Debat pertama Pilgub Jakarta: Ketiga cagub tergiur ikut Pilpres 2019?

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Debat pertama Pilgub Jakarta: Ketiga cagub tergiur ikut Pilpres 2019?
Ahok dan Anies memiliki rekam jejak serupa, yakni mudah pindah haluan. Sedangkan, Agus malah ngeles dalam menjawab pertanyaan moderator

JAKARTA, Indonesia –  Di ujung debat seri pertama Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 yang dilakukan Jumat malam, 13 Januari, saya makin yakin dengan pandangan bahwa Pilgub ini, adalah Pilgub rasa Pemilihan Presiden 2019. Pembawa acara Ira Koesno yang tampil cukup tegas malam itu, menyodorkan pertanyaan terakhir kepada ketiga pasangan calon.

Pertanyaannya adalah, “Jika Anda terpilih menerima amanah menjadi gubernur DKI, siapkah Anda untuk tidak tergiur maju menjadi calon presiden atau calon wakil presiden pada Pilpres 2019?”

Pasangan nomor 2, Ahok dan Djarot mendapatkan kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan pamungkas itu. Keduanya nampak tertawa kecil. Berasa #Jleb juga nampaknya, dan ini dirasakan ketiganya. 

Saiful Hidayat Djarot, sang calon wakil gubernur yang maju menjawab. “Jiwa raga kami, pikiran kami, kita curahkan untuk warga Jakarta. Kami adalah pelayan warga Jakarta, dengan tulus kerja kami untuk Jakarta. Kita ingin menjadikan Jakarta ibukota yang bisa dibanggakan oleh republik ini, oleh anak-anak negeri ini. Oleh karena itu perjuangan belum selesai, kami ingin lima tahun lagi mengabdi untuk Jakarta,” ujar Djarot yang memperoleh keplok meriah dari pendukung pasangan Ahok-Djarot yang hadir di Auditorium Bidakara, Jakarta, tempat lokasi debat.   

Mengapa bukan Ahok yang maju menjawab pertanyaan ini? Lepas dari sulitnya posisi Ahok dalam perkara dugaan penistaan agama yang tengah dia jalani saat ini, masih ada peluang bahwa jika dia memenangi Pilgub dan lolos dari jerat hukum, Presiden Joko “Jokowi” Widodo  mungkin saja menggandeng Ahok untuk menjadi calon wakil  presiden di pilpres 2019. 

Saya mendapat informasi masih ada yang mengharapkan skenario Jokowi-Ahok untuk 2019. Skenario ini digagas sebelum kasus Almaidah Ayat 51 terjadi.  Alasannya? Popularitas Ahok  dan chemistry antara Jokowi dan Ahok. (BACA: LINI MASA: Proses hukum Ahok dalam kasus penistaan agama)

Setelah kasus ini mencuat dan bikin geger nasional sampai hari ini, tentu ada skenario baru. Bukan berarti skenario pertama masuk laci dan dikunci sepenuhnya. Jika ternyata Ahok dinyatakan bersalah, sehingga tak bisa menjalankan tugas sebagai gubernur, maka jelas Djarot yang akan menjalankan kekuasaan memimpin Jakarta.  

Ini dengan catatan pasangan nomor 2 menang dalam Pilgub DKI. Bagi saya, jika Ahok yang malam ini menjawab dan bilang akan menjalankan lima tahun jadi gubernur pun agak sulit percaya. Dalam soal politik, Ahok memiliki rekam-jejak biasa pindah-pindah parpol dan dukungan. Berubah pikiran dan keputusan biasa dalam karir politik. 

Pasangan nomor 1, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni mendapat giliran kedua untuk menjawab. Agus, yang muncul untuk pertama kali dalam debat yang disiarkan secara langsung oleh televisi nasional, maju.   

Sepanjang debat yang dilakukan dalam enam bagian, Agus tampil cukup percaya diri. Bahkan agak terlalu bersemangat di putaran akhir.  

“Kami ada di sini untuk berkompetisi mendapatkan kesempatan untuk membuktikan bahwa kami bisa memperjuangkan warga Jakarta. Inilah mengapa kita semua hadir di sini.  Saya pikir sudah jelas kami akan fokus dengan strategi untuk memenangkan Pilgub DKI ini. Dan kami ingin sekali didengarkan oleh rakyat, bahwa program –program yang kami tawarkan benar-benar akan menjadi solusi bagi masyarakat Jakarta secara keseluruhan,” kata Agus.

Mantan perwira TNI itu jelas-jelas “ngeles”, tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Ira Koesno. Bagi saya, terang-benderang bahwa jika Agus memenangi Pilgub 2017, dia dipersiapkan untuk ikut berlaga dalam Pilpres 2019.  Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono sedang membangun dinasti politik melalui Partai Demokrat, sudah jelas. 

