Berita hari ini: Sabtu, 12 Agustus 2017

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Berita hari ini: Sabtu, 12 Agustus 2017
Perkembangan berita terbaru yang perlu Anda ketahui

Hallo pembaca Rappler!

Pantau terus laman ini untuk memperbarui berita terbaru pilihan redaksi Rappler Indonesia pada Sabtu, 12 Agustus 2017.

Johannes Marliem menjadi orang ketiga dalam kasus proyek e-KTP yang meninggal

Kematian Johannes Marliem menjadi salah satu saksi dalam kasus mega korupsi KTP Elektronik yang meninggal. Tetapi, ia bukan satu-satunya orang yang mengetahui keganjilan dalam proyek tersebut dan meninggal.

Ada dua saksi lainnya yang diketahui sudah wafat. Mereka adalah politikus Partai Demokrat, Mayor Jenderal TNI (Purn) Ignatius Mulyono dan anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar, Mustokoweni.

Ignatius meninggal di RS Medistra Jakarta pada 1 Desember 2015. Mantan anggota Komisi III itu meninggal karena penyakit jantung. Sedangkan, Mustokoweni meninggal pada 18 Juni 2010 di RS Elizabeth Semarang, Jawa Tengah.

Dalam surat dakwaan terhadap Irman dan Sugiharto, Ignatius dan Mustokoweni diduga menerima aliran dana dari korupsi proyek KTP Elektronik. Ignatius disebut menerima uang sebesar US$ 258 ribu, sedangkan Mustokoweni tertulis menerima US 408 ribu. Selengkapnya baca di sini.

Ratusan penumpang Lion Air ditinggal pesawat

TINGGAL PENUMPANG. Pesawat maskapai Lion Air JT 673 meninggalkan ratusan penumpang di Bandara Tarakan. Foto oleh ANTARA

Sebanyak 120 orang penumpang reguler maskapai Lion Air JT 673 terpaksa harus menunda perjalanan lebih panjang. Pasalnya, pesawat yang akan mengangkut mereka menuju ke Balikpapan, Kalimantan Timur malah sudah terbang dan meninggalkan penumpang di Bandara Internasional Juwata Tarakan.

Kronologi tidak terangkutnya para calon penumpang yang sudah memiliki tiket resmi itu disebabkan oleh schedule atau jadwal keberangkatan sempat terhambat akibat adanya gangguan (sistem down). Ini mengakibatkan para petugas maskapai yang bersangkutan terpaksa melakukan proses check in secara manual.

Proses check in secara manual dilakukan sejak pukul 04:30 WITA. Meski petugas ground handling sudah berkoordinasi kepada kapten pesawat Lion Air JT 673, namun kapten menolak untuk memberikan kelonggaran waktu dan menginginkan berangkat tetap sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Akibatnya, ratusan penumpang harus rela ditinggal, walaupun juga ada yang sudah sempat berada di ruang tunggu keberangkatan. Dari total 206 penumpang yang terdaftar, hanya 86 penumpang saja yang diberangkatkan ke Balikpapan. Selengkapnya baca di sini.

Kunjungi acara We The Fest, Jokowi ingin memahami generasi milenial

KONSER. Presiden Joko Widodo (kedua kiri) didampingi Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki (kiri) tiba untuk menonton konser We The Fest di JIExpo, Jakarta, Jumat, 11 Agustus. Foto oleh Rosa Panggabean/ANTARA

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mendadak berkunjung ke festival musik We The Fest 2017 di JIExpo Kemayoran semalam. Kehadiran Jokowi di acara We The Fest merupakan sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya.

Kepada media, Jokowi mengatakan alasannya mampir ke acara We The Fest karena ingin memahami generasi milenial.

“Supaya nanti kita bisa mengantisipasi kebijakan kemudian persiapan kebijakan ke depan apa yang harus kita lakukan. Kalau kita tidak tahu, mana bisa kita menyiapkan sebuah kebijakan,” ujar Jokowi ketika ditemui media di JI Expo Kemayoran.

Selain itu, ia mengatakan jika industri kreatif merupakan industri yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Pangsa pasarnya pun juga besar.

Acara We The Fest menurutnya bisa ditingkatkan acaranya hingga ke skala internasional dan dipromosikan ke luar negeri. Namun, sebelum itu dilakukan, harus ada perbaikan di berbagai sisi. Ia menyarankan agar panitia membandingkan penampilan artis dari luar negeri yang bermain di We The Fest dengan musisi dalam negeri.

“Mestinya diperbaiki di sebelah mana. Saya kira misalnya penyelenggaraan-penyelenggaraan ini ya manajemen panggungnya baik, manjemen lightingnya baik, pengelolaan penonton juga baik,” katanya.

Kehadirannya di acara itu sekaligus untuk memperbarui pengetahuan siapa saja entertainer yang tampil. Ia pun tidak sungkan mengakui bahwa para musisi yang tampil sudah berbeda generasi.

Enggak, enggak. (Saya) enggak tahu (siapa yang tampil). Zaman saya kan (musisinya) Ledd Zeppelin, Nazareth, Judas Priest, Metalica. Zaman-zaman itulah yang saya kira ini berbeda,” katanya.

Namun, selama berada di acara itu, Jokowi terlihat menikmati pertunjukkan musik sambil mengangguk-anggukan kepala saat band Charlie XCX.

Megawati: Orang hanya berani bilang Pak Jokowi diktator di media sosial

SIDANG TAHUNAN. Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) bersama Ketua MPR Zulkifli Hasan (kanan), Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (ketiga kiri) dan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (kedua kiri) menyapa awak media sebelum menghadiri pembukaan Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2016 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 16 Agustus.  Foto oleh M Agung Rajasa/ANTARA

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku tidak habis pikir jika ada pihak yang menyebut Presiden Joko Widodo sebagai diktator. Sebab, sikap itu sama sekali tidak tercermin ketika ia masih menjadi Wali Kota dan Gubernur.

“Pak Jokowi dibilang diktator, orang yang ngomong itu ayo sanggup membuktikan kediktatoran Pak Jokowi apa?,” kata Megawati dalam acara Program Penguatan Pendidikan Pancasila di Istana Bogor, Jawa Barat.

Ia lalu bercerita bagaimana dirinya mengikuti kiprah Jokowi sejak menjadi Wali Kota Solo. Saat itu, Jokowi pernah hendak melakukan bedol desa masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya. Alih-alih main langsung menggusur, ia justru memilih untuk mengajak berulang kali warga sekitar untuk makan.

“Itu sampai kasih makan 57 kali bolak-balik. Sampai saya yang ngikutin saja bosen,” katanya.

Rupanya, ia memilih cara diplomasi agar warga bersedia pindah dengan sukarela.

Di mata Mega, selama ini orang hanya berani mem-bully Jokowi di media sosial. Ketika dihadapkan langsung di depan individu yang bersangkutan, mereka memilih diam.

“Pak Jokowi sekarang kan lagi dikatakan diktator. Nah, seharusnya secara jantan ketemu dan berhadap-hadapan. Kalau sekarang kan orang nge-bully orang beraninya di medsos,” tutur dia. Selengkapnya baca di sini– Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!