Nostalgia musik 90an dalam Prambanan Jazz Festival

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Nostalgia musik 90an dalam Prambanan Jazz Festival
Penonton larut dimanjakan penampilan para musisi yang populer di tahun 1990an mulai dari Base Jam hingga Shakatak

YOGYAKARTA, Indonesia – Panggung dengan latar belakang Candi Prambanan, warisan sejarah, bersatu dengan keceriaan ribuan pecinta musik. Jumat malam, 18 Agustus, Prambanan Jazz Festival seolah mengajak pengunjung melewati ruang waktu. 

Panitia menyulap area di depan candi yang bersejarah dengan panggung dilengkapi atraksi lampu berpadu dengan musik manis yang romantis. Hasilnya, sukses menyihir penonton. 

Hari pertama festival Jazz yang digelar untuk ketiga kalinya ini, menyajikan kelompok band yang pernah tenar di tahun 90-an. Dari Base Jam, Lingua, Emerald, The Groove, Ada Band, Katon Bagaskara, hingga Andre Hehanusa. Di panggung special show, jelang larut malam, grup musik Shakatak dan Shane Filan, vokalis Westlife memuaskan kerinduan penggemarnya.

Sebenarnya bukan cuma pengunjung yang diajak larut dalam nostalgia. Vokalis band Base Jam, Adon Saptowo yang kini berusia 27 tahun, mengaku gelaran Prambanan Jazz membuat mereka reuni, tampil bersama dalam formasi lengkap.  

“Padahal di antara kami sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing juga,” kata Adon yang belakang menekuni album rohani. 

Maka, lagu “Bukan Pujangga” yang sempat merajai siaran musik di radio awal 2000-an bikin semua ikut bersenandung. Yang datang dengan pasangan atau yang cuma bisa memendam kangen, makin “baper” alias bawa perasaan ketika Ada Band tampil di panggung. 


Donnie dan personel lainnya masih menggemaskan dengan rangkaian lagu “Manusia Bodoh”, “Masih” sampai “Karena Wanita”.  

Suasana makin hangat ketika The Groove, muncul menghentak dengan aksi panggung dinamis personelnya.  

“Tahun ini kami sudah 20 tahun lho, senang bisa tampil di Yogya,” teriak Rieka Roeslan, vokalis band ini.  

Bersama Reza, vokalis utama mereka, Rieka melantunkan sejumlah lagu hit mereka, termasuk “Khayalan”.  

“Bagaimana bisa kau hadir di mimpiku, padahal tak sedetikpun ku rindu dirimu,” sepenggal lirik itu dinyanyikan bersama-sama oleh para penonton. 


Katon Bagaskara personel KLA Project membawa mereka yang datang jauh dari kota Yogyakarta, untuk pulang ke kotanya.  

“Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu…. masih seperti dulu, tiap sudut menyapa, bersahaja penuh selaksa mana.” 


Lirik lagu “Yogyakarta” ini identik dengan KLA Project. Katon juga menyelipkan aransemen baru untuk lagu yang dibawakan malam itu termasuk “Tak Bisa Ke Lain Hati”. 


Pindah ke panggung spesial, Shakatak, kelompok band Jazz –funk asal Inggris menyajikan sejumlah lagu andalannya, dari “Night Birds”,” Down on the Street”, Easier Said and Done”. 

Band yang berdiri tahun 1980-an ini pernah tampil di Indonesia sebelumnya. “Tapi, tampil dengan latar belakang Candi Prambanan jelas sesuatu yang spesial,” kata  Bill Sharpe, sang pianis. Vokalis yang juga memainkan perkusi Jill Saward masih memukau.   

“Musik selalu menyatukan semua manusia, tak peduli apa ras, agama, bangsa.  Menjembatani perbedaan. Ini yang kami temui saat tampil di berbagai tempat,” kata George Anderson, menjawab pertanyaan Rappler saat jumpa pers, berkaitan dengan maraknya aksi teror berdarah di sejumlah tempat.  

Yang terbaru, tiga teror berdarah menyerang kota-kota di Spanyol, dua hari lalu. (BACA: LINI MASA: Serangan teror di penjuru dunia)

Shane Filan personel Westlife memuaskan penggemar dengan lagu-lagunya yang romantis. 

“Saya pikir Indonesia adalah negara yang paling sering saya kunjungi selain negeri kelahiran saya di Irlandia, tentunya,” kata Shane.  

Lagu-lagu yang lekat dengan penggemar seperti “About You”, “Up Town Girl”, “Heaven” mengalun lantang. Suara Filan masih cukup prima. Beberapa penonton berteriak, “I love you, Shane.” yang kemudian dijawab Shane, “I love you too”.  

Seperti Shakatak, Shane memuji Candi Prambanan sebagai situs bersejarah yang indah dan penuh makna.  

“Tampil di sini rasanya berbeda. Kalian harus bangga dengan candi Prambanan,” ujarnya. 

 Sebagaimana skenario klasik dalam sebuah pertunjukan musik, Shane sempat turun panggung seolah mau pergi, selesai. Lampu di panggung sempat padam. 

Penonton berteriak, “we want more”, lampu panggung menyala, dan Shane kembali menyanyikan dua lagu, termasuk “You raise me up.” Suasana romantis juga terpancar dari cahaya yang dipancarkan sinar ponsel para penonton.

Yenny Wahid, Direktur Eksekutif Wahid Institute yang ikut menikmati malam pertama Prambanan Jazz mengaku datang ke acara tersebut karena ada sesuatu yang berbeda dibanding acara serupa.

“Ada suasana istimewa tercipta ketika mendengar lantunan suara musik sambil melihat Candi Prambanan berdiri megah sebagai latar panggung. Ini gabungan antara modernitas dan kecintaan kepada budaya,” kata Yenny.

Hari kedua Prambanan Jazz akan diisi penampilan spesial Sarah Brightman, penyanyi multitalenta dari Inggris. – dengan laporan Nadia Hamid/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!