Sesudah memiliki tokoh sekaliber SBY yang berhasil menjadi presiden untuk dua periode, partai politik yang antara lain didirikan oleh Ani Yudhoyono untuk mengantarkan sang suami ke gerbang kekuasaan itu praktis tak punya kader yang punya daya tarik untuk menjadi tokoh pemimpin nasional. Keputusan mengusung Agus, putra sulung SBY, adalah bagian dari strategi meneruskan dinasti politik SBY. Karena itu pengorbanan Agus keluar dari dinas militer dalam pangkat mayor dianggap sepadan. (BACA: Laju Agus Harimurti di kancah Pilkada DKI)

Meski dianggap paling miskin pengalaman, karena paling muda juga usianya, elektabilitas Agus cepat naiknya. Jika menang di Pilgub ini, saya yakin Agus akan maju di Pilpres 2019.  Jika kalah? Setidaknya dia sudah menjadi tokoh di tingkat nasional. Masih ada pilkada berikutnya. 

Tapi, SBY yang kini sudah cukup tua tentu melihat bahwa Pilpres 2019 adalah momen terakhir ketika pengaruh politiknya masih ada. Kata Hamlet, “To be, or not to be, that is the question.”. “ Its now, or never,” kata senandung Raja Rock ‘n’ Roll, Elvis Presley.

Membangun dinasti politik tidak salah. Di negara mbah-nya demokrasi seperti di Amerika Serikat pun, ada dinasti politik. Dinasti Kennedy, dinasti Bush, dinasti Clinton adalah tiga di antaranya. Meskipun Hillary Clinton gagal menjadi presiden.  Di Indonesia ada dinasti Sukarno.

Lantas sejumlah dinasti politik di daerah.  Tapi, kita juga tak bisa menutup mata bahwa ada  kecenderungan dinasti politik itu tersangkut perkara korupsi. Contoh yang terbaru adalah kasus dugaan korupsi Bupati Klaten Sri Hartini.

Bagaimana dengan Anies Baswedan? Calon gubernur pasangan nomor 3 yang selalu ada di nomor buncit dalam berbagai survei ini seperti biasa lancar dalam mengolah kata. Anies pernah membantu di tim kampanye Jokowi-JK dalam Pilpres 2012 dan saya dengar berperan besar dalam menyiapkan Jokowi-JK dalam debat-debat capres dan cawapres. 

“Ketika kami dapat tugas untuk jadi cagub maka ini adalah amanat untuk dituntaskan, dan amanat  dari Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Mohamad Sohibul Iman adalah  memimpin Jakarta untuk 5 tahun.  Bukan hanya  barangnya tapi membangun akhlak karakternya dan membuat Jakarta bersatu dalam kebhinekaan. Itu yang menjadi amanat dan akan  kita tuntaskan,” kata Anies.

Prabowo adalah ketua umum Partai Gerindra sedangkan Sohibul Iman adalah Presiden Partai Keadilan dan Sejahtera, dua partai yang mengusung Anies dan Sandiaga Uno di Pilgub 2017.

Percayakah saya pada janji itu? Dalam jejak politik, sebenarnya Anies agak mirip dengan Ahok. Sebagai akademisi, Anies pernah menjadi salah satu dari 45 deklarator organisasi massa Nasional Demokrat (NasDem). Ormas ini kemudian menjelma menjadi Partai Politik NasDem dengan tokohnya, Surya Paloh.  Anies tidak ikut serta menjadi kader parpol. Pada tahun 2013, ketika persiapan pilpres 2014, Anies ikut berlaga menjadi salah satu kandidat presiden di Konvensi Partai Demokrat. Kurang mulus jalannya.

Anies kemudian banting-setir ke tim kampanye Jokowi-JK.  Jokowi menang, Anies mendapat kursi menteri. Tapi, belum genap dua tahun, Jokowi menganggap Anies tidak pantas ada di Kabinet Kerja. Mengapa? Seperti biasa saat kocok ulang kabinetnya, Jokowi tak pernah menyampaikan narasi mengapa dia menganggap si anu perlu diganti.  

Yang muncul adalah kasak-kusuk di sekitar dunia perpolitikan. Anies kecewa? Pasti. Tak heran jika kemudian dia memutuskan menerima tawaran menjadi cagub.

Secara keseluruhan, saya menganggap debat seri pertama ini berjalan baik dan lancar. Ketiga pasangan calon tampil percaya diri dengan gayanya masing-masing.  Ada yang berjualan apa yang sudah dilakukan, dan yang mengingatkan apa yang belum dilakukan dan akan dilakukan. Masih ada dua putaran debat lagi. 

Mereka yang belum menentukan pilihan masih punya kesempatan menimang-nimang pilihan. Apakah debat Pilgub ini bisa mengubah pilihan bagi yang sudah memilih dan yang masih ragu-ragu? Silakan sampaikan pendapat Anda di kolom komentar tulisan ini. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!