Lima kesalahan anak baru di tempat kerja

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Lima kesalahan anak baru di tempat kerja
Tips untuk mengatasi kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan anak baru saat bekerja di kantor.

JAKARTA, Indonesia – Selamat, Anda telah bekerja di tempat baru! Kalau Anda memang sangat menginginkan pekerjaan tersebut, maka Anda mungkin merasa sedikit gugup. Sebenarnya, Anda ingin memberikan kesan terbaik pada pekan pertama.

Namun, kadang yang terjadi adalah Anda malah berperilaku tidak rasional. Sebab, Anda terlalu cemas memikirkan cara beradaptasi dengan rekan kerja dan ruang kantor, memikul tanggungjawab, hingga berusaha menyelesaikan satu tugas dengan baik. Berikut beberapa kesalahan-kesalahan di pekan-pekan pertama di kantor dan bagaimana cara menghindarinya:

Terlalu banyak bertanya vs tidak pernah bertanya

Ketika memulai pekerjaan baru, seseorang tergoda untuk mengungkapkan segala pertanyaan yang ada di kepala. Namun, Anda ragu karena takut rekan kerja akan terganggu akan pertanyaan-pertanyaan.

Selain itu, kalau sering bertanya akan membuat Anda tampak lemah dan tidak kompeten. Akhirnya Anda memendam rasa ingin tahu dan malah membuat banyak kesalahan dalam pekerjaan.

Sebaliknya, jika memutuskan untuk banyak bertanya pada rekan kerja, maka Anda akan terlihat lemah dan tidak bisa mandiri.
Tenang. Rekan kerja juga tahu kalau seseorang tidak mungkin menguasai banyak hal dalam satu waktu.

Bos dan seluruh staf memahami bahwa pegawai baru butuh petunjuk panduan. Jadi, bagaimana jalan keluarnya?

Jika Anda telah berusaha keras untuk memeroleh informasi, dan tidak mendapatkan jawabannya, maka sah-sah saja kalau mau bertanya. Lebih baik Anda bertanya dan mendapat jawaban benar daripada Anda diam dan membuat kesalahan.

Saat bertanya kepada rekan kerja, mungkin Anda bisa memulai dengan cara seperti ini: “Saya punya beberapa pertanyaan, apakah kita bisa bicara beberapa menit?” Setelah itu ungkapkan upaya yang sudah Anda lakukan sebelumnya.

Tahu segalanya vs banyak belajar

Sebagian pegawai baru merasa sombong. Anak baru tersebut berpikir bahwa perusahaan telah memilihnya karena dia adalah kandidat terbaik. Akhirnya, pada hari pertama di kantor, dia akan mengkritik orang lain dan mencoba mengajarkan cara kerja yang baru pada rekan kerja.

Pada akhirnya, dia akan tampak bodoh, karena informasi yang dikumpulkan tidak terlalu banyak. Sebaliknya, ada pula orang yang selalu menyembunyikan wajahnya di balik laptop.

Dia takut ditunjuk untuk memberikan pendapat. Sebab, dia merasa masih baru dan belum berpengalaman.

Jika Anda menjalankan posisi baru di perusahaan baru, maka gunakan kesempatan untuk banyak belajar pada beberapa pekan pertama. Saat Anda sudah yakin dan menguasai satu permasalahan, maka berdiri dan berikan ide dan saran untuk kemajuan tim. Tapi, bukan kritikan.

Menyebarkan informasi berlebihan vs menyembunyikan informasi

Anak baru di kantor selalu berusaha menunjukkan diri sebagai karyawan baik, kalau bisa terbaik. Beberapa orang mencoba menunjukkan kontribusi dengan mengirim setiap detail hasil kerja kepada seluruh anggota tim.

Akhirnya, surat elektronik yang “tidak penting” itu memenuhi inbox rekan kerja dan bos saja. Sebaliknya, ada pegawai baru yang tidak banyak berbagi. Justru mereka menyaring informasi yang akan dibagikan kepada anggota tim.

Jika Anda orang yang suka “berbagi”, maka harus memerhatikan proporsi. Manajer tertinggi di dalam divisi hanya perlu rangkuman laporan mingguan Anda. Sementara mentor mungkin perlu mendapat informasi tentang perkembangan Anda setiap hari.

Sementara itu, Anda juga tidak bisa menyimpan semua informasi sendiri. Jangan-jangan informasi dari klien yang tidak Anda sebarkan, malah akan merusak kerjasama tim. Anda harus lebih percaya pada bos dan rekan kerja di kantor baru.

Terlalu banyak berjanji vs selalu bilang tidak

Setiap pegawai baru pasti akan merasa senang dan dihargai jika diberi kepercayaan untuk menangani satu proyek. Kemudian, agar tampak lebih berguna, dia akan berjanji untuk membantu proyek lain, menolong rekan kerja, dan memberikan janji-janji lain yang sebenarnya tidak bisa dipenuhi.

Pada akhirnya akan kewalahan sendiri. Sebaliknya, ada orang yang menghindari tugas. Mereka merasa belum banyak belajar di kantor baru. Lalu, ketika ada tugas, mereka mengungkapkan rintangan besar yang akan membuat proyek itu gagal.

Kalau Anda menerima banyak tugas, maka akan kewalahan sendiri. Bisa-bisa semua pekerjaan menjadi banyak kesalahan, melewati batas waktu, dan kualitasnya buruk.

Anda harus memilah tugas yang diberikan. Meskipun anak baru, Anda punya hak untuk bilang tidak pada atasan. Berikan alasan yang masuk akal. Tanyakan kepada bos tentang pekerjaan yang paling diutamakan.

Sebaliknya, untuk orang-orang yang takut menghadapi tantangan baru, maka Anda harus menyingkirkan rasa takut gagal. Jika Anda melihat akan ada tantangan, maka carilah solusi, bukannya menghindar. Lama-lama Anda juga harus menangani proyek besar.

Terlalu terbuka vs terlalu tertutup

Orang yang supel biasanya mudah bergaul. Saat masuk ke kantor baru, Anda akan berusaha mengakrabkan diri dengan rekan kerja yang sudah lebih dulu ada di kantor.

Anda menceritakan kisah hidup, bahkan membagi hal-hal yang sangat pribadi. Terkadang hal itu terasa aneh untuk orang lain. Namun, ada juga pegawai baru yang tertutup dan mungkin malu untuk bicara dengan rekan kerja di sebelah meja.

Beradaptasi dengan lingkungan baru memang susah-susah gampang. Pada saat bertemu rekan kerja baru, sebaiknya hindari pembicaraan yang sangat pribadi seperti pandangan politik dan agama. Anda cukup bicara topik ringan seperti hobi berlari atau menonton film. – Rappler.com

Artikel ini pernah diterbitkan di qerja.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!