Polisi buru pelaku pengeroyokan supporter Persib Ricko Andrean

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Polisi buru pelaku pengeroyokan supporter Persib Ricko Andrean
Ricko dikeroyok karena tidak mengenakan atribut Persib Bandung saat terjadi kericuhan di Stadion GBLA

BANDUNG, Indonesia – Pasca meninggalnya Ricko Andrean, Kepolisian Resort Kota Besar Bandung bergerak cepat memburu para pelaku pengeroyokan. Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Hendro Pandowo, mengaku telah mengantongi beberapa petunjuk mengenai pelaku berdasarkan olah tempat kejadian perkara di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).

“(Kami) sudah melaksanakan olah TKP, mencari bukti-bukti, dan ada beberapa petunjuk yang sudah kami dapatkan. Setelah pemakaman, kami akan bergerak cepat untuk bisa mengidentifikasi siapa pelaku-pelaku yang melakukan pengeroyokan ini,” ujar Hendro usai melayat korban di rumah duka di kawasan Cicadas, Bandung pada Kamis, 27 Juli. (BACA: Pria Bandung yang dikeroyok oknum Bobotoh meninggal dunia)

Ia mengatakan sebanyak lima saksi diperiksa pada Kamis sore. Mereka adalah teman korban, anggota kepolisian, dan petugas keamanan Stadion GBLA. Polisi juga akan mempelajari video pengeroyokan yang beredar di media sosial.

“Dari olah TKP yang kami lakukan, (video) itu salah satu petunjuk yang akan kami pelajari bersama,” kata dia.

Dari kronologis peristiwa, korban sebenarnya hendak menolong orang yang dikeroyok oleh oknum Bobotoh. Tetapi, karena tidak mengenakan atribut Bobotoh atau Persib Bandung, ia malah menjadi sasaran karena ikut disangka supporter Persija.

“Mohon doanya, cepat atau lambat, para pelaku harus mempertanggung jawabkan perbuatannya secara hukum untuk diproses di Polretasbes Bandung,” kata dia.

Sementara itu, Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Ricko. Saat dirawat di Rumah Sakit Santo Yusuf, Ridwan sempat menengok pemuda berusia 22 tahun itu. Ia menyesalkan peristiwa yang menurutnya dipicu oleh fanatisme berlebihan.

“Menyalurkan fanatisme dengan cara kekerasan adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan dan harus jadi pelajaran kalau bola itu soal persatuan, perdamaian,” katanya.

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu menegaskan pelaku harus memperoleh balasan yang setimpal.

“Ini pelajaran berharga, nyawa orang itu tidak bisa balik lagi. Orang yang melakukannya harus mendapat balasan yang setimpal,” tutur Emil.

Kekerasan bukan solusi

Peristiwa itu, tentu mencoreng nama baik Bobotoh (sebutan untuk supporter Persib Bandung). Padahal, mereka berhasil meraih penghargaan sebagai “The Best Supporter” pada Piala Presiden 2017. Gus Dul, salah seorang pengurus Viking Persib Club (VPC) enggan berkomentar soal nama baik klub yang dicintainya kembali tercemar.

“Kalau yang itu saya no comment dulu,” katanya.

Tetapi, ia menyebut peristiwa meninggalnya Ricko harus menjadi pelajaran bagi supporter sepak bola di seluruh Indonesia.

“Jangan ada lagi kekerasan dalam sepak bola Indonesia karena kekerasan bukan solusi. Jangan ada lagi korban-korban kekerasan dalam sepakbola,” ujar Gus Dul melalui pesan pendek kepada Rappler pada Kamis kemarin.

Gus Dul pun menyatakan turut berduka cita atas meninggalnya Ricko yang ternyata seorang Bobotoh sejati. Ia pun menyematkan tagar #bobotohberduka dalam pesan duka citanya.

Bobotoh sejati

JENGUK. Walikota Bandung, Ridwan Kamil menjenguk Rico di rumah sakit yang diduga dikeroyok oleh oknum bobotoh dalam pertandingan pada Sabtu, 22 Juli. Diambil dari akun instagram @ridwankamil

Sementara, di rumah duka, seluruh keluarga merasakan kesedihan mendalam atas meninggalnya Ricko. Ratna Djuwita, sang kakak, mengaku masih mengingat bahwa Ricko adalah seorang Bobotoh sejati. Bahkan, tidak segan untuk meninggalkan ujian di sekolah demi bisa menyaksikan tim pujaannya bertanding.

“Setiap Persib bertanding selalu ikut. (Bahkan) pernah meninggalkan ujian sekolah demi Persib. Dia bobotoh sejati,” kata Ratna yang ditemui di rumah duka.

Perempuan berusia 40 tahun itu kemudian mengisahkan momen yang terjadi sebelum peristiwa pengeroyokan. Pada Sabtu, 22 Juli, Ricko sempat meminta izin untuk berangkat ke Stadion GBLA bersama teman-temannya untuk menonton pertandingan Persib kontra Persija. Ratna pun memberi izin kendati pengamanan yang cukup ketat diberlakukan di Stadion GBLA.

Namun usai pertandingan, Ratna mendengar kabar dari teman-teman Ricko bahwa adiknya tengah terbaring di rumah sakit dan dalam kondisi koma. Ricko mengalami gegar otak dan luka-luka di beberapa bagian tubuhnya. Ia sempat dirawat di RS Santo Yusuf selama beberapa hari, tetapi kondisinya terus menurun.

“Tadi (Kamis) subuh, kurang lebih jam 05:00, (kondisinya) kritis. Lalu, dinyatakan meninggal pukul 10:30,” tutur Ratna.

Jenazah Ricko dimakamkan di TPU Cikutra persis di sebelah makam ibunya. Ratna mengaku akan selalu mengenang sosok adik bungsu yang periang dan jahil. Selamat jalan Ricko. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!