Semarak lomba kemerdekaan ala anak muda Joglo

Rosa Cindy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Semarak lomba kemerdekaan ala anak muda Joglo
Seluruh panitia perlombaan di RT03 Joglo, Jakarta Barat, merupakan anak-anak muda. Padahal, umumnya panitia perlombaan 17-an adalah ketua RT dan warga sekitar

 

JAKARTA, Indonesia — Kehebohan terdengar riuh dari sepetak tanah seluas lebih kurang 200 meter persegi. Di sanalah warga RT03/RW08 Joglo, Jakarta Barat, mengadakan perlombaan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia, pada Kamis, 17 Agustus 2017.

Sedikit berbeda dengan perlombaan khas kemerdekaan lainnya, warga RT03 ini tidak mengadakan lomba panjat pinang. Perlombaan juga tidak dilakukan setengah hari, tapi dari pagi hingga malam hari.

Perlombaan seperti makan kerupuk, memasukkan pensil dalam botol, dan ambil koin dalam melon memang tetap dilakukan, namun dengan anak-anak sebagai pesertanya. Selain itu, ada pula permainan sepeda hias, memasukkan benang dalam jarum, dan modifikasi dari balap karung, yaitu balap karung helm.

Dalam permainan ini, anak kecil masuk ke dalam karung dan berjongkok, setelah itu karungnya diikat dengan tali rafia. Anak tersebut dipakaikan helm full face. Permainan berlangsung dengan peserta yang berusaha secepat mungkin mencapai garis finish.

Tingkah anak-anak ini pun mengundang gelak tawa. Sebab, para peserta berusaha dengan segala cara, mulai dari melompat, berjalan jongkok, hingga berguling-guling. Lucunya lagi, karena peserta dalam posisi jongkok di dalam karung yang diikat, mereka tidak dapat bangun sendiri jika terjatuh atau terguling. Panitia pun harus membantu mereka tegak kembali.

Selain anak-anak, panitia juga membuat lomba untuk remaja, ibu-ibu, dan bapak-bapak. Permainan yang disediakan juga beragam, menyesuaikan pada pesertanya. Misalnya, untuk lomba bagi ibu-ibu, disediakan lomba rias, dan lomba minum kopi panas untuk bapak-bapak.

Dijelaskan ketua panitia acara, Tia Rahmawati, tidak ada alasan khusus dalam pemilihan lomba. Ia dan panitia hanya mempersiapkan lomba-lomba yang membutuhkan dana minim, tapi seru dimainkan dan mengundang gelak tawa.

“Tadinya mau panjat pinang setelah tanggal tujuh belasnya. Tapi enggak jadi, soalnya kita susah dana juga. Jadinya cari lomba yang dananya murah aja. Lombanya hasil didiskusiin sama panitia semua, yang umum, yang beda, yang unik, tapi seru,” kata Tia.

Digerakkan anak muda

Hal unik lainnya adalah seluruh panitia perlombaan ini merupakan anak-anak muda dari RT03. Padahal, umumnya panitia perlombaan 17-an adalah ketua RT dan warga sekitar. Ketua RT03, Ahmad Sajjuman, menyatakan ada hal baik yang bisa diambil anak-anak muda tersebut dalam menjadi panitia.

“Mereka belajar organisasi, belajar ngomong depan umum, depan orang banyak. Kan beda ngomong sama orang kita-kita dan orang banyak,” kata Ahmad. 

Ketua panitia acara lomba 17-an di RT03 Joglo, Tia Rahmawati. Foto oleh Rosa Cindy/Rappler

Hal itu juga yang mendorongnya memberikan kesempatan bagi Tia dan teman-temannya. Selain itu, mereka juga merupakan generasi yang akan meneruskan kepemimpinan di RT ini. 

“Supaya mereka belajar. Kan nanti mereka yang bakal nerusin,” kata Ahmad.

Ia menambahkan, anak muda punya ide yang lebih kreatif dibanding orang tua. Dengan demikian, diharapkan akan ada gebrakan baru yang dibuat oleh anak-anak muda tersebut.

Keputusan Ahmad pun ditanggapi positif oleh Tia. Baginya, kesempatan ini dapat menjadi pengalaman berorganisasi yang baik. Selain itu, kegiatan ini menjadi bentuk kontribusi pemuda pada perayaan kemerdekaan.

“Kalau menurut aku pribadi sih, sebagai pemuda, ya memang seharusnya berpartisipasi dalam hal kayak gini. Bukannya kita yang enggak jelas, ke luar, ke mall, atau gimana gitu. Jadi kita harus memeriahkan di masyarakat juga,” ucapnya. 

Penilaian positif juga disampaikan warga. Salah satunya adalah Rodiyah. Disebutkannya, kegiatan semacam ini dapat mempererat tali persaudaraan dengan tetangga, dan jadi semakin mengenal satu sama lain.

Bagi para peserta, terutama anak-anak, perlombaan semacam ini juga punya nilai positif.

“Ya, bagus. Anak-anak jadi belajar berani, belajar sportif, bagus deh,” tuturnya.

Perlombaan daripada upacara

RT03 Joglo, Jakarta Barat, merayakan kemerdekaan dengan lomba tanpa upacara. Foto oleh Rosa Cindy/Rappler

Selain perlombaan, upacara adalah hal identik yang seharusnya wajib dilakukan, dalam memperingati kemerdekaan RI. Namun, di balik semarak perlombaan sebagai perayaan kemerdekaan, warga RT03 tidak mengadakan upacara. 

Meski demikian, Ahmad menyatakan memiliki rencana untuk mengadakan upacara ke depannya. Hal ini menjadi salah satu program yang ia harapkan dapat terwujud, di masa terpilihnya lagi dirinya sebagai ketua RT. 

“Ke depannya sih mau. Ya semoga bisa dilaksanakan,” katanya.

Menyemarakkan kemerdekaan juga tak sekadar perlombaan. RT03 punya gaya menarik dalam menuliskan sejarah perayaan kemerdekaan Indonesia. Di tembok-tembok sekitar lahan kosong tempat kegiatan perlombaan ini diadakan, warga menggambarkan logo resmi perayaan kemerdekaan Indonesia, lengkap dengan slogannya.

Meski baru mulai dilakukan pada 2015, saat Indonesia berusia 70 tahun, tapi warga berharap angka-angka yang tergambar di sana akan terus bertambah, yang juga menjadi bentuk Indonesia panjang umur.

“Itu tembok nantinya penuh. Kan ditambahin 73, 74, 75, dan seterusnya nanti. Bagus kan itu,” kata Ana, seorang warga. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!