Euforia sesaat dari kunjungan Raja Salman

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Euforia sesaat dari kunjungan Raja Salman
Kunjungan Raja Salman dengan delegasi besar, disoroti karena menghabiskan ongkos besar. Padahal situasi di negeri produsen minyak itu sedang megap-megap.

 

JAKARTA, Indonesia – Liburan Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud di Bali diperpanjang menjadi sembilan hari dari rencana semula enam hari. Itu berarti Raja Arab Saudi akan berada di Indonesia selama 12 hari dari rencana sembilan hari.  Dutabesar Republik Indonesia untuk Kerajaan Saudi Arabia Agus Maftuh Abegebriel mengatakan bahwa Raja Salman merasa senang dan nyaman berlibur di Bali.

Bagi industri wisata di Pulau Dewata, perpanjangan liburan bagi 1.500 an delegasi termasuk keluarga besar Raja Salman adalah tambahan rezeki. Selama sembilan hari di Jakarta dan Bali delegasi Raja Salman diperkirakan membelanjakan sedikitnya Rp 150 miliar untuk akomodasi. Angkanya pasti membengkak dengan tambahan tiga hari. Belum lagi potensi keluarga dan delegasi memborong beragam tanda-mata dari Indonesia. Kita berharap yang kebagian rezeki bukan cuma butik dan penjual tanda-mata kelas atas, tetapi juga kelompok usaha kecil dan menengah.

Setelah Raja Salman “pindah” lokasi kunjungan ke Bali, euforia menyambut kedatangan pemimpin Arab Saudi ini mereda. Pemerintah dan dunia pariwisata berharap Raja Salman menjadi “marketer” liburan ke Bali.  Selama ini Raja Salman diketahui memilih liburan di Maroko dan resor pantai di Maladewa yang juga mayoritas beragama Islam penduduknya. Kunjungan wisatawan dari Arab Saudi diharapkan mampu membantu pencapaian kenaikan 20 persen kunjungan wisatawan mancanegara.

Euforia juga reda karena publikasi kenyataan kinerja investasi negeri itu di Indonesia selama ini. Investasi Arab Saudi ke Indonesia selama ini justru terbilang kecil. Nilainya kurang dari US$ 1 juta pada 2016. Sama negara kecil seperti Mali pun kalah. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2016 realisasi investasi Arab Saudi hanya US$ 900 ribu atau sekitar Rp 11,9 miliar.

Investasi itu terwujud dalam 44 proyek.  Arab Saudi cuma di posisi 57 dalam daftar negara investor di Indonesia. Posisi itu jauh dibandingkan realisasi investasi dari negara Timur Tengah lainnya seperti Kuwait yang mencapai US$ 3,6 juta dolar. Dari 2010 hingga 2015, nilai investasi Arab Saudi tercatat hanya mencapai US$ 34 juta dolar atau 0,02 persen dari total investasi asing yang masuk ke Indonesia.  Kecil.

Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong sebelum kunjungan Raja Salman sempat menyampaikan harapannya bahwa kunjungan Raja Salman akan diwarnai dengan penandatanganan investasi Saudi Aramco, dalam perluasan proyek kilang Cilacap senilai US$ 6 miliar. Selain itu, akan ada beberapa kontrak lain dengan nilai mencapai US$ 1 miliar. Pada Januari 2017, Pertamina dan Saudi Aramco meneken kontrak proyek Refining Development Masterplan Program (RDMP) di kilang minyak Cilacap.  

Hubungan emosional dalam kunjungan Raja Salman

Jadi, kalau potensi investasi yang datang kerajaan Islam itu belum jelas, apa yang membuat kunjungan Raja Salman jadi istimewa?  

Di luar jumlah delegasi yang luar biasa besar, hubungan emosional tetap ada. Bagaimanapun Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam. Ribuan warga muslim berkunjung ke Mekkah dan Madinah, dua kota suci di Saudi Arabia untuk menunaikan ibadah haji kecil atau umrah. Sedikitnya 200 ribu orang berebut setiap tahun untuk mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji di tanah suci. Dari sisi ini wajar kalau publik berharap Pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo mampu menegosiasikan tambahan kuota jemaah haji asal Indonesia.

Dari sisi agama saja hubungan emosional besar. Kunjungan Raja Arab Saudi terakhir dilakukan 47 tahun lalu, dan ini menambah nilai historis kunjungan Raja Salman yang naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2015. Dari sudut ini kita mencoba memahami mengapa Presiden Jokowi nampak memperlakukan kunjungan Raja Salman secara istimewa. Jokowi bahkan menyambut Raja Salman di tangga pesawat di Bandara Halim Perdana Kusumah. Sesuatu hal yang tidak pernah dilakukan untuk kepala negara lain.

“Kunjungan Sri Baginda Raja ini menjadi titik tolak bagi peningkatan hubungan Indonesia dan Arab Saudi yang dipersatukan oleh Islam, persaudaraan dan hubungan yang saling menguntungkan,” ujar Jokowi ketika membuka pertemuan bilateral dengan delegasi Saudi di Istana Bogor.

