Liliyana Natsir incar gelar juara di Asian Games 2018 sebelum gantung raket

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Liliyana Natsir incar gelar juara di Asian Games 2018 sebelum gantung raket

ANTARA FOTO

Faktor cedera lutut dan stamina jadi pertimbangan Butet menggantung raket

JAKARTA, Indonesia – Hampir semua gelar juara sudah genap diraih oleh pebulu tangkis senior Liliyana Natsir. Teranyar, pada Minggu malam atlet yang akrab disapa Butet itu akhirnya memboyong gelar juara Indonesia Open di partai ganda campuran bersama Tontowi Ahmad.

Dengan atlet yang akrab disapa Owi itu, Butet sukses meraih medali emas di Olimpiade Rio, Brasil tahun 2016. Mereka juga sukses mencetak hat-trick di kejuaraan tertua di dunia All England. Dua bulan usai bertanding di ajang Olimpiade, mereka kembali memboyong gelar juara di Hong Kong Terbuka.

Tetapi, Butet rupanya masih ingin meraih satu juara lagi sebelum dia resmi memutuskan gantung raket. Dia mengaku penasaran untuk bisa meraih medali emas di ajang Asian Games bersama Owi tahun 2018 mendatang.

“Saya masih pengen satu lagi gelar yang belum tercapai yaitu di akhir karier saya, saya ingin menang di Asian Games dan kebetulan Indonesia yang akan jadi tuan rumah. Kami memang pernah meraih medali perak (di Asian Games), tetapi ketika Indonesia yang menjadi tuan rumah, kami ingin memberikan medali emas,” ujar Butet ketika memberikan keterangan pers pada Minggu malam, 18 Juni.

Dia berharap penampilan pasangan yang kini berada di peringkat 9 dunia itu bisa tetap bertahan dengan baik hingga 2018. Pertandingan bulu tangkis akan kembali diselenggarakan di Istora Senayan pada Asian Games mendatang.

Seharusnya turnamen Super Series Indonesia Open pun juga diadakan di sana. Namun, hingga kini Istora Senayan masih terus direnovasi demi persiapan ajang olah raga terbesar di Benua Asia itu.

Di sisi lain, dengan dipindahnya tempat penyelenggaraan Indonesia Open ke Jakarta Convention Center (JCC) justru membawa keberuntungan sendiri bagi Butet. Sebab, jika ditelusur ke belakang, dia dan Owi selalu gagal memboyong gelar di ajang Indonesia Open. Hingga, pemain berusia 31 tahun itu menyebut ada kutukan bagi mereka ketika bermain di sana.

Terbukti, ketika tempat dipindah ke JCC, Butet malah berhasil mematahkan kutukan tersebut. Kemenangan itu sekaligus mengonfirmasi asumsinya bahwa selama ini Istora Senayan memang angker bagi dirinya.

“Seperti yang saya omongin ternyata terbukti, Istora itu yang angker untuk saya. Kalau di JCC ternyata enggak,” ujar Butet yang disambut tawa para jurnalis.

Lalu, apakah saat tempat pertandingan dikembalikan ke Istora Senayan, kutukan tersebut akan berlaku lagi? Butet meresponsnya dengan canda bahwa suasana dan interior Istora sudah baru.

“Jadi auranya juga baru. Tetapi, apa pun yang terjadi walau Asian Games diselenggarakan di Istora, tentu kami harus bisa menaklukan (lawan),” kata dia.

Jika berhasil meraih gelar di Asian Games 2018, Butet mengaku tengah mempertimbangkan untuk gantung raket. Cedera di bagian lutut yang pernah dialaminya ketika bermain di China terbuka 2016 terus membayangi.

“Saya akan mengecek kondisi, apakah memungkinkan atau tidak (untuk terus berkarier). Jika kondisi badan masih fit, mungkin akan tetap lanjut (bermain), tetapi jika tidak maka harus melihat perkembangan ke depan lutut saya. Saya juga mempertimbangkan kondisi stamina,” ujar Butet.

