Chinatown Bandung, tempat kuliner dan selfie bernuansa Tiongkok

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Chinatown Bandung, tempat kuliner dan selfie bernuansa Tiongkok
Chinatown Bandung menyajikan beragam fasilitas dan produk bernuansa Tiongkok

BANDUNG, Indonesia— Berlagak bak putri kerajaan Tiongkok, dua gadis belia berfoto di sebuah jembatan merah. Berbagai gaya dicoba, tanpa malu-malu. Rupanya mereka ingin mengabadikan momen mengenakan pakaian tradisional etnis Tionghoa yang sangat jarang dilakukan. Apalagi untuk memakai baju tersebut, kedua gadis itu harus merogoh kocek hingga ratusan ribu rupiah.

“Seru-seruan aja sih, soalnya belum pernah pakai kostum kayak gini,” kata Vio saat ditemui Rappler beberapa waktu lalu.

Untuk berpenampilan seperti putri kerajaan Tiongkok, Vio dan sepupunya, Meti, menyewa kostum dengan harga Rp 150 ribu. Harga itu belum termasuk make up sebesar Rp 25 ribu dan cetak foto Rp 25 ribu per lembarnya. 

“Enggak apa-apalah sekali-kali, sambil sekalian ngerasain juga gimana pakai baju tradisional Tionghoa. Kebetulan aku juga keturunan Tionghoa dari Papa. Karena kami Tionghoa Muslim, jadi enggak pernah pakai baju kayak gini,” tutur Meti.

Sewa pakaian tradisional Tionghoa menjadi salah satu fasilitas yang disediakan di Chinatown Bandung, sekaligus menjadi daya tarik tempat wisata yang berlokasi di Jalan Kelenteng Kota Bandung ini. Di era “selfie” ini, tak heran jika banyak orang yang tertarik datang ke Chinatown Bandung hanya untuk berfoto. Kebanyakan dari pengunjung datang setelah sebelumnya melihat foto-foto Chinatown Bandung yang tersebar di media sosial.

BAJU TRADISIONAL. Dua gadis belia berfoto dengan mengenakan busana tradisional Tiongkok. Baju tersebut bisa disewa di salah satu toko di area Chinatown Bandung. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

“Saya datang ke sini memang niatnya untuk berfoto karena tempatnya berasa di Cina. Instagramable banget lah!” ujar Regina Azhari, seorang warga Bandung.

Sejumlah ornamen khas Tiongkok memang terlihat menghiasi area Chinatown, seperti lampion, bangunan-bangunan bergaya arsitektur Cina, patung-patung, dan tulisan kanji. Nuansa oriental diperkental juga oleh alunan musik dari negeri Tirai Bambu itu. Namun areanya yang tidak terlalu luas, membuat pengunjung kurang puas menjelajah tempat wisata yang baru dibuka akhir Agustus lalu. Meski demikian, hampir semua spot di Chinatown Bandung menarik dijadikan tempat selfie

“Areanya sempit.  Kalau lebih luas, lebih seru buat foto,” kata Regina.

Di area kurang dari 2 hektar, Chinatown Bandung menghadirkan 77 usaha kecil menengah (UKM) yang menawarkan aneka barang dagangan bagi para pengunjung.  Ada berbagai macam produk fashion, aksesoris, cendera mata, dan tentu saja, kuliner.     

Dekorasi oriental

Beragam jenis makanan dan minuman ditawarkan dan siap disajikan. Mulai dari makanan khas Tionghoa, seperti dimsum, bakmi, dan cakue hingga berbagai jajanan Bandung. Ada pula es krim dengan variasi rasa yang menggoda.  Aneka makanan dan minuman itu bisa dinikmati di area terbuka yang sayangnya pada siang hari akan terasa panas. Tapi uang tunai tidak berlaku di sini. Pembayaran hanya bisa dilakukan menggunakan uang elektronik, kartu debit, atau kartu kredit.

Mengenai dekorasi, Chinatown Bandung tentu saja menghadirkan sejumlah hiasan bertema oriental. Tapi tidak hanya itu saja, beberapa barang kuno juga dipajang di sudut-sudut area tersebut. Ada pesawat telefon koin, sepeda onthel, televisi jadul, dan termos es kuno. Melengkapi suasana masa lalu yang ingin dibangun di kawasan wisata itu.

Chinatown Bandung diresmikan oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Minggu 20 Agustus 2017. Meski diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung, namun pengelolaan kampung Pecinan ini sepenuhnya berada di tangan pihak swasta, yaitu Perhimpunan Masyarakat Sosial Bandung (Permaba). Jadi wajar saja, jika masuk ke kawasan wisata ini, pengunjung harus membayar sebesar Rp 20 ribu.

KULINER. Aneka makanan khas Bandung dan Tionghoa dijual di Chinatown Bandung. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari mengatakan kehadiran China Town Bandung menyuguhkan alternatif tempat wisata untuk dikunjungi, selain wisata kuliner dan fashion yang sudah ada.

“Chinatown ini menampilkan juga wisata budaya khususnya oriental dengan target market family tourist,” kata Kenny.

Chinatown Bandung diharapkan bisa menghadirkan semangat keberagaman dan toleransi. Sekaligus juga memperkuat eksistensi Bandung sebagai kota yang multikultur dan etnis. Apalagi keberadaan tempat wisata itu berada di kawasan yang sejak dulu dikenal sebagai Pecinan Kota Bandung. Di sekitar Chinatown Bandung terdapat Klenteng Satya Budhi, tempat ibadah umat Khong Hu Cu, dan Vihara Samudera Bhakti, tempat ibadah umat Budha. 

Bicara tempat ibadah, di dalam area Chinatown Bandung sendiri disediakan musala yang didesain sesuai konsep arsitektur Cina. Tempat ibadah bagi umat Islam itu turut melengkapi fasilitas yang ada di Chinatown Bandung. Di samping berbagai fasilitas bermain untuk anak-anak dan uji ketangkasan bagi dewasa.

MUSALA. Musala dengan sentuhan arsitektur China di Chinatown Bandung. Foto oleh Yulis Saputra/Rappler

Dari segi fasilitas memang cukup lengkap, namun masih ada yang dirasa kurang dari segi suasana. Seorang pengunjung, Dadang mengatakan, suasana Tionghoa masih dirasa kurang. Pria 38 tahun ini berharap  suasananya betul-betul mirip di Tiongkok, seperti foto-foto yang ia lihat di media sosial.

“Sengaja datang ke sini dari Sumedang karena pengin tahu. Kirain mirip banget kayak di China, kalau lihat di sosmed kan kayak gitu. Tapi enggak sesuai ekspektasi,” ujar bapak dua anak ini.

Menurut Dadang, areanya kurang luas sehingga tidak banyak fasilitas yang ditawarkan.  Kondisi itu tidak sesuai dengan harga tiket yang harus dibeli. Adanya berbagai ornamen bernuansa oriental, dinilai Dadang kurang mewakili budaya Tionghoa.

“Kita masuk ke sini kan membeli suasananya. Penginnya mirip di China gitu.  Kalau ini enggak merefleksikan budaya China.  Ini seperti restoran yang dikemas dengan gaya Tionghoa. Harusnya enggak usah bayar, karena harga makanannya juga cukup mahal,” ungkap Dadang.

Bagaimanapun itu, kehadiran Chinatown Bandung menambah destinasi wisata di Kota Bandung,  khususnya bagi Anda yang hobi memburu spot instagenic. Yuk, ke Chinatown Bandung! —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!