5 strategi untuk menghindar dari drama kantor

Yetta Tondang

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 strategi untuk menghindar dari drama kantor
Tak peduli seperti apa versi drama di kantormu, percayalah, jalan terbaik adalah dengan menghindarinya

JAKARTA, Indonesia —Coba tanya teman-temanmu yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Rasa-rasanya setiap kantor atau perusahaan memiliki versi dramanya sendiri-sendiri.

Dengan pengalaman pernah bekerja di 5 perusahaan berbeda, saya tahu benar bahwa drama perkantoran itu benar-benar ada. Tapi kemasan dan tingkatan dramanya saja yang berbeda-beda. Ada yang masih bisa ditolerir, ibarat remahan rempeyek, tapi ada pula yang membahayakan dan beresiko tinggi terhadap karier dan kehidupan pribadi.

Untuk urusan reaksi terhadap drama pun pasti berbeda-beda pada tiap orang. Saya akui, lagi-lagi berdasarkan pengalaman, faktor usia, kematangan berpikir dan kedewasaan seseorang jadi faktor penentu efek drama yang dialami setiap orang.

Ada yang masih berapi-api dan bersemangat untuk terlibat dalam drama yang menghanyutkan, tapi ada pula yag cukup bijak dan belajar dari pengalaman, untuk menghindar dan melanjutkan pekerjaan. 

Percayalah, seperti apapun versi drama di kantormu, cara terbaik adalah dengan menghindarinya. Ada yang lebih penting dari semuanya itu, yakni pertumbuhan kariermu.

Seperti apa cara yang bisa dilakukan untuk mengindar dari drama perkantoran? Simak 5 strategi berikut ini.

Semua soal sikap

Pada akhirnya, jika kamu merasa masih membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup dan merajut masa depan, semua akan kembali ke pekerjaan. Jadi semua ada di tanganmu. Sikapmu yang menentukan apakah kamu akan terlibat dan terus-menerus complain terhadap segala hal atau memutuskan untuk bersikap bijak dan berusaha bekerja sebaik yang kamu bisa.

Pasti akan ada hari-hari saat kamu merasa bosan atau tidak termotivasi, tapi memiliki sikap yang baik akan membantumu bertahan dan juga melindungimu dari drama-drama yang berpotensial terjadi di sekitarmu.

Perlakukan semua rekan kerja setara

Saya selalu ingat dengan nasihat salah satu mantan atasan yang saya hormati hingga saat ini. “Pertemanan dengan pekerjaan itu tidak bisa disatukan,” ujarnya bertahun-tahun lalu. Prinsip ini yang membantu saya memisahkan antara profesionalisme dengan pertemanan.

Ini juga membantu untuk bisa bersikap adil dalam segala hal. Bukan berarti kalian tidak bisa berteman, tentu saja bisa. Tapi saat bekerja perlakukan semua orang setara. Dengan begitu, kamu tidak memiliki kewajiban untuk diterima di satu geng atau membela salah satu pihak jika konflik terjadi. 

Jangan berbicara jelek di area kantor

Tahan diri untuk berbicara jelek dengan siapapun saat jam kerja di kantor. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi kamu harus tahu dengan siapa kamu berbicara. Dinding pun bisa mendengar rahasia. Kita tidak akan pernah tahu siapa yang ternyata bersikap manis di depan, namun lantas “menghujam” dari belakang.

Kalau memang ada yang perlu dibahas dengan orang-orang kepercayaanmu di kantor, jangan melakukannya di dalam area kantor. Sepulang kerja, kalian bisa berbincang sambil ngopi atau makan malam.

Satu hal lagi, jangan bergosip atau berkata jelek di jejaring percakapan online internal kantor. Teknologi sangat canggih. Jika perusahaan ingin memeriksa semua percakapan yang terjadi di laptop kantor atau jaringan wifi kantor, mereka dengan mudah bisa melakukannya.

Jangan jadi provokator

Ibarat gula yang selalu mengundang semut, seperti itu pula yang terjadi saat drama atau konflik terjadi. Pasti akan ada saja orang-orang yang berusaha membesar-besarkan atau memanas-manasi keadaan yang sudah besar dan panas.

Jangan jadi orang itu. Jika sudah mulai ada “riak-riak” konflik atau drama, daripada memperbesarnya, lebih baik bertindak sebagai penengah atau pembawa solusi. Siapa tahu, mereka yang memercikkan “api” sebenarnya hanya salah pengertian atau tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang sesuatu.

Ingat siapa yang memberimu gaji

Tidak ada gunanya menjalani peran tambahan sebagai aktris atau aktor drama di kantor. Pada akhirnya, kita semua adalah karyawan, yang masih mengharapkan bayaran per bulan dari perusahaan yang mempekerjakan kita. Jadi ketika kamu dikelilingi orang-orang yang complain tanpa henti, jangan menambah kekeruhan.

Kalau kamu tidak memiliki hal yang baik untuk disampaikan atau dikatakan, lebih baik diam. Terlibat dalam drama tak berkesudahan akan menguras stamina dan emosimu dan mengubah etos kerjamu. —Rappler.com

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!