Namun, cedera yang dialami hampir setahun terakhir justru tak membuatnya miskin gelar. Bersama Owi, Butet berhasil mempersembahkan juara di turnamen All England dan Indonesia Open.

Bagi ganda campuran unggulan itu kemenangan di Indonesia Open 2017 dinilai sangat berharga, karena mereka berhasil memenuhi harapan PBSI untuk mempersembahkan satu gelar. Walau gengsi menang di Olimpiade Brasil lebih tinggi, namun, menang di kandang sendiri justru memberikan suntikan semangat baru. Apalagi dalam kondisi cedera Butet yang belum 100 persen pulih.

“Tetap ada kepuasan tersendiri dengan menang di Indonesia Open, karena menang di kandang sendiri kan bisa ditonton langsung oleh keluarga, teman-teman dan para pecinta bulu tangkis. Apalagi mereka sudah rindu agar Owi/Butet bisa juara di kandang sendiri,” tutur dia.

Justru menurut Butet, mereka lebih tegang ketika mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade tahun lalu. Mereka merasakan tekanan begitu kuat hingga berat badan Butet ikut turun.

Tidak pernah menyerah

Mengomentari lawannya di final Indonesia Open, Owi/Butet mengaku perjuangan mereka tidak mudah. Usia Zheng Siwei/Chen Qingchen yang masih sangat muda dibandingkan Owi/Butet membuat mereka leluasa untuk bergerak.

Butet pun mengaku staminanya sulit diadu dengan pemain ganda campuran yang kini duduk di peringkat satu dunia itu.

“Mereka kan pasangan muda yang sedang on fire. Kalau dilihat dari peringkat pun, mereka masuk peringkat satu dan sekarang menjadi andalan dari Tiongkok. Kami pernah bertemu satu kali di tahun 2014 lalu dan kalah dari mereka. Dengan kemenangan kami ini, saya anggap kita kembali ke posisi 0-0,” tutur Butet.

Sebelum turun ke partai final, Owi/Butet betul-betul mempelajar video penampilan Chen/Zhen. Poin di set diakui diraih secara ketat. Ganda campuran Tiongkok itu tidak ingin menyerah.

“Tapi ya kita terus fokus. Seperti yang saya katakan kemarin, kami akan tampil maksimal dan all out. Apa pun hasilnya nanti, kami akan legowo. Tetapi, jangan menyerah sebelum game mencapai angka 21. Itu saja yang kami pikirkan selama bertanding,” kata dia.

Hasilnya tidak sia-sia, Owi/Butet berhasil mengalahkan Chen/Zhen dua set langsung dalam pertandingan yang digelar pada Minggu malam, 18 Juni dengan skor 22-20 dan 21-5.

Ikut Australia Open

Usai memenangkan Indonesia Open 2017, Owi/Butet justru tidak bisa santai, karena mereka langsung dihadapkan ke turnamen lainnya yakni Australia Open yang digelar di Sydney pada pekan ini. Semula Owi/Butet harus berangkat pada Minggu malam pukul 20:00 WIB. Tetapi, lantaran masih harus bermain di partai final maka keberangkatan itu ditunda.

“Penerbangan diundur jadi hari Senin. Sejauh ini belum ada keputusan untuk mundur (dari Australia Open). Mudah-mudahan drawingnya Rabu, karena kami baru akan tiba hari Selasa pagi,” kata Butet.

Dengan proses penentuan lawan dilakukan Rabu, maka keduanya bisa memiliki waktu kosong satu hari untuk pemulihan. Tetapi jika pun tidak, maka mereka terpaksa harus turun pada Selasa malam.

“Kami tetap berharap mainnya di hari Rabu, sehingga ada sedikit waktu pemulihan. Walaupun mungkin kondisi saya tidak cepat untuk balik,” tutur dia. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!