Menakar kualitas cagub DKI melalui debat perdana

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Menakar kualitas cagub DKI melalui debat perdana
Pasangan calon saling mengkritisi, namun masih banyak jawaban normatif

 

JAKARTA, Indonesia — Debat perdana calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta telah digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat malam.

Tiga pasangan calon, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat serta Anies Baswedan-Sandiaga Uno, telah memaparkan visi-misi mereka.

Debat yang berlangsung sejak pukul 20.00 WIB – 22.00 WIB tersebut dipandu oleh mantan presenter televisi Ira Koesno. Ia membagi debat dalam enam segmen.

Selain memaparkan visi-misi, para calon juga saling mengkritisi dan bahkan menyindir calon lain. Perdebatan panas apa saja yang terjadi dalam debat malam tadi? Berikut reviewnya:

Beda visi sosial-ekonomi

Pada segmen pertama, moderator bertanya kepada masing-masing calon gubernur dan wakil gubernur DKI tentang visi sosial-ekonomi mereka.

Agus Harimurti mengatakan untuk membangun sosial-ekonomi Jakarta, dirinya akan meningkatkan ekonomi daerah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendidikan dan transportasi umum.

Agus juga akan memberikan Bantuan Langsung Sementara (BLS) sebesar Rp 1 miliar kepada masing-masing RT/RW dan bantuan modal sebesar Rp 50 juta untuk tiap unit usaha. 

Ia juga akan mengatasi kemacetan dan banjir yang selama ini menjadi masalah klasik Jakarta. “Jakarta harus semakin modern tapi tetap berjati diri indonesia,” katanya.

Sementara Ahok mengatakan, untuk membangun sosial-ekonomi Jakarta, maka hal yang perlu dilakukan adalah membenahi birokrasi.

“Karena tanpa birokrasi yang bersih tidak mungkin program sebagus apapun bisa tercapai,” kata Basuki Thajaja. Birokrasi, kata Ahok, adalah motor pembangunan.

Ahok mengkritisi program Bantuan Langsung Sementara yang akan digulirkan duet Agus Harimurti-Sylviana Murni. Menurutnya, program itu tidak mendidik.

Wakil Ahok, Djarot Saiful Hidayat, juga menyoroti program Bantuan Langsung Sementara. Djarot mempertanyakan bagaimana dana Rp 1 miliar tersebut nantinya dipertanggungjawabkan.

“Bagaimana mengelola dana Rp 1 miliar untuk RT/RW supaya mereka bisa mempertanggungjawabkan dana itu dan tidak masuk penjara?” kata Djarot.

Agus, pada segmen berbeda, alih-alih menjawab pertanyaan tersebut justru mengkritisi pemimpin yang selalu mencurigai rakyatnya. “Inilah masalahnya, pemimpin yang selalu curiga pada rakyatnya sendiri,” kata Agus.

Agus mengatakan pertanyaan Djarot tentang ‘bagaimana agar masyarakat tidak masuk penjara’ tidak tepat. Menurutnya pertanyaan seharusnya ‘bagaimana jika mereka berhasil’. “Pertanyaan ini tidak pernah ditanyakan,” katanya.

Anies Baswedan juga mengkritisi program bantuan langsung yang diusung Agus. Menurut Anies, mengentaskan kemiskinan seharusnya dilakukan dengan membuka lapangan kerja, bukan memberikan bantuan.

Anies juga mengatakan dirinya bersama Sandiaga Uno akan meluncurkan kredit bantuan usaha yang bisa merangsang tumbuhnya lapangan pekerjaan baru. Selain itu ia juga akan memberantas narkoba. “Kami akan tegas memerangi narkoba hingga tuntas, tidak sedikitpun ada toleransi,” katanya.

Komitmen Anies memberantas narkoba ini disindir Ahok. Pada segmen berbeda, Ahok mengatakan Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso pernah berkata kepadanya jika dirinya ingin memasukkan kurikulum antinarkoba ke sekolah.

“Namun ditolak oleh Pak Anies (Baswedan) yang saat itu menjadi Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan),” kata Ahok.

Penggusuran

Tema lain yang menarik dari debat perdana calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta adalah penggusuran. Seperti diduga, duet Ahok-Djarot menjadi pasangan yang paling disorot dalam tema ini.

Maklum keduanya adalah petahana. Ahok bahkan kerap dicap sebagai gubernur tukang gusur karena ia sering merelokasi warga dari satu tempat ke tempat lain.

Karena itu, saat ada kesempatan, Agus Harimurti pun memberikan pertanyaan menohok kepada Ahok. Berikut pertanyaan tersebut:

“Bagaimana perasaan Bapak melihat warga yang hidupnya semakin sulit dan kehilangan segalanya, mereka disegel dan harus terhempas dari Jakarta. Jakarta ini untuk siapa, warga siapa yang ingin dibahagiakan?” 

Anies Baswedan juga mengkritisi kebijakan Ahok dalam menggusur warga Jakarta. Menurutnya penggusuran harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan tidak boleh mengabaikan hak-hak warga yang akan digusur.  

“Kami akan melakukan peremajaan kota, bukan dikosongkan, apalagi dikosongkan tanpa mempertimbangakan rasa keadilan,” kata Anies. “Pemindahan bila dilakukan dengan memperhatikan hak dan penghidupannya.”

Menjawab pertanyaan Agus, Ahok mengatakan jika Agus hanya melihat satu lokasi penggusuran kemudian mengambil kesimpulan. “Justru orang banyak bersyukur (karena digusur),” kata Ahok.

