Menyimak perkembangan co-working space di Indonesia

Rika Kurniawati

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menyimak perkembangan co-working space di Indonesia
GoWork yang diresmikan pada Kamis, 6 April di Jakarta ikut meramaikan bisnis co-working space di Indonesia

JAKARTA, Indonesia – Co-working space sudah dikenal di berbagai negara beberapa tahun yang lalu. Dalam salah satu edisi CNN tahun 2012, diperlihatkan foto suasana co-working spaces di St Petersburg, Russia; Hongkong; Shanghai, Tiongkok; Tokyo, Jepang; San Fransisco, Los Angeles & Arizona, Amerika Serikat dan Berlin, Jerman.

Sebuah co-working space di London diketahui telah buka sejak tahun 2005.

Mark Corbett, Co-founder dari Pace Ventures pada theguardian.com memberikan pemikirannya tentang co-working space. Menurutnya co-working space muncul sebagai alternatif dari ruang di gedung perkantoran yang relatif mahal. Kebutuhan atas ruang kerja muncul karena banyak bisnis start-up dan semakin diminatinya freelance job.

Co-working space mengedepankan konsep sharing atau berbagi. Dalam satu ruangan terdapat berbagai individu, komunitas, maupun perusahaan, khususnya start-up. Biasanya terdapat satu ruangan terbuka untuk digunakan bersama dan ruangan-ruangan kecil yang dapat disewa per individu atau per komunitas atau perusahaan.  

Indonesia tidak ketinggalan dalam pembangunan co-working space.

“Ada 75 co-working space di 15 kota di Indonesia. Itu yang terdaftar di Asosiasi Co-Working Indonesia. Jayapura di Papua juga sudah punya co-working space, namanya Creative Digital Papua,” ungkap Yansen Kamto CEO Kibar dan Advisor Co-Working Indonesia dalam gelar wicara The Co-Working Evolution di GoWork Co-Working Space, Kamis, 6 April.

GoWork ramaikan pilihan co-working space di Jakarta

Jakarta mendapatkan satu lagi pilihan co-working space. GoWork diresmikan pada 6 April 2017. Berlokasi di lantai 9 Chubb Square, Thamrin, GoWork dinilai terletak di wilayah yang strategis.

Suasana gelaran talkshow bertajuk 'The Co-working Revolution' dalam rangkaian peresmian GoWork CoWorking Space, Kamis, 6 April. Foto oleh Rika Kurniawati/Rappler.

“GoWork adalah shared space yang mengedepankan sumber daya manusia. Tujuan dari GoWork adalah mengembangkan kolaborasi, komunitas, dan pembelajaran.  GoWork juga menyediakan jaringan bisnis dan dukungan lainnya demi tumbuhnya bisnis-bisnis start-up yang menggunakan GoWork Co-Working Space,” ujar Peony Tang, Co-founder GoWork pada prosesi peresmian.

Ia mengatakan, pembukaan co-working space menjadi bisnis yang menjanjikan karena fenomena perkembangan start-up, khususnya di Asia Tenggara. Menurut data yang ia miliki, Asia Tenggara telah menumbuhkan lebih dari 7.000 start-up. Indonesia menjadi negara yang tingkat pertumbuhannya tinggi. “Telah muncul lebih dari 2.000 start-up,” pungkasnya.

GoWork diperkirakan dapat memuat lebih dari 150 orang. Co-working tersebut memiliki 18 ruang kantor privat, 20 hot desk area dan 8 dedicated desk.

Layanan WiFi, printing, faxing, dan scanning disediakan. Mereka yang menggunakan GoWork juga dapat menikmati makanan dan minuman yang dijual di dalam.

Bagi mereka yang ingin menggunakan GoWork, akan diberikan pilihan tipe keanggotaan. Mereka bisa memilih fasilitas apa yang ingin digunakan dan periode penggunaan mulai dari harian, mingguan, dan bulanan.

Keuntungan lain jika masuk dalam keanggotaan GoWork adalah mendapatkan akses gratis ke lokakarya (workshop), seminar, dan gelar wicara (talkshow) yang diadakan oleh GoWork.

