, The Best Album serta Favorite Alternative Song dari Indonesia Cutting Edge Music Awards 2010.

White Shoes and The Couples Company

Musik White Shoes and The Couples Company berada di jalur retro dengan campuran nada klasik, jazz serta diskon gaya 90-an. White Shoes and The Couples Company adalah band Indonesia pertama yang dikontrak oleh label perusahaan musik Amerika.

Tentunya, band ini turut menambah deret prestasi musisi indie Indonesia. Beberapa penghargaan yang telah diperoleh, antara lain The 25 Most Crustworthy Band in 2006 dari Allmusicguide, The 25 Best Band in Myspace in 2007 oleh Rollingstone.com dan The Most Blogworthy Band on The Planet in 2007 oleh Yahoo! Music.

Di dalam negeri, White Shoes and The Couples Company sempat mengisi lagu tema untuk film Janji Joni dengan lagu Senandung Maaf.

Mocca

Institut Teknologi Nasional di Bandung menjadi saksi bisu awal berdirinya Mocca  yang digawangi oleh Arina, Riko, Indra dan Toma. Keempatnya adalah mahasiswa di institut tersebut. Setahun setelah terbentuk, Mocca mengeluarkan debut album mereka My Diary pada tahun 2003.

Album tersebut meledak dengan penjualan di atas 300,000 kopi. Video klip lagu Me and My Boyfriend juga mendapatkan penghargaan Best Video of The Year dari MTV Indonesia pada tahun yang sama.

Mocca lekas mengembangkan sayapnya hingga ke Asia. Mereka pernah menggelar konser di Singapura pada tahun 2005. Beberapa lagu Mocca digunakan sebagai lagu tema dalam film Catatan Akhir Sekolah, Untuk Rena serta serial televisi Fairish The Series. Lagu-lagu mereka juga digunakan dalam berbagai drama, acara realitas dan iklan di Korea Selatan.

Pada tahun 2008, album Colours masuk ke dalam nominasi Desain Cover Terbaik dan memenangkan penghargaan Karya Produksi Alternatif Terbaik dari Anugerah Musik Indonesia.

Endah N Rhesa

Pasangan suami istri Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya memutuskan keluar dari sebuah band rock pada tahun 2004. Pada tahun 2005, Endah dan Rhesa merilis album Nowhere To Go secara independen. Album tersebutlah yang mengukuhkan formasi duo Endah N Rhesa sebelum keduanya resmi menikah pada 5 Desember 2009.

Endah N Rhesa memperoleh penghargaan Rookie of The Year 2010 dari majalah Rolling Stone Indonesia. Album Nowhere To Go juga memperoleh penghargaan Karya Produksi Alternatif Terbaik dari Anugerah Musik Indonesia (AMI). Album Look What We’ve Found yang rilis pada tahun 2011 turut menuai kesuksesan yang sama. Album tersebut mendapat penghargaan Penampilan Musisi Alternatif Terbaik dan Produser Album Alternatif Terbaik dari AMI.

Endah N Rhesa juga sering tampil dalam berbagai festival musik di dalam maupun luar negeri serta mengisi lagu tema beberapa film, antara lain Cita-citaku Setinggi Tanah dan Cinta Dalam Kardus.

Stars and Rabbit

Elda Suryani dan Adi Widodo merilis album perdananya bertajuk Constellation pada tahun 2015 dalam bentuk digital dan fisik. Album tersebut membawa mereka menjalani beberapa tur promosi di Malang, Bali, Hongkong, Manila dan Jakarta. Lagu The House dipilih sebagai single pertama dari album perdana. Lagu itu pula yang mengantarkan mereka ke gerbang musik internasional.

Pada Juli 2015 lalu, Stars and Rabbit diminta oleh rumah produksi Lowkey Films untuk menjadikan lagu The House sebagai lagu tema film Wander. Film tersebut diputar di berbagai festival film internasional, seperti Winchester Short Film Festival, Wasteland Film Festival dan Venice Film Week.

Navicula

Dibentuk pada tahun 1996, band Navicula digawangi Robi (vokal, gitar), Dankie (gitar), Made (bass) dan Gembull (drum). Dalam bahasa Latin, kata navicula berarti “kapal kecil”. Lagu-lagu Navicula tidak lepas dari isu-isu sosial, ekologi dan lingkungan hidup. Beberapa lagu andalan mereka adalah Mafia Hukum dan Orangutan. Navicula juga pernah menyelenggarakan tur ke Amerika Serikat, Kanada dan Australia.

Pada tahun 2012, Navicula pernah memenangkan kompetisi internasional RODE Rocks yang digelar oleh RODE, produsen mikrofon kenamaan dari Australia. Kompetisi tersebut diikuti oleh ratusan band dari seluruh dunia. Atas pencapaian tersebut, Navicula diganjar hadiah berupa kesempatan rekaman di Record Plant Studios, Hollywood.

Record Plant Studios merupakan studio rekaman yang pernah digunakan oleh para musisi papan atas, seperti Jimi Hendrix, Stevie Wonder, John Lennon, Mick Jagger, Guns N’ Roses, Mariah Carey, Beyonce, Justin Bieber, Metallica, dan masih banyak lagi.

Adhitia Sofyan

Adhitia Sofyan adalah seorang Creative Director di sebuah perusahaan konsultan pemasaran. Sejak awal tahun 2008, Adhitia membuat komposisi akustik dan mengirimkan beberapa lagu ke radio lokal untuk segmen indie sampai akhirnya lagu Adelaide Sky menduduki posisi teratas tangga lagu indie di Prambors FM. Lagu tersebut juga mengisi lagu tema film Kambing Jantan pada tahun 2009.

Beberapa prestasi yang telah didapatkan oleh Adhitia, antara lain penghargaan dari Indonesian 1st Cutting Edge Music Awards (ICEMA) sebagai Favorite Singer-Songwriter dan Favorite Artist Solo. Ia juga sempat mengadakan tur di Jepang pada tahun 2011 dan 2015 berkat label Production Dessinee yang merilis album-albumnya di negeri sakura itu.

Barasuara

Sebagai band yang baru mengeluarkan album tahun 2015, Barasuara terbilang cukup sukses karena langsung disejajarkan dengan Endah N Rhesa, Dialog Dini Hari, Sarasvati, Mocca dan Efek Rumah Kaca dalam kategori Karya Produksi Alternatif Terbaik ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2016. Tanpa disangka, lagu Bahas Bahasa mengalahkan empat nominasi lainnya dan Barasuara membawa piala AMI pertamanya.

Meski baru dibentuk, Barasuara beranggotakan orang-orang yang sudah cukup lama berkecimpung dalam dunia musik. Mereka adalah Iga Massardi (gitaris Tika and The Dissindents, gitaris Soulvibe dan pendiri The Trees and The Wild), Puti Chitara (solois), Asteriska (solois), Marco Steffiano (pemain drum pengiring Raisa), TJ Kusuma (LCD Trip), dan Gerald Situmorang (gitaris pengiring Monita, Tohpati, Barry Likumahua dan masih banyak lagi).

Dalam album pertama berjudul Taifun (2015), Barasuara menyajikan berbagai lagu dengan makna berlapis. Misalnya, lagu Hagia yang membawa pesan tentang keberagaman umat beragama. Lirik lagu tersebut cukup “nyentrik” karena Barasuara menyisipkan penggalan Doa Bapa Kami dalam kepercayaan nasrani sebagai penutup lagu.

-Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!