Cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah tindak bunuh diri

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah tindak bunuh diri
Mari lebih peka terhadap sekeliling untuk menyelamatkan nyawa seseorang

JAKARTA, Indonesia – Akhir pekan lalu, publik dan pecinta musik dikagetkan dengan berita meninggalnya penyanyi Tommy Page. Penyanyi yang meninggal dunia di usia 46 tahun itu dikabarkan bunuh diri.

Meski hingga kini belum ada kepastian soal penyebab kematian Tommy, namun bunuh diri selalu menjadi momok bagi kalangan industri hiburan dunia. Jika benar Tommy meninggal dunia karena bunuh diri, maka ia bukan selebriti pertama yang diketahui bunuh diri.

Ada musisi Kurt Cobain yang bunuh diri di usia 27 tahun. Desainer L’wren Scott juga ditemukan meninggal dunia tahun 2014. Ada pula desainer Alexander McQueen. Yang paling membuat heboh adalah saat aktor senior Robin Williams ditemukan tewas bunuh diri di tahun 2014 di usia 63 tahun.

Suka tidak suka, bunuh diri menjadi salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi, tak hanya di dunia, tapi juga di Indonesia. Menurut penelitian WHO, di tahun 2012 saja, angka kematian di Indonesia yang diakibatkan bunuh diri mencapai 10 ribu jiwa per tahun.

Tidak mudah memang mendeteksi mereka yang menyimpan keinginan untuk bunuh diri. Tapi bukan berarti kita tidak bisa mendeteksinya. Kita juga bisa, kok, membantu untuk mengurangi angka bunuh diri dengan bersikap lebih peka terhadap sekeliling kita.

Sarah Griffith Lund, penulis buku sekaligus advokat penyakit kesehatan jiwa membeberkan beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk bisa menyelamatkan seseorang yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Tebarkan harapan

Dengan cara yang tulus dan berarti, carilah cara untuk fokus pada satu ide bahwa semua penderitaan itu bersifat sementara dan semua akan membaik, kok. Harapan akan muncul dari pemikiran bahwa penderitaan itu tidak ada yang tetap.

Jangan takut bicara

Jika pada satu titik, kamu memiliki pikiran untuk bunuh diri, bicaralah pada seseorang. Semakin banyak kamu berbicara dan berbagi, maka semakin besar juga kemungkinan kamu mendapat dukungan. Bicara pada orang yang kamu percaya. Bisa rekan kerja, keluarga, teman atau para profesional yang ahli dalam kesehatan jiwa.

Kalau ada orang di sekitarmu yang berpikiran untuk bunuh diri, bicara juga adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Tanyakan apa yang mereka rasakan. Dengarkan mereka. Dengan begitu, kamu bisa “memonitor” pikiran mereka dan melihat “tanda-tanda peringatan” sebelum mereka melakukan hal yang membahayakan untuk dirinya.

Pelajari “tanda-tanda bahaya”

Menurut American Foundation for Suicide Prevention, mereka yang memiliki resiko tinggi melakukan bunuh diri adalah saat mereka menunjukkan tanda-tanda seperti:

– Bicara soal bunuh diri atau segala topik tentang tak punya alasan untuk hidup, menjadi beban untuk orang lain dan tidak bisa menanggung penderitaannya.

– Sifat dan gaya hidupnya berubah. Mulai mengonsumsi alkohol atau obat terlarang atau mulai banyak mencari informasi soal bunuh diri.

– Tertutup, tidak mau bersosialisasi, bertindak ceroboh, tiba-tiba suka berkunjung atau menelepon orang dan mengucap perpisahan.

Mood yang berubah. Depresi. Kehilangan semangat. Marah. Mudah tersinggung. Cemas.

Rajin mendengar

Kenali sekitarmu dan cara orang di sekitar mengekspresikan diri mereka. Dengarkan mereka berkomunikasi dengan menggunakan emosi mereka. Jika kamu melihat bahwa mereka berpotensi untuk mencederai diri sendiri, dekati dan dengarkan lebih dalam. Dengarkan apa yang mereka katakan dan apa yang tersirat, “yang tidak terkatakan”.

Mulai membuat “safety net”

Safety net ibarat “wadah” yang akan menampung seseorang saat ia “tersungkur” dan butuh pertolongan. Kita semua butuh safety net. Bisa berupa teman, keluarga, tempat, rencana, apapun itu. Sesuatu yang menyelamatkan kita dari keterpurukan hidup. Safety net berarti cara untuk kita tetap bisa berkomunikasi dengan orang lain yang peduli pada kita.

Peduli sesama

Mereka yang pernah mencoba bunuh diri, mereka yang selamat dari percobaan bunuh diri dan mereka yang memiliki anggota keluarga atau sahabat survivor bunuh diri pasti tahu bahwa yang dibutuhkan adalah kepedulian. Hilangkan sifat menghakimi atau menyalahkan. Bagaimana pun juga, bunuh diri adalah tragedi yang mau tak mau meninggalkan penderitaan bagi mereka yang selamat.

Mereka yang pernah melaluinya pasti merasakan emosi yang campur aduk. Karena itu, kepedulian bisa membantu proses penyembuhan. Jangan berhenti peduli.

Merangkul lebih banyak

Mereka yang beresiko tinggi melakukan bunuh diri adalah mereka yang paling sering menutup diri. Tapi bukan berarti kita juga harus menutup diri. Rangkullah mereka, terutama yang kamu ketahui memang sedang “berjuang” dalam hidupnya.

Sisihkan waktu untuk bercengkrama dengan mereka dan tunjukkan kesungguhanmu untuk berinteraksi. Untuk selalu mengingatkan mereka bahwa mereka tidak pernah sendiri.

Lihat sekitar kita

Mereka yang berpikiran tentang bunuh diri itu seperti sesuatu yang tidak kasatmata. Ketika kita berusaha melihat atau mencarinya, mereka tidak akan terlihat dan menampakkan diri.

Kita harus lebih peka melihat sekitar. Karena bunuh diri itu tidak memilih golongan, latar belakang, warna kulit atau apapun. Tapi ketika kita sudah melihat tanda-tandanya, kita bisa bekerjasama untuk mencegahnya. -Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!