Mengenal taktik Luis Milla, cocokkah diterapkan di timnas?

Dwi Agustiar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mengenal taktik Luis Milla, cocokkah diterapkan di timnas?
Bayangkan jika filosofi Barcelona dan Real Madrid itu disuntikkan ke tubuh timnas

 

JAKARTA, Indonesia — Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) telah menunjuk Luis Milla sebagai pelatih tim nasional senior. 

Banyak yang berharap tangan dingin pelatih asal Spanyol ini bisa mendongkrak performa timnas mengingat pengalaman panjangnya di Eropa.

Apalagi Milla pernah membela dua tim elit Eropa, yakni Barcelona dan Real Madrid, yang memiliki dua filosofi sepak bola berbeda.

Milla bermain untuk Barcelona sejak 1985 hingga 1990. Dari klub berjulukkan Blaugrana ini Milla sudah pasti menyerap dasar-dasar tiki-taka yang menjadi jurus pamungkas Barcelona.

Setelah itu ia hijrah ke Real Madrid dan bermain di sana hingga 1997. Seperti kita tahu, Real Madrid adalah salah satu tim dengan serangan balik terbaik di dunia.

Bayangkan jika filosofi Barcelona dan Real Madrid itu disuntikkan ke tubuh timnas. Namun Milla sepertinya tidak ingin terburu-buru membahas taktik.  

“Saya akan mentransfer pengalaman saya di Eropa kepada para pemain di sini. Namun terlebih dahulu saya harus beradaptasi dengan mereka,” kata Milla di Kantor PSSI, Jumat 20 Januari 2017.

Tentu saja, mengenal pemain selalu menjadi langkah pertama setiap pelatih. Sebab mereka harus mengenal karakter dan gaya bermain masing-masing pemain.

Dengan begitu ia bisa menentukan di mana mereka akan diposisikan dan formasi apa yang tepat untuk tim. Namun tak ada salahnya mengintip formasi favorit Milla selama menjadi pelatih.

Saat pertamakali menjadi pelatih, yakni ketika ia dipercaya membesut timnas Spanyol U-21, Milla lebih banyak memainkan formasi 4-5-1. 

Dengan formasi ini, Milla sukses mengantongi 3 kemenangan dari 4 pertandingan. Tak hanya itu, timnya juga sukses mencetak 14 gol dan hanya 3 kali kebobolan.

Bahkan saat itu timnya sukses mencatatkan clean sheet alias tidak kebobolan dalam tiga laga berturut-turut dan juga mencetak 8 gol dalam satu pertandingan!

Formasi 4-5-1 masih dipertahankan Milla ketika ia ‘naik tingkat’ melatih tim nasional Spanyol U-20 pada 2008-2009. Saat itu Milla mengemas 10 kemenangan dari 15 pertandingan.

Tak hanya itu, timnya juga mencetak 30 gol dalam 15 pertandingan. Jika dirata-rata, mereka mencetak 2 gol dalam setiap pertandingan.

Catatan ciamik ini membuat Milla sukses membawa timnya finis sebagai runner up di ajang Piala Eropa U-19 pada 2010. Milla pun ‘naik tingkat’ lagi dengan melatih timnas Spanyol U-21 pada 2011.

Dalam fase ini, Milla mulai meninggalkan skema 4-5-1 yang selama ini menjadi andalannya. Kini ia lebih sering memakai formasi 4-2-3-1. Dari 19 pertandingan, Milla 10 kali memakai skema 4-2-3-1, sisanya ia memakai 4-3-3.

Hasilnya ia sukses mengemas 15 kemenangan dan hanya sekali kalah. Timnya juga mencetak 46 gol dan hanya kebobolan 12 kali. Saat itu, Milla sukses membawa timnas U-21 menjuarai Piala Eropa 2011. 

Ini menjadi catatan terbesar yang diraihnya bersama timnas Spanyol. Bukan catatan yang mengherankan. Sebab pemain-pemainnya saat itu adalah pemain yang kini mendunia.

Mereka yaitu David de Gea (Manchester United), Marc Muniesa (Barcelona), Martin Montoya (Barcelona), Sergi Roberto (Barcelona), Thiago (Barcelona), Koke (Atletico Madrid), dan Isco (mantan Real Madrid).

Setelah pensiun melatih timnas, Milla kemudian terbang ke Abu Dhabi untuk melatih tim Al-Jazira pada 2013. Di tim ini, skema permainannya kurang jelas karena kerap berganti-ganti.

Dalam 6 pertandingan, misalnya, Milla memainkan 4 formasi berbeda, yakni 3-5-2, 3-4-3, 4-3-3, dan 4-4-2. Hasilnya ia hanya memenangi satu dari enam pertandingan.

Dari Abu Dhabi, Milla kembali ke La Liga pada musim panas 2016. Ia melatih Real Zaragoza. Di tim medioker ini, Milla memainkan 12 pertandingan, 8 di antaranya dengan formasi 4-2-3-1.

Pada empat laga sisanya ia memainkan skema 4-4-2, 4-1-4-1, dan 4-3-3. Hasilnya tak menggembirakan. Zaragoza di bawah asuhannya hanya memenangi 3 dari 12 pertandingan. Mereka juga hanya mencetak 12 gol dan kebobolan 18 kali.

Milla lalu meninggalkan Real Zaragoza pada 24 Oktober 2016 setelah gagal meraih kemenangan dalam enam laga beruntun. Akibatnya Real Zaragoza terpuruk ke peringkat 15 klasemen, terburuk sepanjang musim.

Kita, tentu saja, berharap tren buruk Milla berakhir di Zaragoza sehingga pelatih berusia 50 tahun ini bisa memulai lagi kecemerlangannya bersama timnas Indonesia.

Sebab PSSI telah menargetkan medali emas Sea Games 2017 yang akan digelar di Malaysia pada 19-31 Agustus mendatang. Ini akan menjadi ujian pertamanya.

Untuk itu, Sekjen PSSI Ade Wellington mengatakan pihaknya akan memberikan 50 nama pemain terbaik kepada Milla untuk dipantau dan dipertimbangkan masuk timnas.

PSSI juga akan mewajibkan setiap klub untuk melepas pemainnya jika dipanggil masuk timnas oleh Milla. Dengan begitu, Milla akan lebih leluasa memilih pemain.

“Juga akan ada beberapa uji coba sampai tujuh bulan ke depan, termasuk yang tergolong pertandingan FIFA,” kata Ade Wellington.

Laga-laga uji coba dan nama-nama pemain yang dibebaskan untuk dipilih akan membuat Milla leluasa mengutak-atik taktik, termasuk formasi dan skema permainan.

Lalu formasi dan gaya permainan seperti apa yang akan disuntikkan Milla ke timnas? Tentu saja, sangat bergantung pada nama-nama pemain yang akan dipilihnya nanti. Untuk itu mohon bersabar. Karena Milla baru akan melatih secara efektif pada 8 Februari mendatang. —Rappler.com 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!