“Kami juga menyediakan dukungan bisnis. Mulai dari pengelolaan keuangan atau akuntansi sampai ke urusan legal,” ujar Peony.

Foto dari akun Facebook GoWork.

GoWork juga menyediakan online member platform yang memungkinkan anggota saling berinteraksi. Online platform tersebut diharapkan mempermudah kinerja para anggota dan juga menjadi sarana kolaborasi antar individu berbeda maupun start-up atau komunitas lain.

Kolaborasi dianggap penting karena dengan itu para penggiat usaha dapat saling mengisi kekosongan skill atau kemampuan satu sama lain.

Pentingnya kolaborasi

“Harusnya bisa kerja dari mana saja, yang penting adalah karyanya. Namun kita makhluk sosial, perlu interaksi. Kalau kita ingin masuk ke dunia start-up atau yang kekinian, kita harus menyesuaikan,” ujar Yansen. Ia memberikan alasan bagi orang-orang untuk menggunakan co-working space demi menumbuhkan kolaborasi.

Wendy Pratama Founder dan CEO Lingkaran, menekankan pentingnya kolaborasi. “Kolaborasi penting bagi industri kreatif. Co-working space mempermudah interaksi dengan berbagai pihak termasuk perusahaan. Pertemuan itu dapat menuntun pada suatu kolaborasi atau kerja sama. Lingkaran sendiri pun terbangun dari konsep kolaborasi,” jelasnya.

Lingkaran adalah komunitas berbasis pendidikan, mengembangkan kemampuan dan ketertarikan para penggiat kreatif.

Namun menurut Yansen, budaya kolaboratif di Indonesia belum tinggi. “Jiwa kolaboratif belum banyak di Indonesia. Kita lebih Timur, lebih enggak enakan. Jadi kalau kita berharap pengguna co-working space langsung mingle atau saling bergaul satu sama lain mungkin tidak tepat. Kita butuh proses untuk itu. Butuh waktu,” jelasnya.

Para pembicara gelaran 'The Co-working Revolution' di peresmian GoWork CoWorking Space, Kamis, 6 April. Dari kiri ke kanan: Moderator Teguh Wicaksono dari Twitter Indonesia; Yansen Kamto, CEO Kibar dan Advisor Co-working Indonesia; Wendy Pratama, Founder dan CEO Lingkaran; Cinta Ruhama Amelz, Founder woop.id dan blogger gaya hidup; Peony Tang Co-founder GoWork; Farina Situmorang, Co-founder Catalyst Strategy; dan Hadi Ismanto, Founder dan Director Manual Jakarta. Foto oleh Rika Kurniawati/Rappler.

Wendy sebagai seseorang yang sudah terbiasa dengan kolaborasi membagi sarannya. “Yang pertama pastinya harus ada niat untuk berkolaborasi,” ujarnya. Kemudian diharapkan ada inisiatif untuk mencari kenalan baru atau coba mengontak orang-orang yang sudah dikenal karena mempunyai kemampuan di bidang tertentu.

“Kemudian temukan nilai-nilai yang sama-sama kalian pegang. Saling tukar pikiran, temukan mereka yang mempunyai visi yang sama,” lanjutnya.

Setelah menemukan pihak-pihak dengan visi yang sama, lakukan brainstorming agar dapat menetapkan tujuan kolaborasi dan langkah-langkah yang perlu diambil. “Lalu setelah itu tinggal eksekusi bersama,” tambah Wendy.

Pihak yang diajak berkolaborasi bisa siapapun. Mulai dari individu sampai komunitas atau perusahaan.

Cinta Ruhama Amelz, founder Woop.id dan blogger gaya hidup misalnya, ia menganggap sebagai individu, khususnya ibu muda, co-working space dapat menjadi tempat kerja dan berinteraksi.

“Ibu muda seperti saya, bisa lebih produktif di lingkungan kerja yang mendukung. Mereka, ibu-ibu muda lain bisa pulang ke rumah untuk fokus dengan hal-hal yang berhubungan dengan keluarga, selain pekerjaan,” ungkapnya.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang GoWork Co-Working Space, silahkan mengakses website resmi GoWork dan lini masa akun Facebook, Instagram dan Twitter. -Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!