Atraksi seni jadi pemikat warga datang ke TPS di Salatiga

Fariz Fardianto

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Atraksi seni jadi pemikat warga datang ke TPS di Salatiga
Atraksi kesenian membuat warga tertarik datang ke TPS

SALATIGA, Indonesia — Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar secara serentak pada 15 Februari 2017 disambut gegap gempita oleh masyarakat di seluruh penjuru Tanah Air. Di Kota Salatiga, dua pasangan calon (paslon) Agus Rudianto-Dance Ishak Palit dan Yulianto-Muhammad Haris bertarung sengit untuk memperebutkan perolehan suara terbanyak.

Sejumlah petugas tempat pemungutan suara (TPS) pun melakukan cara berbeda untuk meningkatkan partisipasi warganya. Salah satunya ialah petugas TPS 8 Kampung Ngawen, Kelurahan Mangunsari Sidomukti. Saat hari coblosan tiba, mereka memilih mengenakan blangkon dan baju lurik cokelat khas Jawa.

Penampilan para petugas berpakaian lurik itu menyita perhatian warga setempat. Bahkan warga luar kampung ikut berbondong-bondong datang ke TPS 8. “Saya cukup senang dengan penampilan petugas TPS yang memakai baju lurik seperti ini, makanya tiap ada Pilkada saya selalu menyempatkan hadir untuk nyoblos di sini,” kata Indra Purnama, warga Kampung Janglikan kepada Rappler, Rabu 15 Februari 2017. 

Lokasi kampungnya berjarak 500 meter dari TPS 8. Ia yang datang sendirian ke lokasi pemungutan suara tak menyia-nyiakan kesempatan untuk nyoblos gambar pasangan calon pilihannya.

Menurutnya, Pilkada serentak di tahun ini lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain antusiasme warga yang memanfaatkan momentum untuk berselfie dengan petugas TPS, ada pula atraksi drumblek yang dapat disaksikan warga dari dekat.

“Sangat meriah. Atraksi kesenian drumblek ini merupakan tradisi lokal yang semakin dikenal oleh warga. Saya gembira dengan apa yang ditampilkan dalam proses coblosan pada hari ini, warga yang datang sangat banyak,” terangnya.

Kemeriahan Pilkada Salatiga kali ini tak bisa dilepaskan dari tahap sosialisasi yang dilakukan secara menyeluruh di tengah masyarakat. Tak heran, banyak warga yang sudah paham betul dengan sepak terjang dua kandidat Walikota yang maju di bursa Pilkada. “Sosialisasi Pilkada saya rasa sudah memuaskan,” katanya. 

Soal dugaan praktek money politic jelang coblosan, sejauh ini ia tak menemukan sama sekali. “Kalau di sini setahu saya enggak ada bagi-bagi uang dan tidak ada iming-iming yang lain,” katanya.

Melestarikan budaya lokal

Hal senada diungkapkan Didik Isdianto, warga lainnya yang ikut nyoblos di TPS 8 Ngawen. Baginya, atraksi drumblek bisa dilakukan berkelanjutan untuk melestarikan budaya lokal.

Atraksi anak-anak yang bermain drumblek dari tong bekas untuk menyambut Pilkada Salatiga, menurutnya mampu jadi magnet tersendiri untuk menarik simpati warga supaya menggunakan hak pilihnya. “Ini saya juga mau nyoblos,” kata Didik sembari beranjak dari kursinya.

Sementara itu, Anang Ariwibowo, Ketua KPPS 8 Kampung Ngawen mengatakan ada tujuh anggota KPPS yang memakai lurik untuk menyemarakkan coblosan Pilkada Salatiga. Sedangkan jumlah pemilih tetap ada sebanyak 269 jiwa.

“Yang jelas kita sebagai orang Jawa tidak boleh meninggalkan ciri khas lokal. Makanya, kita sekarang pakai lurik dan memainkan drumblek untuk menyambut warga nyoblos di sini,” ungkapnya.

Drumblek yang dimainkan pun dibuat dari bahan baku barang bekas sebagai wujud kepedulian warga terhadap kelestarian lingkungan sekitar. “Dan anak sampai orangtua main drumblek dengan meriah,” sambungnya.

Ahmad Rofai, Plt Walikota Salatiga yang turut hadir mencoblos kertas suaranya menyambut baik adanya atraksi budaya lokal. “Hal-hal semacam ini akan terus kami gencarkan sehingga jadi ikon Salatiga dan memajukan pariwisata daerah,” tutupnya. 

—Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!