(BACA : 10 Hal Menarik Tentang Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi11 MoU diteken pada hari pertama kunjungan Raja Salman)

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia dilakukan saat situasi politik agak gonjang-ganjing berkaitan dengan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Hubungan Jokowi dengan sebagian kalangan muslim sedang dalam suasana sensitif. Protes sebagian warga muslim atas kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan salah satu calon gubernur, Basuki Tjahaya Purnama, dihadapkan pada isu terancamnya semangat kemajemukan dan Bhinneka Tunggal Ika.

Maka, kita bisa memahami gestur Jokowi yang mesra menggandeng tangan Raja Salman yang berusia jauh lebih tua dari dirinya. Gestur yang ingin menunjukkan kepada publik bahwa antara dirinya dan pemimpin kerajaan Arab terbesar di dunia itu, ada kedekatan secara personal. Bagaimana pun, sebagian dari tokoh yang menjadi motor sejumlah aksi bela Islam di tanah air sejak Oktober 2016, adalah alumni perguruan tinggi di Arab Saudi, dan secara emosional merasa dekat dengan kerajaan itu.

Tak heran juga jika para pendukung Jokowi dan Gubernur Basuki memanfaaatkan momen kemesraan Jokowi dengan Raja Salman untuk menunjukkan bahwa Raja Arab Saudi itu merasa dekat dengan Jokowi.  Bahkan bersalaman dengan Gubernur Ahok.  Tidak hanya itu, selama di Jakarta Raja Arab juga bertemu dengan sejumlah tokoh agama, termasuk tokoh agama lainnya. “Raja Arab Saudi mendukung toleransi dan kemajemukan,” Ini pesan yang ingin disampaikan kedua istana.  

Kalau itu pesan yang mau disampaikan, memilih liburan selama sembilan hari di Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu adalah pesan kuat lainnya.  Masalahnya, apakah gestur dan retorika kunjungan negara selama tiga hari dan liburan sembilan hari dapat mengubah begitu saja fakta bahwa selama ini uang dari negeri kerajaan itu banyak mendukung berdirinya lembaga studi dan bahkan pesantren yang di kemudian hari menghasilkan alumni yang diasosiasikan dengan kegiatan yang cenderung memilih cara kekerasan?

Isu lainnya adalah nasib tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi yang terancam eksekusi hukuman mati. Dalam kunjungannya ke Arab Saudi dua tahun laku, Jokowi meminta pengampunan atas empat TKI yang divonis hukuman mati.  Permintaan pengampunan atas hukuman mati ini tentu akan berhadapan dengan sikap Jokowi yang mendukung hukuman mati untuk kasus terpidana narkoba.

Arab Saudi dibayangi bangkrut ekonomi?

Dari sisi Raja Salman dan negeri yang dipimpinnya, roadshow ke sejumlah negara di kawasan Asia ini dipandang menarik, mengingat situasi ekonomi yang tengah membelit negeri tersebut. Terpuruknya harga minyak yang menyumbang 90 persen pendapatan negara membuat Arab Saudi megap-megap. Dua tahun anjlok-nya harga minyak melemahkan ekonomi negeri produsen tanpa kecuali. Di seluruh dunia, di negara produsen besar, sebanyak 350 ribu tenaga kerja harus diistirahatkan atau dipecat.  

Arab Saudi, negeri yang pemimpinnya hidup dalam segala kemewahan, dan bisa memenuhi hampir semua kebutuhan warganya dari berkah emas hitam, mencatatkan rekor defisit anggaran hampir 20 persen. Nilainya sekitar US$ 98 miliar dolar tahun 2016, tahun ini diperkirakan senilai US$ 87 miliar dolar. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan keuangan negara akan bangkrut dalam lima tahun jika tidak dilakukan upaya luar biasa. Dua pekan lalu untuk pertama kalinya Arab Saudi menjual obligasi negara untuk mendapatkan dana tunai US$ 17,5 miliar dolar.

Pengetatan sudah dilakukan. Gaji pejabat dipangkas 20 persen, begitu juga penghematan anggaran. Untuk pertama kalinya Arab Saudi mengevaluasi subsidi harga energi yang selama ini dinikmati warga, dan hal ini berpotensi memicu protes terhadap pemerintahan. Di industri minyak, banyak yang kini hanya bekerja satu jam dalam sehari untuk mengurangi upah.

Jadi, bagaimana kita mencoba memahami pertunjukan kemewahan luar biasa yang ditunjukkan oleh delegasi Raja Salman yang mengajak serta kerabatnya, dalam tur keliling negara termasuk ke Indonesia, dengan kondisi ekonomi Arab Saudi yang tengah dicekik defisit anggaran? Hal paling rasional, ya jangan terlalu banyak berharap. Raja dan pemerintahannya yang tengah pusing gara-gara pundi-pundi keuangan negaranya tergerus, mungkin perlu liburan. 

Syukur alhamdulillah jika investasi yang dijanjikan kali ini dipenuhi. Kalau pun tidak, minimal ada tambahan pemasukan dari  biaya akomodasi di Bali. Dan berharap turis Timur Tengah yang selama ini memilih wisata syariah di Malaysia, mau mencobanya ke Indonesia.  Euforia kunjungan juga lumayan menambah serba-serbi nuansa Pilgub Jakarta  – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!