Cerita bangku kosong di penayangan film ‘Danur: I Can See Ghosts’

Adrianus Saerong

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Cerita bangku kosong di penayangan film ‘Danur: I Can See Ghosts’
Lima bangku kosong untuk "teman-teman" Risa Saraswati pasti akan tersedia di setiap penayangan film ini

JAKARTA, Indonesia –  Lima bangku spesial dipastikan tersedia di setiap penayangan film Danur: I Can See Ghosts besutan sutradara Awi Suryadi. Berbalutkan kain kafan, lima bangku kosong disediakan khusus untuk “teman-teman” dari penulis buku inspirasi film ini, Gerbang Dialog Danur, karya Risa Saraswati.

Keputusan Pic House Films dan MD Pictures selaku rumah produksi yang merilis film ini adalah untuk menghargai “teman-teman” tak kasat mata Risa bukan semata-mata untuk promosi belaka.

Bahkan, lima anak keturunan Belanda itu, Hans, Hendrick, William, Peter, dan Jansen, ikut mengambil keputusan dalam proses pembuatan film yang dibintangi Prilly Latuconsina.

Menjawab pertanyaan dari Rappler saat konfrensi pers setelah penayangan terbatas di Metropole XXI, Jakarta Pusat, Senin, 27 Maret, Risa Saraswati mengaku kelima temannya ikut berpendapat dalam proses audisi peran, pemilihan poster, hingga konten dalam film tersebut.

“’Mereka’ (para ‘teman’ Risa) senang dengan terpilihnya Wesley Andrew sebagai William, Kevin Teroreh (Jansen) dan Gumaharitz (Peter) sebagai perwakilan di film ini,” ungkap Risa.

“Pada dasarnya, ‘mereka’ tidak mau diperankan asli pribumi, dengan rambut dicat cokelat. Jadi tiga anak di sini sesuai dengan keinginan mereka,” lanjutnya.

Dalam film, hanya tiga dari lima “teman” Risa yang diperkenalkan, namun hal itu tidak menjadi masalah bagi Risa ataupun sahabat-sahabatnya sejak SD itu. Akan tetapi ada beberapa permintaan khusus yang harus dipenuhi tim produksi untuk mengangkat kisah Risa ke layar lebar.

“’Mereka’ berlima ingin memastikan bahwa film tidak memiliki unsur darah, dan tanpa peran orang Nippon (Jepang). Bahkan saya sempat ragu tim produksi mau mengganti poster yang tidak menyertakan diri mereka, dan fokus ke musuh bebuyutan, Asih.”

“Saya sempat dilarang untuk datang ke setiap penayangan jika poster itu tidak diganti. Tapi ini ucapan dari hantu, dan posternya sudah jadi, saya ragu tim produksi mau menggantinya. Untung Prilly sadar, dan pada akhirnya tampilan itu diubah,” jelas sang penulis.

“Danur” diambil dari nama buku pertama Risa yang kemudian dipublikasikan kembali oleh penerbit berbeda dengan judul Gerbang Dialog Danur. Dalam adaptasi filmnya, sempat ada bagian di mana Peter menjelaskan alasannya meninggal. Alasan tersebutlah yang menjadi latar belakang mengapa kelima teman Risa melarang ada peran orang Jepang.

(BACA JUGA: ‘Danur: I Can See Ghosts’: Saat ekspektasi dijatuhkan realita)

Peter juga menjadi teman pertama Risa yang kisahnya di angkat menjadi buku tersendiri berjudul sama dengan namanya. Risa mengungkapkan bahwa Ia masih dalam proses untuk menceritakan kisah teman-temannya itu secara terpisah.

“Bukan hanya Peter yang punya buku sendiri, tapi juga ada Henderick, Hans, nanti semuanya akan kebagian. Masih proses saja,” Tuturnya.

Buku-buku Risa rencananya akan terus diadaptasi ke layar lebar oleh pihak Pic House Films andai kata film Danur” I Can See Ghosts sukses memenangkan hati penonton Indonesia. -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!