Ahok mengatakan pihaknya hanya menggusur daerah yang berada di aliran sungai. “Kami tidak pernah menggusur daerah yang tidak di dekat aliran sungai,” kata Ahok.

Imbasnya, kata Ahok, banjir berkurang. Ia memberikan contoh di Semper, Jakarta Utara. “Dulu di sana terendam tiga minggu, sekarang hanya beberapa jam,” Ahok melanjutkan.

Selain itu Ahok juga mengatakan selama ini pihaknya tidak pernah menggusur suatu wilayah sebelum menyiapkan rumah susun untuk mereka. “Ini yang kami sebut manusiawi,” kata Ahok.

Ahok mengaku heran dengan pasangan calon lain yang mengatakan akan menata sungai tanpa menggusur. Menurutnya hal ini mustahil.

“Kami nggak ngerti, bagaimana sungai yang tadinya 30 meter sekarang tinggal 5 meter dikembalikan kembali menjadi 30 meter tanpa menggeser rumah-rumah yang tidak layak itu,” katanya.

Djarot menambahkan, justru tidak manusiawi jika pemimpin membiarkan warganya tinggal di rumah-rumah tidak layak di pinggiran sungai dan kolong jembatan.

Djarot Saiful Hidayat. Menurutnya penggusuran perlu dilakukan karena warga Jakarta tidak boleh tinggal di bantaran sungai dan tidak boleh tinggal di kolong jembatan.

“Tidak manusiawi kita membiarkan saudara kita berpuluh tahun tinggal di bantaran sungai. Karena itu kami sediakan rumah susun yang layak,” kata Djarot.

Anies mengakui ketegasan Ahok dalam menggusur warga Jakarta. Namun ia mempertanyakan ketegasan Ahok saat memberantas prostitusi. 

“Urusan penggusuran malah tegas, tetapi untuk urusan prostitusi, (Hotel) Alexis malah lemah. Kita akan tegas menghadapi mereka,” kata Anies.

Ahok menangkis: “Ketika Pak Anies mengatakan tidak berani menutup Alexis, kami justru sudah menutup (klub malam) Stadium dan Miles.”

Integritas pasangan

Dalam debat ini, integritas pasangan juga disorot. Ira Koesno selaku moderator mempertanyakan komitmen mereka jika terpilih sebagai Gubernur DKI. 

Salah satu persoalan integritas yang ditanyakan adalah apakah mereka tertarik untuk mencalonkan diri dalam pilpres pada 2019 mendatang?

Djarot menjadi calon pertama yang menjawab pertanyaan ini. Menurut Djarot, dirinya dan Ahok akan mengabdi untuk warga Jakarta selama lima tahun lagi. 

“Perjuangan belum selesai, kami ingin lima tahun lagi mengabdi untuk Jakarta,” ujar Djarot. Banyak yang mempertanyakan kenapa bukan Ahok yang menjawab pertanyaan ini.

Sementara Agus Harimurti menjawab pertanyaan tersebut secara ngambang.  Ia tidak menjawab dengan tegas apakah akan mencalonkan atau tidak dalam pilpres 2019.

“Kami ada di sini untuk berkompetisi mendapatkan kesempatan untuk membuktikan bahwa kami bisa memperjuangkan warga Jakarta,” kata Agus.

Bagaimana dengan Anies Baswedan? Mantan Menteri Pendidian dan Kebudayaan ini mengatakan dirinya dan Sandi mendapatkan amanat untuk menjadi cagub oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden PKS Sohibul Iman.

“Amanat dari Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Mohamad Sohibul Iman adalah memimpin Jakarta untuk 5 tahun. Itu yang menjadi amanat dan akan kami tuntaskan,” kata Anies. 

Perang kata Ahok-Anies

Dalam debat malam tadi, Anies Baswedan memberikan kritik pedas kepada Ahok. Menurut Anies, Ahok terlalu fokus membangun infrastruktur, sehingga lupa untuk membangun manusianya.

“Sudah beberapa kali digarisbawahi sejak dulu, konsentrasi pada manusia. Jangan hanya pembangunan benda mati yang bisa difoto dan ditunjukkan kepada media,” kata Anies.

Ahok menjawab membangun manusia harus disertai dengan membangun infrastrukturnya. Ia mencontohkan, ketika ia membangun taman, ia tak hanya membangun taman, tapi sekaligus juga menciptakan interaksi sosial para warga.

Membangun manusia, Ahok melanjutkan, juga harus disertai dengan pembangunan infrastruktur. “Bagaimana orang mau beribadah dengan baik kalau tempatnya banjir tiga minggu,” kata Ahok.

Ahok menyerang balik Anies yang menurutnya terlalu teoritis. “Kalau hanya mengatakan bangun, bangun manusia tidak ada benda matinya, itu namanya teori. Ngajar jadi dosen, kampus, cuma omongan. Saya mau bangun ini itu, tapi nggak ada action-nya,” kata Ahok.

Membalas kritikan tersebut, Anies hanya menjawab singkat, ”Pertanyaannya bagaimana membangun manusia, jawabannya nggak nyambung sama sekali,” kata Anies. 

Debat malam tadi, sejumlah calon memang masih memberikan jawaban normatif. Kita, tentu saja, berharap jawaban-jawaban lugas pada dua debat berikutnya. 

Sehingga publik bisa menakar ketegasan, keseriusan, serta komitmen mereka. Karena jawaban-jawaban normatif sulit untuk diukur karena sifatnya yang ‘ngawang’.

Debat berikutnya akan digelar pada Jumat, 27 Januari 2017. Sangat penting bagi warga Jakarta untuk mengikuti acara debat ini agar kita tidak membeli kucing dalam karung.  —Rappler.com

Baca Juga:

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!